Minggu, 16 Maret 2008

Wafatkah Isa Al Masih

Nabi Isa –'alaihissalam-- hidup untuk menjadi titik sentral perseteruan abadi tiga kubu penganut ajaran samawi: Islam, Nashrani, dan Yahudi. Dua agama terakhir ini akhirnya tak lagi diakui sebagai agama samawi oleh sebagian ulama Islam, karena sudah bukan lagi agama Allah. Dua agama itu telah diubah oleh manusia-manusia yang menyembunyikan kedengkian hebat dalam dada mereka, terhadap sebagian Rasul Allah.
Sebagian ulama masih menyebut Yahudi dan Nashrani sebagai agama samawi, namun bukan berarti menganggap kedua agama itu benar. Mereka menyebutkan demikian hanya untuk menegaskan bahwa asal kedua agama itu adalah agama Allah, yaitu Islam juga, berasal dari langit (samaa), maka disebut agama samawi. Semenjak turunnya Islam yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, kedua agama itu sudah bukan lagi agama Allah. Penganutnya adalah kaum kafir, bukan kaum beriman.
Kenapa keberadaan Isa Al-Masih, Isa bin Maryam, menjadi titik sentral perseteruan?
Karena Islam mengakui kenabiannya, lalu memandangnya sebagai nabi dan rasul untuk umat Bani Israil yang saat itu menjadi penganut agamanya.Yahudi menolak mengakuinya sebagai nabi dan rasul, bahkan menuduhnya sebagai anak zina –wal iyadzu billah--.
Kaum Nasrahni kebablasan, tak Cuma mengakui Isa sebagai Nabi dan Rasul, mereka menganggapnya sebagai anak Allah. Mereka merakit sebuah keyakinan yang disebut Trinitas: Tuhan itu tiga tapi satu, satu tapi tiga: Allah (Tuhan Bapak), Isa alias Jesus (Tuhan Anak), dan Jibril (Roh Kudus).
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putra Maryam". Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?" Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al-Maidah : 17)
Masing-masing dari keyakinan oplosan itu berkembang menjadi agama dengan penganut cukup banyak di muka bumi ini, terutama Nashrani. Mengingat agama Nashrani dibangun di atas karya tangan-tangan jahil, maka Injil –perjanjian baru-- yang diyakini umat Nashrani sebagai kitab suci, sempat mengalami improvisasi dan pengubahan radikal. Menurut catatan sejarah, lebih dari 300 Injil pernah ada di muka bumi. Lalu, untuk mengelabumi umat manusia, mereka mencampakkan Injil-injil yang dianggap tidak relevan dengan keyakinan mereka sekarang ini, termasuk yang berisi pengakuan bahwa Isa adalah Nabi, bukan anak Tuhan. Di antara Injil yang dimusnahkan itu adalah Injil Barnabas (Bible of Barnabas) dan Injil Thomas (Bible of Thomas).
Sebagai karya cipta manusia –bukan kitab suci-- yang dicampuradukkan dengan sisa-sisa ayat Allah yang tak lagi bisa dipastikan bagian mana yang masih orisinil, Injil sekarang ini berisi berbagai kepalsuan, termasuk keyakinan bahwa Isa Al-Masih itu mati dibunuh, disalib, sebagai penebus dosa. Keyakinan mereka itu dibantah keras dalam Al-Quran:
Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan 'Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.(An-Nisa : 157-159)
Ayat-ayat ini secara gamblang menegaskan bahwa keyakinan kaum Nashrani bahwa Isa mati disalib adalah kedustaan belaka. Mereka hanya mengarang-ngarang cerita itu, atau mengikuti dugaan-dugaan akibat tipu daya setan saja.
Sangatlah naif, bila kemudian ada sebagian dari kalangan muslim yang ikut berpendapat demikian, menyebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam Isa memang sudah mati disalib!Bukan kesesatan, kalo tak punya alasan dan dalil yang dibuat-buat. Untuk menegaskan pendapat mereka, tak sedikit di antara mereka mencoba mengutak-atik sebagian ayat-ayat Al-Quran, menafsirkannya dengan otak mereka, tanpa mengindahkan penafsiran yang benar menurut Rasulullah, para Sahabat dan para ulama As-Salaf. Di antaranya, firman Allah,
(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya."(Ali Imran : 55)
Yang menjadi persoalan adalah firman Allah, 'Mutawaffika wa raafi'uka, ' yang lalu mereka tafsirkan sebagai 'mewafatkanmu dan mengangkatmu.’ Dengan penafsiran seperti ini, mereka berpendapat ayat tersebut mengatakan Isa sudah wafat.
Padahal mayoritas ahli tafsir menjelaskan bahwa di situ ada pembalikan kata. Pembalikan kata seperti ini sangat lazim dalam bahasa Arab, untuk maksud penekanan. Dengan demikian, arti ayat di atas adalah, raafi'uka wa mutawaffieka, 'mengangkat baru mewafatkanmu’. Jadi, ayat itu meletakkan 'mutawaffika' terlebih dahulu untuk menegaskan bahwa sebagai manusia, Isa juga akan mengalami kematian, seperti manusia lainnya.
Sebenarnya, makna itu sudah ditegaskan dalam ayat yang saya sebutkan di atas,
Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana….
Keyakinan sebagian kalangan muslim, yang kebanyakan mengaku sebagai kristolog itu, akhirnya menjerumuskan mereka kepada banyak kekeliruan:
Pertama, menafsirkan Al-Quran dengan murni otak, tidak berdasarkan penafsiran Nabi shallallahu alaihi wa sallam, para Sahabat dan ulama As-Salaf, dan itu sangat diharamkan dalam Islam.
Barangsiapa yang menafsirkan Al-Qur’an tanpa ilmu, hendaknya ia bersiap-siap dibakar oleh api Neraka. (Riwayat Ahmad (I : 233) dan At-Tirmidzi (V : 199))
Dalam riwayat lain,
Barangsiapa yang menafsirkan Al-Qur’an dengan akalnya, kalaupun ia secara kebetulan benar, ia tetap dianggap salah. (Riwayat At-Tirmidzi (V : 200) dan Abu Dawud (III : 320))
Kedua, mereka juga mengingkari penegasan Al-Quran bahwa Isa belumlah mati, namun diangkat ke langit. Kepada mereka, saya hanya bisa menasihatkan,
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. (Al-Israa : 36)
Ketiga, mereka akan mendustakan banyak hadits-hadits Nabi n yang menjelaskan akan turunnya Isa Al-Masih di akhir jaman. Padahal, orang yang mengingkari hadits-hadits tersebut, yang sudah jelas keshahihannya, telah terjerumus pada kekafiran, bisa menjadi kafir yang berarti keluar dari Islam secara totalitas.Namun bila mereka sekadar menakwilkan hadits-hadits tersebut secara keliru saja, tidak menolak, maka mereka tidaklah menjadi kafir. Mereka hanya tersesat dan terjerumus dalam pemahaman kebid'ahan yang dilarang dalam Islam.Sebagian mereka berhujjah bahwa mereka menolak hadits karena dianggap bertentangan dengan Al-Quran. Padahal sebuah hadits shahih tak mungkin bertentangan dengan Al-Quran. Hadits-hadits tersebut dianggap bertentangan, karena mereka yang keliru dalam menafsirkan Al-Quran. Namun meski keliru, mereka bertahan mengaku sebagai orang yang mengikuti ajaran Al-Quran.Femomena sebagian kalangan intelektual muslim, terutama sebagian kristolog 'nyeleneh' itu, tetap menjadi bahaya laten yang wajib diwaspadai. Apalagi kebanyakan mereka ahli berdebat, dan berargumentasi. Lisan mereka penuh syubbat, dan sungguh setan amat mencintai ahli-ahli kesesatan yang lihai berbicara seperti itu.....wallahul musta'aaan. (Ust. Abu Umar B)

Tidak ada komentar: