Minggu, 16 Maret 2008

Al Quran dan Ketinggian Allah

Berbicara tentang sifat Allah tak pernah lepas dari sisi aqidah seorang muslim. Muslim yang baik akan berpasrah dengan ketetapan yang diberikan oleh Allah. Tak pelak, kepatuhan dan sikap penerimaan ini berlaku dalam setiap sisi syariat. Ketika Allah subhanahu wa ta'ala telah menetapkan sifat Rahmat bagi diri-Nya, itu juga yang mesti terpatri dalam diri bahwa memang Allah memiliki sifat Rahmat. Ini berlaku untuk semua sifat Allah. Terus bagaimana kita bisa mengenal sifat-sifat Allah subhanahu wa ta'ala? Jawabnya, tentu dengan membaca dan memperhatikan firman Allah subhanahu wa ta'ala itu sendiri. Bagaimana sebenarnya konteks Al Qur'an berbicara tentang sifat-sifat Allah subhanahu wa ta'ala.
Di sini, akan kita sibak sedikit tentang permasalah salah satu sifat Allah, yakni Maha Tinggi. Bagaimana sebenarnya Al Quran meninjaunya? Bagimana pula penafsiran yang tepat dalam ayat yang bertalian erat dengan sifat Allah yang satu ini? Silahkan menyimak!Sebenarnya, ketinggian Allah subhanahu wa ta'ala telah dilansir dengan jelas di dalam ayat-ayat Al Qur’an. Dan sejatinya penjelasan Kalamullah ini lebih dari memadai bagi kita yang mau sedikit saja berpikir akan keberadaan Allah. Karena di delapan tempat pada surat yang berbeda Allah subhanahu wa ta'ala telah menegaskan tentang keberadaanya;
1. Surat Al-A’la : 1
“Sucikan nama Rabbmu Yang Paling Tinggi.”Ayat di atas merupakan dalil yang jelas bahwa Allah subhanahu wa ta'ala berada di atas semua makhluknya. Pun kita diperintah untuk berucap subhäna rabbiyal a’lä [Maha suci rabbku yang Maha Tinggi] pada saat sujud. Tak lain ini merupakan manifestasi pengakuan atas ketinggian Allah subhanahu wa ta'ala.
2. Surat Al-Baqarah : 255ُ
“… dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Agung.”Imam At Thabari menjelaskan tentang nama Allah subhanahu wa ta'ala [Al Aliyyu], "Dia yang mempunyai ketinggian atas segala sesuatu dan semua berada di bawah-Nya.”Ibnu Abil ‘Izzi Al Hanafi memaparkan, "Penetapan makna ketinggian ini semata-mata mengandung penetapan ketinggian secara mutlak dari segi bentuk. Bagi-Nya seluruh kesucian, ketinggian, kekuasaan, kemampuan dan ketinggian Dzat. Barangsiapa menetapkan sebagian sifat-Nya dan menafikan sebagian sifat-Nya yang lain, sungguh dia telah merendahkan Allah subhanahu wa ta'ala.”
3. Surat An Nahl : 50
“Mereka takut kepada Rabb mereka yang (berada) di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).”Dalam menafsiri ayat mulia ini, Ibnu Katsir mengatakan, “Allah subhanahu wa ta'ala mengkhabarkan tentang keagungan dan kebesaran serta kesombongan-Nya yang segala sesuatu tunduk kepada-Nya. Semua makhluk, baik yang hidup ataupun mati, baik yang mukalaf (makhluk yang dibebani syariat yaitu manusia dan jin) maupun malaikat, baik yang mempunyai bayangan yang menaungi kanan maupun kirinya, mereka sesungguhnya bersujud kepada Allah subhanahu wa ta'ala.”Sedangkan Usamah bin Taufiq Al Qashas menjelaskan, “Aku tidak menduga seorang pun yang mempunyai pengetahuan bahasa Arab yang tidak mengetahui apa yang terkandung dalam ayat ini berupa penetapan ketinggian Allah subhanahu wa ta'ala, karena dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta'ala menyebutkan para malaikat yang takut kepada rabb yang berada di atas mereka. Sedangkan para malaikat itu berada di langit dan di atas kita, dan di atas mereka adalah Rabbul ‘Izah."
4. Surat Al Mulk : 16
“Apakah kalian merasa aman terhadap Allah subhanahu wa ta'ala yang berada di langit..”Ayat ini menandakan ketinggian dan keberadaan Allah subhanahu wa ta'ala serta menutup jalan untuk menghilangkan dan meniadakan sifat Allah ataupun mengubah makna dari lafadz dhahirnya. Ayat ini juga menjadi menjadi penegas bahwa Allah subhanahu wa ta'ala di atas langit sesuai dengan kesempurnaan dan keagungan-Nya.
5. Surat Fathir : 10
“…kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shalih dinaikkan-Nya…”Berkaitan dengan ayat tersebut Rasulullah n bersabda, “Sesungguhnya pada waktu itu dibuka pintu-pintu langit, maka aku suka amal-amal shalihku naik pada saat ini.” (Riwayat At Tirmidzi dan Ahmad).Hadits ini menjadi dalil yang gamblang tentang naiknya perkataan secara hakekat dengan sabdanya “pada waktu itu dibuka pintu-pintu langit”. Maka mengapa pintu langit dibuka? Bukankah karena naiknya perkataan tersebut kepada Allah subhanahu wa ta'ala dalam ketinggian-Nya? Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Imam An Nawawi v.
6. Surat Al-Ma’arij : 4
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada-Nya (Rabbnya) dalam sehari yang ukurannya limapuluh ribu tahun.”Imam At Thabari mengatakan bahwa para malaikat dan ruh (yaitu Jibril) naik kepada-Nya yaitu Allah subhanahu wa ta'ala, maka jelaslah bahwa Allah subhanahu wa ta'ala benar-benar berada dalam ketinggian.
7. Surat Al-A’raf : 54
“Sesungguhnya Rabb kalian adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam waktu enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy.”"Tak seorang pun dari salafus shalih mengingkari bahwa bersemayam-Nya Allah l di atas Arsy-Nya itu secara hakikat dan pengkhususan Arsy-Nya dengan bersemayam-Nya karena Arsy adalah makhluk-Nya yang paling besar.Ibnu Jarir dalam Sharihus Sunnah berkata, "Dan cukuplah seseorang mengetahui bahwa Rabb-Nya bersemayam di atas Arsy-Nya. Barangsiapa yang memahami selain yang demikian sungguh dia telah gagal dan merugi."
8. Surat Fushilat : 2“Diturunkan dari (Tuhanmu) Yang maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”Di dalam tafsir As Samarqindi disebutkan makna tanzil adalah Jibril turun dengan membawa Al Qur'an. Kita sendiri tahu bahwa perbuatan turun adalah dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Dari berbagi ayat yang telah disebutkan di atas, nyatalah bahwa Allah berada di atas langit. Statemen yang mengatakan bahwa Allah berada di mana-mana, termasuk menyatu ditubuh makhul adalah pendapat yang membutuhkan dalil baik dari Kitabullah sendiri, Sunnah Nabi n maupun penguat lain yang mu'tabar(Terakui keabsahannya)

Tidak ada komentar: