Selasa, 18 Maret 2008

Bantahan JIL

MUHAMMAD ARIFIN BADERI M.A


JIL
Pembaharu
Agama Abu Jahal
&
PENGIKUT DAJJAL






Tanggapan atas buku
"Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam"
oleh: Ulil Abshar Abdalla, dkk





DAFTAR ISI


Pendahuluan 1
Bab Pertama: Antara JIL dan syahadat La ilaha illallah. 7
Tiga alasan di balik gerakan JIL. 9
Di bawah naungan La ilaha illallah kebahagiaan hidup dapat dicapai. 12
Menjalankan syari'at adalah konsekwensi dari iman. 13
Bab Kedua: Tauhid adalah Misi Utama Seluruh Agama. 16
Tauhid adalah kewajiban setiap manusia. 17
Metode dakwah yang diajarkan oleh Nabi r. 18
Bab Ketiga: Kesempurnaan Hanya Ada di Islam. 20
JIL menganggap agama Islam sebagai proses yang tidak pernah selesai. 21
Keadilan hanya ada di agama Islam 22
Bab Keempat: Antara JIL dan Syahadat Muhammad Rasulullah r. 27
JIL menganggap Nabi r hanya sebagai seorang aktor sosial. 31
Persamaan antara JIL dan musuh-musuh para nabi. 33
Bab Kelima: Antara JIL dan Dajjal. 34
Nabi Muhammad r adalah penutup para rasul dan nabi. 34
JIL membenarkan setiap nabi palsu (dajjal). 36
Antara wahyu Allah dan "wahyu" iblis. 36
Bab Keenam: Antara JIL dan Upaya Penerapan Syari'at. 37
· Macam-macam kedzaliman. 38
· Islam mengajarkan perundang-undangan yang sempurna. 40
· Prinsip-prinsip pokok permusyawaratan dalam Islam. 42
· Metode yang benar dalam menegakkan syari'at. 46
Bab Ketujuh: Hari Qiyamat di Mata JIL. 50
Bab Kedelapan: Antara Islam dan Adat Istiadat. 53
Bab Kesembilan: Hukum mengingkari Permasalahan yang Telah Disepakati. 56
Bab Kesepuluh: Antara JIL dan Orang-orang Munafiq. 60
Bab Kesebelas: Beberapa Bukti Kebodohan Koordinator JIL. 64
Kedudukan ilmu dalam Islam. 64
Dua belas bukti kebodohan koordinator JIL. 65
Bab Kedua Belas: Antara JIL dan Gerakan Pembaharuan Islam. 74
Makna pembaharuan (tajdid) dalam Islam. 74
Pembaharuan JIL, pembaharuan ala pendeta. 76
Bab Ketiga Belas: Antara JIL dan Persatuan Agama. 78
Penutup: Petaka Perpecahan Umat. 85
Daftar Pustaka. 95

PENDAHULUAN

إنَّ الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضلَّ له، ومن يضلل فلا هادي له، أشهد أن لا إله إلاَّ الله وحده لا شريك له وأشهد أنَّ محمداً عبده ورسوله.
فإن أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد e، وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار.
Segala puji hanya milik Allah, yang telah melimpahkan kepada kita umat Islam berbagai kemurahan dan kenikmatan-Nya. Maha Suci Allah yang telah menciptakan kehidupan dan kematian sebagai ujian bagi umat manusia, siapakah dari mereka yang baik amalannya:
] الذي خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عملا وهو العزيز الحكيم [ الملك 2
"Yang menjadikan kematian dan kehidupan, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalannya. Dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (Al Mulk 2).
Dan Maha Suci Allah yang telah menjadikan sebagian manusia sebagai cobaan dan ujian bagi sebagian lainnya, guna menguji dan membuktikan kepada manusia siapakah diri mereka sebenarnya:
]وجعلنا بعضكم لبعض فتنة أتصبرون وكان ربك بصيرا[ الفرقان 20
"Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?, dan adalah Tuhan-mu Maha Melihat." (Al Furqan 20).
Seandainya Allah Ta'ala menghendaki untuk menjadikan seluruh manusia seragam dan sama, sehingga tidak ada perbedaan dan ujian di antara mereka, niscaya Allah Ta'ala Maha Kuasa untuk melakukannya, akan tetapi taqdir dan kehendak Allah Ta'ala telah menentukan adanya sebagian manusia yang beriman, sehingga akan menjadi penghuni surga dan mendapatkan rahmat serta kasih sayang dari-Nya, dan dari mereka ada pula yang durhaka dan kufur, sehingga mereka akan menjadi penghuni neraka:
] ولو شاء ربك لجعل الناس أمة واحدة ولا يزالون مختلفين إلا من رحم ربك ولذلك خلقهم وتمت كلمة ربك لأملأن جنهم من الجنة والناس أجمعين[ هود 118-119
"Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia ummat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahnnam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya." (Hud 118-119).
Adanya kekufuran dan keimanan di kehidupan dunia ini adalah salah satu bagian dari sunnatullah, sehingga dengan demikian akan menjadi bukti bagi manusia bahwa Allah Ta'ala Maha Pengasih lagi Penyayang dan di waktu yang sama Allah Maha pedih siksa-Nya.
Pertarungan antara kebenaran beserta pemeluknya melawan kebatilan beserta seluruh antek-anteknya telah dimulai semenjak manusia pertama yaitu Nabi Adam 'alaihis salaam dan istrinya Hawa melawan nenek moyang pemuja kebatilan, yaitu Iblis la'natullah 'alaihi:
]وقلنا اهبطوا بعضكم لبعض عدو[ البقرة 36.
"Turunlah kamu, sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain". (Al Baqarah 36).
Sebagaimana Allah Ta'ala juga telah memperingatkan umat manusia agar senantiasa waspada dari tipu daya iblis dan pengikutnya:
] يا بني آدم لا يفتننكم الشيطان كما أخرج أبويكم من الجنة ينـزع عنهما لباسهما ليريهما سوءاتهما إنه يراكم هو وقبيله من حيث لا ترونهم إنا جعلنا الشياطين أولياء للذين لا يؤمنون[ الأعراف 27
"Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat tertipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-peminpin bagi orang-orang yang tidak beriman." (Al A'araf 27).
Di lain sisi, iblis la'natullah 'alaihi juga telah mengumandangkan sumpah sekaligus janjinya untuk senantiasa menyesatkan dan memerangi anak keturunan Nabi Adam 'alaihis salaam:
] وإذ قلنا للملائكة اسجدوا لأدم فسجدوا إلا إبليس قال ءأسجد لمن خلقت طينا قال أريأيتك هذا الذي كرمت علي لئن أخرتني إلى يوم القيامة لأحتنكن ذريته إلا قليلا[ الإسراء 61-62
"Dan (ingatlah) tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam"lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: Apakah aku akn sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah"? Dia (iblis) berkata: Terangkanlah kepadaku, inikah orang yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari qiyamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil." (Al Isra' 61-62).
Pertarungan antara kebenaran melawan kebatilan, antara orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir melawan para pengikut iblis dan antek-anteknya tidak mengenal waktu dan tempat, sehingga negeri kita Indonesiapun tidak dapat luput darinya. Sejarah perjalanan dan perjuangan kaum muslimin di Indonesia sejak dahulu kala hingga saat ini senantiasa diwarnai dengan adanya pertarungan-pertarungan semacam ini. Dahulu kaum muslimin bangsa Indonesia berperang melalui antek-antek para penjajah yang menjajakan agama mereka, dan setelah bangsa kita merdeka iblispun tidak putus asa untuk melancarkan permusuhannya. Melalui berbagai perangkapnya ia memperdaya para pemujanya untuk memusuhi kebenaran dan pengikutnya.
Di antara makar yang sedang marak -walau sudah usang- ialah apa yang disebut dengan ajaran JIL (Jaringan Islam Liberal), dengan koordinatornya yang bernama Ulil Abshar Abdalla (selanjutnya disingkat: UAA). UAA mempropagandakan makar usang ini dengan mengesankan sebagai upaya "menyegarkan kembali pemahaman Islam".([1])
Ini adalah salah satu upaya yang ia tempuh guna mengelabuhi sebagian kaum muslimin yang lugu, dan kurang mengenal akan agamanya sendiri, yaitu agama Islam.
Dan untuk sedikit membuktikan bahwa misi yang sedang ia pikul dengan segala pengorbanannya adalah misi yang telah usang, kami mengajak para pembaca untuk membandingkan antara ucapannya berikut ini: "Pandangan bahwa syari'at adalah suatu "paket lengkap" yang sudah jadi , suatu resep dari Tuhan untuk menyelesaikan masalah di segala zaman, adalah wujud ketidaktahuan dan ketidak mampuan memahami sunnah Tuhan itu sendiri. Mengajukan syariat Islam sebagai solusi atas semua masalah adalah salah satu bentuk kemalasan berpikir atau lebih parah lagi, merupakan cara untuk lari dari masalah, sebentuk eskapisme, inilah yang menjadi sumber kemunduran umat Islam di mana-mana".([2]) Bandingkan ucapannya ini dengan ucapan Abu Jahal dan kawan-kawannya ketika dijanjikan oleh Rasulullah e akan menjadi pemimpin bangsa Arab dan juga selainnya (bangsa 'ajam/non Arab) bila mereka mengikrarkan ucapan syahadat (La ilaha illallah), ucapan mereka itu telah diabadikan dalam ayat-ayat berikut ini,
"Apakah ia hendak menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata): Pergilah kamu, dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki.([3]) Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir (yaitu agama nasrani), ini (mengesakan Allah) tidak lain hanyalah (kedustaan) yang diada-adakan." (Surat Shad 5-7).([4])
Bila Abu Jahal menganggap seruan tauhid, beribadah hanya kepada Allah Ta'ala adalah suatu hal yang mengherankan, maka UAA menganggapnya sebagai sikap tidak mampu memahami sunnah Tuhan, atau bahkan sebagai sikap malas berpikir atau sebagai pelarian dari masalah, atau sebagai "wujud ketidak berdayaan umat islam dalam menghadapi masalah yang mengimpit mereka, dan menyelesaikannya dengan cara rasional".([5])
Karena membaca tulisan UAA ini, yang merupakan pertanda bagi kebangkitan kembali agama Abu Jahal, kami merasa tergugah untuk ikut andil dalam memperingatkan umat islam dari godaan dan propaganda mereka. Oleh karena itu kami berusaha sedikit meluangkan waktu([6]) -di sela-sela kesibukan kami menyusun disertasi- untuk menuliskan buku ini, dengan harapan: semoga -dengan taufiq dari Allah- menjadi bekal bagi umat Islam di Indonesia dalam menghadapi gerakan agama Abu Jahal yang dipelopori oleh UAA dan konco-konconya, agama yang telah usang lagi rapuh ini. Dan semoga dengan tulisan ini, Allah Ta'ala melimpahkan taufiq dan rahmat-Nya kepada saya, keluarga saya, segenap kru JIL dan pengagum mereka, juga seluruh kaum muslimin di manapun mereka berada, untuk senantiasa istiqamah di atas agama islam.
Tidak lupa pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang ikut andil dalam memudahkan terselesaikannya tulisan ini, secara khusus saya sebutkan dari mereka istri dan anak-anak saya yang sudah banyak berkorban dan menunjukkan sikap pengertian selama saya menuliskan buku ini. Juga seluruh kawan yang telah meminjamkan kitab atau memberikan saran atau masukan demi terselesaikannya tulisan ini dengan baik dan format yang diharapkan. Semoga Allah membalas semua kebaikan mereka di dunia dan akhirat, amiin.
Madinah Nabawiyah, Syawal 1426 H
Bab Pertama
KANDUNGAN DAN SYARAT SAH LA ILAHA ILLALLAH

Ucapan syahadatain (la ilaha illallahu Muhammad Rasulullah) adalah syarat mutlaq bagi setiap orang yang ingin beragama islam.
عن أبي هريرة t أن رسول الله e قال: (أمرت أن أقاتل الناس حتى يقولوا: لا إله إلا الله، فمن قال: لا إله إلا الله عصم منى ماله ونفسه إلا بحقه وحسابه على الله ) متفق عليه
"Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah t, bahwa Rasulullah e bersabda: "Aku diperintahkan untuk memerangi seluruh manusia hingga mereka mengikrarkan la ilaha illallah, maka barang siapa yang telah mengikrarkan: la ilaha illallah, berarti harta dan jiwanya telah terlindungi dariku, kecuali dengan hak-haknya (hak-hak yang berkenaan dengan harta dan jiwa), sedangkan pertanggung jawaban atas amalannya terserah kepada Allah." (Muttafaqun 'Alaih).
Hadits di atas dengan tegas menyatakan bahwa tugas utama Rasulullah e adalah menyerukan kepada seluruh manusia untuk mengikrarkan aqidah tauhid yang terkandung dalam syahadat la ilaha illallah, bahkan lebih tegas lagi Rasulullah e diperintahkan untuk memusuhi seluruh manusia hingga mereka mengikrarkan syahadat ini. Hal ini selaras dengan perintah Allah Ta'ala dalam Al Qur'an:
] قد كانت لكم أسوة حسنة في إبراهيم والذين معه إذ قالوا لقومهم إنا براءاء منكم وما تعبدون من دون الله كفرنا بكم وبدا بيننا وبينكم العداوة والبغضاء أبدا حتى تؤمنوا بالله وحده[ الممتحنة 4
"Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya, ketika mereka berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya kami berlepas diri dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami mengingkari (kekafiran)mu, dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya, sampai kamu beriman kepada Allah saja." (Al Mumtahanah 4) .
Inilah inti dari syahadat la ilaha illallah, yaitu beriman dan beribadah hanya kepada Allah Ta'ala, dan mengingkari seluruh bentuk peribadatan, pengagungan dan kepercayaan kepada selain-Nya. Makna dari syahadat tauhid ini telah ditegaskan dalam ayat lain:
] لا إكراه في الدين قد تبين الرشد من الغي فمن يكفر بالطاغوت ويؤمن بالله فقد استمسك بالعرروة الوثقى لا انفصام لها والله سميع عليم [ البقرة 256
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada thaghut (segala sesembahan selain Allah) dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Al Baqarah 256).
Juga dalam sabda Nabi e berikut ini:
عن طارق بن أشيم t قال سمعت رسول الله e يقول: (من قال لا إله إلا الله وكفر بما يعبد من دون الله حرم ماله ودمه وحسابه على الله). رواه مسلم
"Diriwayatkan dari sahabat Thariq bin Asyyam t ia berkata: saya pernah mendengar Rasulullah e bersabda: "Barang siapa yang mengucapkan la ilaha illallahu, dan ia mengingkari segala sesuatu yang di sembah selain Allah, maka telah terlindung harta dan darahnya, sedangkan hisab amalannya terserah kepada Allah." (HRS Muslim).
Ayat dan hadits ini termasuk dalil-dalil yang paling jelas dalam menafsirkan makna syahadat la ilaha illallah, karena pada ayat dan hadits ini Allah dan Rasul-Nya r tidak menganggap bahwa seseorang akan terlindung jiwa dan hartanya semata-mata hanya dengan mengucapkan la ilaha illallah, jika ia masih percaya dengan sesembahan selain Allah. Namun ia baru akan terlindung jiwa dan hartanya, bila ia telah mengikrarkan syahadat ini dengan yakin dan ikhlas dan ditambah dengan ingkar kepada seluruh sesembahan selain Allah.
Inilah prinsip utama agama islam, yaitu beriman dan beribadah hanya kepada Allah ditambah menentang setiap peribadatan kepada selain-Nya. Sehingga setiap muslim yang benar-benar muslim pasti meyakini bahwa penyembahan kepada malaikat, nabi, binatang, benda, patung atau syetan dll adalah bentuk-bentuk kemusyrikan yang harus diingkari dan diperangi, karena itu semua merupakan kekufuran dan bertentangan dengan keimanan. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam banyak ayat dan hadits, di antaranya, firman Allah Ta'ala berikut ini:
] لقد كفر الذين قالوا إن الله هو المسيح ابن مريم وقال المسيح يا بني إسرائيل اعبدوا الله ربي وربكم إنه من يشرك بالله فقد حرم عليه الجنة ومأواه النار وما للظالمين من أنصار[ المائدة 72
"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putra Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "hai, Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu", sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan atasnya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang yang zalim itu seorang penolong." (Al Maidah 72).
Hal ini tentu sangat berlawanan dengan prinsip agama Abu Jahal yang sedang dipropagandakan kembali oleh JIL melalui tulisan koordinatornya UAA, yang di antaranya ia berkata: "Dengan tanpa rasa sungkan dan kikuk, saya mengatakan: semua agama adalah tepat berada pada jalan seperti ini, jalan panjang menuju Yang Maha Benar. Semua agama, dengan demikian, adalah benar, dengan variasi, tingkat dan kadar kedalaman yang berbeda-beda dalam menghayati jalan religiusitas itu. Semua agama ada dalam keluarga besar yang sama, yaitu keluarga pencinta jalan menuju kebenaran yang tak pernah ada ujungnya".([7])
Di lain kesempatan ia berkata: "Setiap doktrin yang hendak membentuk tembok antara "kami" dan "mereka" antara hizb Allah (golongan Allah) dan hizb syaithan (golongan setan) dengan penafsiran yang sempit atas dua kata itu, antara "Barat" dan "Islam"; doktrin demikian adalah penyakit sosial yang akan menghancurkan nilai dasar Islam itu sendiri, nilai tentang kesederajatan umat manusia, nilai tentang manusia sebagai warga dunia yang satu."([8])
UAA dalam dua ungkapannya ini ditimpa kebodohan yang tiada kebodohan lebih parah darinya, sampai-sampai ia tidak mampu membedakan antara orang muslim yang hanya beribadah kepada Allah Ta'ala dengan orang Nasrani yang beribadah kepada tuhan trinitas, orang Budha yang menyembah patung budha, dan hindu yang menyembah berbagai tuhan, dimulai dari sapi, ular, tikus dll, orang sufi yang menyembah dirinya sendiri (wihdatul wujud) dan juga agama-agama lain yang diantara mereka ada yang menyembah kemaluan manusia. Maha suci Allah dari segala apa yang mereka sekutukan
] ذلك بأن الله هو الحق وأن ما يدعون من دونه الباطل وأن الله هو العلي الكبير[ لقمان 30
"Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang (Sesembahan Yang) Hak, dan sesungguhnya apa saja yang mereka sembah selain dari Allah itu adalah (sesembahan) yang batil, dan sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." (Luqman 30)
Dan bila kita pikirkan lebih jauh, sebenarnya doktrin agama Abu Jahal ini, yaitu persatuan agama dan pengakuan bahwa tuhan itu banyak dan tidak Esa, adalah misi utama seluruh upaya dan daya yang ia kerahkan selama ini.
Mungkin ada yang bertanya-tanya, mengapa UAA melakukan semua ini? Atau mengapa ia dengan sengaja menutup mata kepala dan juga mati hatinya dari kenyataan yang sangat terang bahkan lebih terang dibanding sinar matahari di siang bolong? Dan apa yang hendak ia dan kelompoknya capai?
Untuk mengetahui jawabannya, saya akan mengajak saudara-saudaraku kaum muslimin untuk sedikit menghayati beberapa firman Allah berikut ini:
] وعد الله الذين آمنوا وعملوا الصالحات ليستخلفنهم في الأرض كما استخلف الذين من قبلهم وليمكننهم دينهم الذي ارتضى لهم وليبدلنهم من بعد خوفهم أمنا يعبدونني لا يشركون بي شيئا ومن كفر بعد ذلك فأولئك هم الفاسقون[ النور 55
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menggantikan (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam keadaan ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tiada menyekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasiq." (An Nur 55).
Dan juga firman-Nya :
] يأيها الذين آمنوا إن تنصروا الله ينصركم ويثبت أقدامكم[ محمد 7
"Hai, orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (Muhammad 7).
Inilah yang hendak mereka kikis dari kaum muslimin, yaitu iman dan amal shaleh. Musuh-musuh kaum muslimin sadar benar, dan telah membuktikan, bahwa sepanjang perjalanan sejarah, kekuatan kaum muslimin terletak pada keimanan dan tawakkal mereka kepada Allah Ta'ala, yang didukung oleh amal shaleh yang senantiasa mereka jalankan. Dan mereka (musuh-musuh islam) sadar bahwa selama kaum muslimin berpegang teguh dengan keimanan yang benar dan mengamalkan syari'at yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad e, mereka tidak akan mampu menaklukkan kaum muslimin.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah, berkata: "Tatkala kemunafikan, amaliah bid'ah, kemaksiatan -yang semua itu bertentangan dengan ajaran Rasulullah e- telah merajalela di masyarakat mereka (dinasti Umawiyyah dan Abbasiyah), maka musuh dapat menguasai mereka, sehingga orang-orang Romawi yang beragamakan Nasrani berani berkali-kali menyerang daerah Syam, dan Al Jazirah, dan akhirnya mereka berhasil menguasai benteng-bentang pertahanan Syam satu demi satu, hingga pada akhir abad keempat mereka berhasil menguasai Baitul Maqdis. Kemudian selang tak berapa lama setelah itu, mereka mengepung kota Damasqus. Dan penduduk Syam kala itu dalam situasi yang sangat buruk, kebanyakan mereka satu dari dua alternatif berikut: orang kafir Nasrani atau orang munafik lagi musyrik. Hingga akhirnya tampillah Nuruddin As Syahid sebagai pemimpin, kemudian ia mengajarkan dan menegakkan ajaran Islam, dan memerangi musuh-musuhnya…..Dan demikian juga halnya kaum muslimin di belahan bumi bagian timur, tatkala mereka menegakkan syari'at Islam, mereka mendapatkan pertolongan dari Allah dalam melawan musuh-musuh mereka dari kalangan orang-orang Turki, India, Cina dan lainnya. Akan tetapi tatkala amalan bid'ah, kesyirikan dan berbagai kemaksiatan menjamur di kalangan mereka, saat itulah orang-orang kafir berhasil menguasai mereka. …..Dan di antara penyebab keberhasilan masuknya pasukan Tatar ke negeri kaum muslimin ialah merajalelanya berbagai amaliah kesyirikan, kemunafikan, dan bid'ah, sampai-sampai Fakhrurrazi menulis bukunya yang mengajarkan peribadatan kepada bintang, berhala, dan metode-metode ilmu sihir, buku itu ia beri nama: "Al Sirr Al Maktum Fi Al Sihr wa Mukhothabah Al Nujum".([9])
Ahlul bid'ah dan orang-orang munafiq sepanjang perjalanan sejarah telah menjadi salah satu faktor utama bagi kemunduran dan kekalahan kaum muslimin. Sebagai salah satu contoh pengkhianatan ahlul bid'ah dan kaum munafiqin terhadap kaum muslimin ialah apa yang terjadi pada saat Kaum Tatar pada tahun 656 H, menyerang kota Baghdad ibu kota Khilafah Abbasiyah. Pada awalnya mereka merasa gentar dan takut untuk menyerbu kota Baghdad, akan tetapi setelah terjadi surat menyurat antara mereka dengan salah seorang pejabat tinggi di khilafah Abbasiyyah yang ia menganut paham syi'ah, yaitu Wazir Muayyiduddin Muhammad bin Ahmad Al Al-Qummy, maka merekapun memberanikan diri untuk menyerbu kota Baghdad, dan akhirnya terjadilah sejarah pilu yang telah panjang lebar di tuturkan oleh para ahli sejarah.([10])
Bahkan sejarah kaum muslimin juga telah membuktikan bahwa orang-orang munafiq dan ahlul bid'ah telah berhasil melakukan banyak hal yang tidak mungkin dilakukan oleh orang-orang Nashrani atau Yahudi. Sebagai contohnya, ialah apa yang dilakukan oleh orang-orang Qaramithah (salah satu sekte kebatinan)([11]) mereka dibawah pimpinan Abu Thahir Al Qirmith membantai kafilah-kafilah jama'ah haji, merampas seluruh harta perbekalan mereka. Dan yang lebih mengenaskan lagi adalah mereka pada musim haji tahun 317 H menyerang kota Makkah, dan membantai jamaah haji, kemudian membuang mayat-mayat mereka ke sumur Zam-zam, dan ditambah lagi salah seorang dari mereka mencongkel hajar aswad, sambil berkata: "Di manakah burung Ababil?! Di manakah bebatuan dari Sijjil?!([12]) Lalu mereka membawa pergi Hajar Aswad ke tempat mereka di daerah Bahrain, dan selama 22 tahun Hajar Aswad mereka simpan di negeri mereka, sehingga selama itu pulalah kaum muslimin tidak dapat mencium Hajar Aswad ketika berthawaf mengelilingi Ka'bah, semoga Allah membalas mereka dengan azab yang setimpal, dan menumpas pengikut mereka di manapun berada .([13])
Ini adalah tujuan pertama (Kesimpulannya apa pin?). Adapun tujuan mereka kedua ialah untuk mengabdi kepada tuan-tuan mereka yang telah mendanai mereka, yaitu kaum salibis, kaum Nashara' guna melicinkan program kristenisasi di bumi Nusantara. Sebab bila setiap orang islam sudah beranggapan bahwa semua agama adalah sama, maka jalan akan menjadi mulus nan licin di hadapan para misionaris, toh tidak ada bedanya (bagi mereka) antara islam dan nasrani, apalagi ditambah dengan iming-iming materi, sembako, pengobatan, beasiswa dll. Apalagi bagi orang-orang yang silau melihat kemajuan IPTEK yang ada pada orang-orang Nasrani, sehingga ia beranggapan bahwa faktor utama yang menjadikan mereka mencapai kemajuan ini adalah karena mereka memiliki kebebasan berfikir, berpendapat, bersikap, dst, tanpa ada campur tangan dari agama mereka. Padahal memang benar bahwa orang-orang Kristen maju tatkala mereka tinggalkan agama mereka, tapi perlu diketahui bahwa agama Kristen model manakah yang mereka tinggalkan, hingga mereka maju?. Agama Kristen yang dibawa nabi Isa u? Ataukah? agama Kristen yang telah "direnovasi" oleh Paulus dkk, yaitu agama Kristen yang memerangi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menindas siapa saja dari kalangan ilmuwan yang berani berbeda pendapat dengan gereja??. Tentunya adalah agama Kristen model kedua!. Apakah agama Islam satu model dengan agama Kristen model kedua ini??. Propaganda semacam ini semakin membuka lebar-lebar jalan pemurtadan bagi kaum misionaris. Mereka (JIL) dengan mati-matian memperjuangkan bolehnya pernikahan antar agama, wanita muslimah dinikahi oleh lelaki Yahudi atau Nasrani. Hal inilah di antara yang melatar belakangi UAA berkata: "Larangan kawin beda agama, dalam hal ini antara perempuan Islam dengan lelaki non-Islam sudah tidak relevan lagi."([14])
Yang semakin menguatkan dugaan kami adalah ucapan UAA yang mengatakan bahwa agama Kristen lebih dewasa bila dibanding agama islam. Berikut cuplikan dari ucapan UAA: "Jadi, Islam bukan yang paling benar. Pemahaman serupa, terjadi di Kristen selama berabad-abad. Tidak ada jalan keselamatan di luar gereja. Baru pada 1965 masehi, Gereja katolik di Vatikan merevisi paham ini. Sedangkan Islam yang berusia 1423 tahun dari hijrah nabi, belum memiliki kedewasaan yang sama seperti Katolik."([15])
Kita semua dapat membayangkan, bila orang awam diajari bahwa semua agama adalah sama, akan tetapi ada yang lebih dewasa, yaitu agama Kristen atau Katolik, tentu proses kritenisasi akan mudah, semudah mengalirnya air dari mulut guci.
Tujuan kedua ini, jauh-jauh hari telah dibongkar oleh Al Qur'an:
] ولن ترضى عنك اليهود ولا النصارى حتى تتبع ملتهم[ البقرة 120
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu, hingga kamu mengikuti agama mereka." (Al Baqarah 120).
Dan mungkin tujuan ketiga yang melatar belakangi UAA dan JIL-nya melakukan ini semua ialah rasa tamak terhadap kekayaan dan sensasi semu, sehingga menjadikannya siap untuk menggadaikan apa saja demi mencapai kepentingan dunia:
(قال معاذ بن جبل: إن من ورائكم فتنا يكثر فيها المال ويفتح فيها القرآن حتى يأخذه المؤمن والمنافق والرجل والمرأة والصغير والكبير والعبد والحر، فيوشك قائل أن يقول: ما للناس لا يتبعوني وقد قرأت القرآن، ما هم بمتبعي حتى أبتدع لهم غيره، فإياكم وما ابتدع فإن ما ابتدع ضلالة). رواه أبو داود والبيهقي وصححه الحاكم وقال: على شرط الشيخين.
"Sahabat Mua'az bin Jabal berkata: Sesungguhnya di masa yang akan datang akan banyak terjadi fitnah dan harta akan melimpah ruah, dan Al Qur'an akan banyak dibuka orang, sehingga Al Qur'an akan dibaca oleh setiap orang; oleh orang yang beriman dan juga oleh orang munafiq, oleh laki-laki dan juga oleh perempuan, oleh anak kecil dan juga oleh orang dewasa, oleh budak dan juga oleh orang yang merdeka. Dan sebentar lagi akan ada orang yang berkata, Mengapa orang-orang enggan mengikutiku, padahal aku telah mempelajari Al Qur'an. (Sungguh) mereka tidak akan mengikutiku, hingga aku mengadakan untuk mereka hal baru selain (ajaran Al Qur'an). (Kemudian Mu'az bin Jabal berwasiat): "Berhati-hatilah kamu dari apa yang ia ada-adakan, karena sesungguhnya hal yang ia ada-adakan adalah kesesatan". (Riwayat Abu Dawud, Al Baihaqi dan dinyatakan shahih dan selaras dengan persyaratan Bukhari dan Muslim oleh Al Hakim).
Kembali kepada pokok permasalahan, yaitu masalah kandungan dan syarat sahnya syahadat La Ilaha illallahu. Di antara perwujudan dari iman kepada Allah dan ingkar kepada selain-Nya ialah kita senantiasa mencintai Allah di atas segala kecintaan kepada selainnya, sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut:
] ومن الناس من يتخذ من دون الله أندادا يحبونهم كحب الله والذين آمنوا أشد حبا لله [
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman, lebih mencintai Allah (dibanding kecintaan orang-orang musyrikin kepada sekutunya)." (Al Baqarah 165).
Dengan cara inilah kaum mukminin akan senantiasa merasakan nikmatnya hidup di bawah naungan iman kepada Allah Ta'ala. Betapa tidak? Bila seorang telah memurnikan keimanan hanya kepada Allah, dan tidak ada dalam jiwanya sedikitpun kepercayaan atau ketergantungan kepada selain-Nya, niscaya rahmat, pertolongan dan taufiq dari Allah akan senantiasa menyertainya. Oleh karena itu Nabi e mengabarkan bahwa orang yang ketika hidup di dunia telah mencapai keimanan semacam ini, niscaya ia akan dapat merasakan manis dan nikmatnya iman:
عن أنس عن النبي e قال: (ثلاث من كن فيه وجد بهن حلاوة الإيمان، من كان الله ورسوله أحب إليه مما سواهما، وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله، وأن يكره أن يعود في الكفر بعد أن أنقذه الله منه كما يكره أن يقذف في النار). متفق عليه.
"Diriwayatkan dari sahabat Anas dari Nabi e bersabda: "Tiga hal, barang siapa yang ketiganya ada pada dirinya, niscaya ia akan mendapatkan/merasakan manisnya keimanan (ketiga hal itu ialah): Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain keduanya, dan ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya melainkan hanya karena Allah, dan ia membenci untuk kembali kepada kekufuran setelah ia diselamatkan Allah darinya, sebagaimana ia membenci untuk dicampakkan ke dalam api." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu, kaum mukminin dan orang-orang sholeh senantiasa mendapatkan kebahagian dan ketenangan bila mereka sedang menjalankan ketaatan dan terhindar dari kemaksiatan. Ini semua dikarenakan mereka senantiasa sadar bahwa dengan menjalankan ketaatan kepada Allah dengan tulus dan ikhlas, berarti mereka sedang mendekatkan diri kepada dzat yang paling mereka cintai, dan sudah barang tentu memenuhi perintah dan menjauhi larangan dzat yang paling mereka cintai adalah suatu hal yang akan mendatangkan kebahagiaan dan ketentraman dalam jiwa mereka. Untuk memahami kenyataan yang agung ini, kami ajak para pembaca yang budiman untuk sedikit merenungkan ayat berikut:
] الذي آمنوا وتطمئن قلوبهم بذكر الله ألا بذكر الله تطمئن القلوب الذين آمنوا وعملوا الصالحات طوبى لهم وحسن مئاب[ الرعد 28-29
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. Orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik." (Ar Ra'du 28-29)
Bagi kaum mukminin, iman dan amal shaleh adalah sumber ketenangan dan kebahagiaan mereka, sehingga, mereka tidak pernah merasa tertindas atau terbebani karena ajaran dan kewajiban syariat yang harus mereka jalani.
] من عمل صالحا من ذكر أو أنثى وهو مؤمن فلنحيينه حياة طيبة ولنجزينهم أجرهم بأحسن ما كانوا يعملون[ النحل 97
"Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki atau perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (didunia) dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (An Nahl 97).
Sehingga jangan heran bila di antara mereka ada yang berkata: "Seandainya para raja dan putra-putranya mengetahui kebahagiaan yang sedang kita alami, niscaya mereka akan memerangi kita (karena) ingin memperebutkannya." Dan ada yang lain berkata: "Betapa kasihannya para pengejar kekayaan dunia, mereka mati meninggalkan kehidupan dunia, akan tetapi tidak pernah merasakan kenikmatan dunia yang paling nikmat. Maka ada orang yang bertanya kepadanya: Kenikmatan dunia apakah yang paling nikmat? Ia menjawab: Rasa cinta kepada Allah Ta'ala, kenal tantang-Nya dan senantiasa mengingat-Nya."([16])
Ibnul Qayyim berkata: "Cinta, mengenal, senantiasa mengingat Allah, merasa tentram lagi damai di sisi Allah, dan mengesakan-Nya dengan rasa cinta, takut, harap, tawakkal, dan mu'amalah, -sehingga hanya Allah Ta'ala-lah yang menguasai hasrat dan tekad seorang hamba- adalah surga kehidupan dunia dan kenikmatan yang tiada tara".([17])
Dan di antara syarat sahnya keimanan terhadap syahadat la ilaha illallah yang harus ada dalam jiwa setiap orang, ialah kesiapan untuk menerima segala syari'at dan hukum Allah Ta'ala tanpa ada rasa ragu, bimbang atau perasaan tertekan. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Ta'ala:
] وما كان لمؤمن ولا مؤمنة إذا قضى الله ورسوله أمرا أن يكون لهم الخيرة من أمرهم ومن يعص الله ورسوله فقد ضل ضلالا مبينا [ الأحزاب 36
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata." (Al Ahzab 36).
Dalam ayat lain Allah berfirman:
] فلا وربك لا يؤمنون حتى يحكموك فيما شجر بينهم ثم لا يجدوا في أنفسهم حرجا مما قضيت ويسلموا تسليما[ النساء 65
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (An Nisa' 65).
Sebagai salah satu contoh kongkrit bagi sikap mukmin yang sebenar-benarnya ialah apa yang diajarkan oleh Rasulullah e dalam kisah berikut ini:
عن أبي سعيد الخدري قال: جاء رجل إلى النبي e فقال: (إن أخي استطلق بطنه، فقال رسول الله e: اسقه عسلا. فسقاه، ثم جاءه، فقال: إني سقيته عسلا، فلم يزده إلا استطلاقا؟ فقال: له ثلاث مرات، ثم جاء الرابعة، فقال: اسقه عسلا، فقال: لقد سقيته فلم يزده إلا استطلاقا. فقال رسول الله e صدق الله وكذب بطن أخيك. فسقاه، فبرأ. متفق عليه
"Diriwayatkan dari sahabat Abu Sa'id Al Khudri, ia menuturkan: Ada seorang sahabat yang datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengadukan saudaranya yang sedang sakit perut (mencret), maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkannya agar ia mengobati penyakit saudaranya dengan minum madu. Maka orang itupun menuruti petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam itu. Tatkala ia sudah memberi minum madu kepada saudaranya, penyakit saudaranya tidak kunjung sembuh, justru sebaliknya yaitu bertambah mencret, sehingga sahabat tadi kembali mengadukan keadaan ini kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Nabipun kembali memerintahkannya untuk meminumi saudaranya dengan madu, dan kejadian tadipun terulang lagi, yaitu saudaranya semakin mencret. Hingga ia bolak-balik antara Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan saudaranya sebanyak 3 kali, dan setiap kali Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkannya dengan perintah yang sama. Maka ketika keempat kalinya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Maha Benar Allah([18]) dan perut saudaramu telah berdusta", maka sahabat tadipun meminumi saudaranya dengan Madu, dan akhirnya penyakitnya itu sembuh total." (HR. Bukhori dan Muslim).
Demikianlah seharusnya sikap setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah bila berhadapan dengan syari'at-Nya (Pin, apa minum madu untuk berobat termasuk syari'at?), yaitu menerimanya dengan sepenuh hati tanpa ada rasa ragu dan bimbang. Walaupun berbagai teori manusia, propaganda dan bisikan iblis disampaikan kepadanya, ia tidak bergeming sedikitpun, ia tetap menerima dan menjalankan syari'at Allah Ta'ala dengan segala konsekwensinya.
Hal ini tentu sangat berseberangan dengan lontaran-lontaran beberapa tokoh JIL. Di antaranya ungkapan UAA yang menyatakan bahwa bila syari'at islam diterapkan, maka akan terjadi penindasan terhadap sekelompok manusia, misalnya kaum wanita,([19]) atau akan menegakkan kediktatoran,([20]) Di lain kesempatan ia juga mengatakan bahwa menegakkan pergaulan yang islami antara wanita sebagai praktek mengurung perempuan.([21]) Sehingga mereka menganggap bahwa sebagian syari'at islam wajib ditinggalkan atau tidak wajib diikuti, misalnya: kewajiban memakai jilbab atas kaum muslimah, hukum warisan, hukuman potong tangan atas pencuri, memanjangkan jenggot bagi kaum laki-laki, hukum rajam bagi pezina yang pernah menikah dll, padahal ia telah mengetahui dalil-dalil yang mewajibkan hal-hal tersebut di atas, sampai-sampai ia berkata: "Ini (Rajam, qishash, potong tangan, dan jilbab) adalah satu paket yang dianggap sebagai ketentuan agama, karena disampaikan dalam bentuk imperatif (perintah). Hukumnya wajib. Padahal, nilainya lebih bersifat historis dan bukan hukum Tuhan".([22])
Bukan hanya cukup sampai di sini penolakan dan penghinaan UAA terhadap Syari'at Islam, bahkan ia menganggap bahwa: "Upaya penegakan syari'at islam adalah wujud dari ketidak berdayaan umat islam dalam menghadapi masalah yang menghimpit mereka dan menyelesaikannya dengan cara yang rasional."([23])
Selain sikap ini merupakan penyelewengan dari konsekwensi syahadat la ilaha illallahu, ini juga merupakan salah satu bentuk kekufuran, sebab sikap ini berarti penolakan dan penentangan terhadap ayat-ayat Allah Ta'ala dan hadits-hadits Nabi e yang mewajibkan hal-hal tersebut.
Yang lebih parah lagi ia berkata: "Masalah kemanusiaan tidak bisa diselesaikan dengan semata-mata merujuk kepada "hukum Tuhan" (sekali lagi: saya tidak percaya adanya "hukum Tuhan" kami hanya percaya pada nilai-nilai ketuhanan yang universal) tetapi harus merujuk kepada hukum-hukum atau sunnah yang telah diletakkan Allah sendiri dalam setiap bidang masalah."([24])
Dalam beberapa ucapannya ini seakan-akan UAA tidak ingat tentang firman Allah Ta'ala:
] يأيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الله والرسول إن كنتم تؤمنون بالله واليوم الآخر ذلك خير وأحسن تأويلا [ النساء 59
"Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlain pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah, (Al Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (An Nisa' 59).
Dalam ayat ini dengan tegas Allah menjadikan berhukum kepada Al Qur'an dan As Sunnah dalam setiap permasalahan yang diperselisihkan adalah syarat bagi kebenaran iman kepada Allah dan hari akhir. Sehingga orang yang enggan berhukum kepada hukum Al Qur'an dan As Sunnah di saat terjadi perselisihan, berarti menurut ayat ini, ia tidak dikatakan beriman kepada Allah dan hari Akhir, sebagaimana yang tegaskan oleh banyak dari ahli tafsir([25])
Dari penjelasan singkat tentang kandungan dan syarat sahnya syahadat La ilaha illallahu ini, jelaslah bagi kita bahwa ikrar syahadat ini tidaklah akan berguna bagi pelakunya bila tidak disertai dengan pengamalan terhadap semua syarat dan konsekwensi syahadat ini, oleh karena itu diriwayatkan bahwa ada seseorang berkata kepada Wahb bin Munabbih: Bukankah syahadat La ilaha illallahu adalah kunci (untuk masuk) surga? Beliau menjawab: "Benar, akan tetapi bukankah setiap kunci pasti memiliki gigi? Sehingga bila engkau datang dengan membawa kunci yang memiliki gigi, niscaya engkau akan dapat membuka pintu surga, akan tetapi bila engkau datang dengan kunci yang tidak bergigi, niscaya engkau tidak akan pernah dapat membukanya."([26])
Dan dengan memahami hal ini pulalah kita dapat memahami mengapa orang-orang munafiq dinyatakan dalam Al Qur'an akan menghuni neraka, bahkan di kerak neraka. Ini semua karena mereka tidak memenuhi persyaratan syahadat la ilaha illallahu, dan bahkan mereka senantiasa menyembunyikan kekufuran dalam jiwa mereka, serta senantiasa berusaha mengkhianati islam dan ummatnya:
] إن المنافقين في الدرك الأسفل من النار ولن تجد لهم نصيرا[ النساء 145
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah (kerak) neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong bagi mereka." (An Nisa' 145).
Demikianlah hukuman orang-orang munafik, padahal di dunia setiap kali mereka ditegur dari ulahnya, mereka senantiasa berkata: Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan, pembaharuan, dll:
] وإذا قيل لهم لا تفسدوا في الأرض قالوا إنما نحن مصلحون ألا إنهم هم المفسدون ولكن لا يشعرون [ البقرة 11-12.
"Dan bila dikatakan kepada mereka: janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi (yaitu dengan berbagai ulah dan ucapan mereka) mereka menjawab: Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan. Ketahuilah, sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar." (Al Baqarah 11-12)

Bab Kedua
TAUHID ADALAH MISI TERPENTING SELURUH AGAMA

Umat manusia di manapun mereka berada harus senantiasa mengucapkan dan menunjukkan sikap syukur kepada Allah Ta'ala, sebab Dia telah menciptakan mereka dengan dilengkapi dan dibekali segala hal yang menunjang keberlangsungan hidup mereka di dunia. Nikmat dan karunia ini sebagaimana Allah Ta'ala nyatakan dalam firman-Nya:
] هو الذي خلق لكم ما في الأرض جميعا[ البقرة 29
"Dialah Allah yang telah menciptakan segala yang ada d ibumi untuk kamu." (Al Baqarah 29), dan juga dalam firman-Nya:
] ألم تروا أن الله سخر لكم ما في السماوات وما في الأرض وأسبغ عليكم نعمه ظاهرة وباطنة [ لقمان 20
"Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin." (Luqman 20).
Allah bukan hanya melimpahkan kepada mereka kenikmatan duniawi yang akan menunjang kehidupan mereka selama di dunia, bahkan Allah Ta'ala juga telah menjelaskan kepada mereka jalan kebenaran yang menghantarkan mereka kepada keridhaan Allah dan surga-Nya. Juga memperingatkan mereka dari jalan kesesatan yang akan menghantar mereka kepada kemurkaan Allah dan neraka-Nya:
] وهديناه النجدين [ البلد 10
"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya (manusia) dua jalan (jalan kebenaran dan jalan kesesatan)." (Al Balad 10).
Dan juga Allah telah menjelaskan kepada manusia tujuan diciptakannya mereka, yaitu guna mengabdi dan beribadah hanya kepada Allah Ta'ala:
] وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون[ الذاريات 56
"Dan Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."([27]) (Az Zariyaat 56).
Dengan demikian telah lengkaplah kenikmatan Allah Ta'ala atas manusia, oleh karena itu tidaklah asing dan aneh bila setiap manusia berkewajiban untuk mensyukuri nikmat-nikmat agung ini dengan cara mengesakan Allah Ta'ala dengan segala bentuk peribadatan dan pengagungan.
] يأيها الناس اعبدوا ربكم الذي خلقكم والذين من قبلكم لعلكم تتقون. الذي جعل لكم الأرض فراشا والسماء بناء وأنزل من السماء ماء فأخرج به من الثمرات رزقا لكم فلا تجعلوا لله أندادا وأنتم تعلمون[ البقرة 21-22
"Hai manusia beribadahlah kepada Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan, dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (Al Baqarah 21-22)
Karena Allah Ta'ala Maha Murah lagi Maha Penyayang, maka Dia tidak membiarkan umat manusia mengarungi bahtera kehidupan dunia yang penuh dengan badai fitnah sendirian tanpa ada yang menuntun mereka. Allah Ta'ala telah mengutus kepada setiap umat seorang nabi atau rasul untuk mengingatkan mereka akan kewajiban dan tujuan utama hidup mereka di dunia; yaitu beribadah hanya kepada Allah dan meninggalkan segala bentuk peribadatan kepada selain-Nya. Allah Ta'ala senantiasa mengutus kepada mereka rasul-rasul-Nya, semenjak terjadi kesyirikan pertama kali di zaman Nabi Nuh 'alaihis salaam, hingga rasul terakhir Nabi Muhammad e, nabi yang diutus kepada umat manusia dan jin di seluruh penjuru dunia hingga hari qiyamat".([28])
Semua rasul -yang Allah Ta'ala utus- membawa misi yang sama, yaitu seperti yang ditegaskan dalam Al Qur'an:
] ولقد بعثنا في كل أمة رسولا أن اعبدوا الله واجتنبوا الطاغوت فمنهم من هدى الله ومنهم من حقت عليه الضلالة فسيروا في الأرض فانظروا كيف كان عاقبة المكذبين[ النحل 36
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut (setiap sesembahan selain Allah) itu, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (An Nahl 36).
Dan dalam ayat lain Allah berfirman:
] وما أرسلنا من قبلك من رسول إلا نوحي إليه أنه لا إله إلا أنا فاعبدون[ الأنبياء 25
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (Yang haq) melainkan Aku. Maka sembahlah Aku." (Al Anbiya' 25).
Dan dalam ayat lain, Allah berfirman:
] ينـزل الملائكة بالروح من أمره على من يشاء من عباده أن أنذروا أنه لا إله إلا أنا فاتقون[ النحل:2
"Dia menurunkan para malaikat dengan membawa wahyu dari perintah-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: "peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasannya tidak ada Tuhan (Yang haq) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku." (An Nahl 2)
Inilah misi utama risalah seluruh rasul yang Allah Ta'ala utus kepada umat manusia, yaitu menyeru mereka untuk mengesakan Allah dengan segala bentuk peribadatan, dan meninggalkan segala bentuk penyembahan kepada selain-Nya. Misi ini pulalah yang diemban oleh Rasulullah e dan juga Beliau embankan kepada setiap utusannya.
عن ابن عباس t أَنَّ رسول الله e لمَّا بعث معاذاً إلى اليمن قال له: (إِنَّك تأتي قوماً من أهل الكتاب، فليكن أول ما تدعوهم إليه شهادةُ أن لا إله إلا الله -وفي رواية: إلى أَنْ يوحِّدوا الله- فإِنْ هم أطاعوك لذلك فأعلمهم أَنَّ الله افترض عليهم خمس صلوات في كلِّ يوم وليلة، فإِنْ هم أطاعوك لذلك فأعلمهم أَنَّ الله افترض عليهم صدقةً تُؤْخَذُ من أغنيائهم فتُرَدُّ على فقرائهم، فإِنْ هم أطاعوك لذلك، فإيَّاك وكرائم أموالهم، واتَّق دعوة المظلوم، فإِنَّه ليس بينها وبين الله حجاب) متفق عليه
“Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas t: Bahwasannya ketika Rasulullahe, mengutus Mu’adz ke Yaman, beliau bersabda kepadanya: ”Sesungguhnya engkau akan mendatangi satu kaum dari ahli kitab, maka hendaknya pertama kali yang engkau dakwahkan kepada mereka adalah mengucapkan syahadat (la ilaha illallah) -dan menurut riwayat yang lain: mentauhidkan (mengesakan) Allah-, Dan bila mereka menta’atimu dalam hal tersebut, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam, dan bila mereka menta’atimu dalam hal tersebut, maka sampaikan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka zakat, yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka kemudian dikembalikan kepada orang-orang miskin di antara mereka. Dan bila mereka menta’atimu dalam hal tersebut, maka jauhilah olehmu mengambil yang terbaik dari harta mereka (sebagai zakat). Dan takutlah tehadap do’a orang yang dizolimi, karena sesungguhnya tidak ada penghalang antara dengan Allah (untuk di kabulkan do’anya). (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah e memerintahkan sahabat Mu'adz bin Jabal agar hal pertama yang ia dakwahkan ialah syahadat la ilaha illallahu, padahal sebelumnya beliau telah mengabarkan bahwa obyek dakwahnya ialah orang-orang ahlul kitab (Yahudi atau Nasrani). Tentu hadits ini dan juga penjelasan yang telah kami paparkan di atas sangat bertentangan dengan prinsip JIL yang mengatakan bahwa semua agama sama, atau agama itu hanya sekedar baju, dan intinya adalah: "menjaga martabat manusia sebagai makhluk berbudaya."([29]) Hadits di atas juga membongkar kedustaan ucapan UAA berikut ini: "Setiap doktrin yang hendak membentuk tembok antara "kami" dan "mereka" antara hizb Allah (golongan Allah) dan hizb syaithan (golongan setan) dengan penafsiran yang sempit atas dua kata itu, antara "Barat" dan "Islam"; doktrin demikian adalah penyakit sosial yang akan menghancurkan nilai dasar Islam itu sendiri, nilai tentang kesederajatan umat manusia, nilai tentang manusia sebagai warga dunia yang satu."([30])
Setiap orang yang beriman kepada Allah Ta'ala dan Rasul-Nya, akan mendustakan celotehan UAA ini, sebab ia seluruh (maksude opo pin?) manusia telah sepakat, baik yang beragama Islam atau lainnya tidak percaya bahwa agama hanya sekedar "baju", oleh karena itu setiap penganut agama berjuang mati-matian dan berkorban dengan apa yang mampu mereka korbankan demi agamanya masing-masing. Bahkan "bos"nya UAA sendiri yaitu kaum salibis, mengerahkan segala daya dan upaya serta berbagai fasilitas yang mereka miliki guna mengkristenkan orang-orang Islam. Dimulai dari pembagian sembako, beasiswa, pengobatan gratis, mengerahkan para misionaris ke berbagai pelosok negeri Islam, hingga menggunakan kekuatan dan senjata. Fenomena ini telah diketahui oleh setiap orang yang memiliki pendengaran dan penglihatan, sehingga tidak perlu lagi pembuktian.
Bahkan menurut hemat kami, adanya JIL dan pengorbanan habis-habisan yang dilakukan oleh UAA dalam menjajakan kesesatannya hanyalah salah satu metode kaum salibis untuk memuluskan program kristenisasi.
Dan dari hadits di atas pula, kita mendapat pelajaran penting, yang berkaitan dengan metode yang benar dalam berdakwah yaitu: dengan mendahulukan yang paling penting, yaitu aqidah (keyakinan) terhadap syahadat (la ilaha illallah); karena syahadat ini merupakan dasar bagi setiap misi setelahnya, sebab apalah artinya seseorang shalat, puasa haji, dst bila ia tidak mengakui syahadat ini, atau menyelisihi kandungannya:
]وقدمنا إلى ما عملوا من عمل فجعلناه هباء منثورا[ الفرقان 23
"Dan Kami hadapi segala amal (kebaikan) yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (Al Furqan 23)
عن عائشة قالت: قلت: يا رسول الله ابن جدعان كان في الجاهلية يصل الرحم ويطعم المسكين، فهل ذاك نافعه؟ قال: (لا ينفعه، إنه لم يقل يوما: رب اغفر لي خطيئتي يوم الدين) رواه مسلم
"Diriwayatkan dari sahabat 'Aisyah radhiallahu 'anha pada suatu hari aku bertanya kepada Rasulullah e: "Duhai Rasulullah! dahulu semasa jahiliyyah, Ibnu Jad'an suka menyambung hubungan silaturrahim, dan memberi makan orang-orang miskin, apakah amal kebajikannya itu akan berguna baginya (kelak di hari qiyamat)? Rasulullah e menjawab: "Amal kebajikannya itu tidak akan berguna baginya, karena ia tidak pernah sama sekali mengucapkan: Wahai Tuhanku, ampunilah dosa-dosaku kelak pada hari pembalasan." (HR. Muslim)
Imam An Nawawi ketika menjelaskan hadits ini berkata: "Makna hadits ini: bahwa kebajikan Ibnu Jad'an, berupa silaturrahim, memberi makan orang miskin, dan berbagai bentuk kedermawanan lainnya tidaklah mendatangkan manfaat baginya di hari qiyamat, ini dikarena ia seorang yang kafir, dan inilah makna sabda Nabi e tentangnya:" karena ia tidak pernah sama sekali mengucapkan: Wahai Tuhanku, ampunilah dosa-dosaku kelak pada hari pembalasan". Maksudnya ia tidak pernah mempercayai / beriman dengan hari kebangkitan, dan barang siapa yang tidak beriman dengannya, berarti ia adalah orang kafir, tidak akan bermanfaat baginya amal kebajikan apapun. Al Qadhi 'Iyadh rahimahullah Ta'ala berkata: Telah terjalin ijma' (konsensus) bahwa orang-orang kafir tidak akan mendapatkan kegunaan dari amal kebajikan mereka, dan tidak akan diberi balasan atasnya, baik balasan berupa kenikmatan atau keringanan dari siksa, walaupun pada kenyataannya sebagian dari mereka lebih berat siksanya dibanding sebagian lainnya, sesuai dengan amal kejahatan masing-masing."([31])
Bila hal ini telah jelas bagi kita semua, maka mari kita bandingkan dengan dakwaan UAA, tatkala berkata: "Nilai yang diutamakan islam adalah keadilan. Misi Islam yang saya anggap paling penting sekarang adalah bagaimana menegakkan keadilan di muka Bumi, terutama di bidang politik dan ekonomi (tentu juga bidang budaya)."([32])
Ucapannya ini membuktikan kepada kita semua bahwa UAA tidak paham akan agama Islam, dan tidak paham tentang metode berdakwah yang diajarkan oleh Nabi e. Sebagaimana ia juga tidak paham metode tadarruj (bertahap) dalam berdakwah. Atau mungkin ia sengaja menyembunyikan ini, guna mengelabuhi masyarakat dan pengikutnya, serta memenuhi pesanan "bos"nya?.([33])
] ومن الناس من يجادل في الله بغير علم ولا هدى ولا كتاب منير. وإذا قيل لهم اتبعوا ما أنزل الله قالوا بل نتبع ما وجدنا عليه آباءنا أو لو كان الشيطان يدعوهم إلى عذاب السعير[ لقمان 20-21
"Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keEsaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan. Dan apabila dikatakan kepada mereka: Ikutilah apa yang diturunkan Allah", mereka menjawab: (Tidak) tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syetan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)." (Luqman 20-21)

Bab Ketiga
KESEMPURNAAN HANYA ADA DALAM ISLAM

Kenikmatan terbesar yang telah Allah limpahkan kepada umat ini ialah kenikmatan disempurnakannya agama Islam, sehingga tidak lagi membutuhkan tambahan, dan juga tidak perlu dikurangi, Allah berfirman:
]اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا[ المائدة 3
Artinya: "Pada hari ini, telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah aku cukupkan atasmu kenikmatan-Ku, dan Aku ridlo Islam menjadi agamamu". (Al Maidah 3)
Ibnu Katsir menerangkan ayat ini dengan perkataannya: "Disempurnakannya agama Islam merupakan kenikmatan Allah Ta'ala yang paling besar atas umat ini, karena Ia telah menyempurnakan agama mereka, sehingga mereka tidak memerlukan lagi agama lainnya, dan tidak pula perlu seorang nabi selain Nabi mereka sendiri e. Oleh karena itu Allah Ta'ala menjadikannya sebagai penutup para nabi, dan mengutusnya kepada seluruh jin dan manusia. Dengan demikian tidak ada suatu yang halal, melainkan hanya yang telah beliau halalkan, serta tidak ada sesuatu yang haram, melainkan hanya sesuatu yang telah beliau haramkan, dan tidak ada agama (yang benar) melainkan hanya ajaran agama yang telah beliau syari'atkan. Setiap yang beliau kabarkan pasti benar lagi jujur, tidak mengandung kedustaan sedikitpun, dan tidak akan menyelisihi realita". ([34])
Ayat ini, sebagaimana telah diketahui, diturunkan kepada Rasulullah e pada hari Arafah, pada Hajjatul Wada'. Imam Al Bukhari meriwayatkan dari Thariq bin Syihab, ia mengisahkan: Orang-orang Yahudi berkata kepada Umar bin Khattab t: Sesungguhnya kalian membaca satu ayat, seandainya ayat itu turun pada kami kaum Yahudi, niscaya (hari diturunkannya ayat itu) akan kami jadikan hari i'ed (perayaan). Maka Umar berkata: sungguh aku mengetahui kapan dan di mana ayat itu diturunkan, serta di mana Rasulullah e berada saat ayat itu diturunkan, yaitu di padang Arafah, dan kami juga sedang berada di padang Arafah …yaitu firman Allah :
]اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا[ رواه البخاري
Artinya: "Pada hari ini, telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah aku cukupkan atasmu kenikmatan-Ku, dan Aku ridlo Islam menjadi agamamu". (Riwayat Al Bukhari)
Berdasarkan ayat ini, dan juga dalil-dalil lainnya Imam Malik rahimahullah, berkata:
من أحدث في هذه الأمة اليوم شيئا لم يكن عليه سلفها فقد زعم أن رسول الله e خان الرسالة لأن الله تعالى يقول: ]حرمت عليكم الميتة والدم ولحم الخنـزير وما أهل لغير لله به والمنخنقة والموقوذة والمتردية والنطيحة وما أكل السبع إلا ما ذكيتم وما ذبح على النصب وأن تستقسموا بالأزلام ذلكم فسق اليوم يئس الذين كفروا من دينكم فلا تخشوهم واخشون اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا فمن اضطر في مخمصة غير متجانف لإثم فإن الله غفور رحيم[ (المائدة 3) فما لم يكن يومئذ دينا لا يكون اليوم دينا. رواه ابن حزم في كتابه الإحكام.
"Barang siapa pada zaman sekarang mengada-adakan sesuatu yang tidak diajarkan oleh pendahulunya (Nabi e dan sahabatnya), berarti ia telah beranggapan bahwa Rasulullah e telah mengkhianati risalah, karena Allah Ta'ala berfirman: "Diharamkan bagimu bangkai, darah ………pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam menjadi agamamu. Maka barang siapa yang terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha penyayang" (Al Maidah 3). Sehingga segala yang tidak menjadi ajaran agama kala itu (zaman Nabi e dan sahabatnya) maka pada hari ini juga tidak akan menjadi bagian dari ajaran agama". (Diriwayatkan oleh Ibnu Hazm dalam kitabnya Al Ihkam)
Imam As Syafi'i berkata:
(فليست تنـزل في أحد من أهل دين الله نازلة إلا وفي كتاب الله الدليل على سبيل الهدى فيها) الرسالة 1/20
"Tidaklah pernah terjadi suatu kejadian yang menimpa manusia yang beragama dengan agama Allah, melainkan telah ada dalam Kitab Allah (Al Qur'an) dalil / petunjuk menuju jalan kebenaran padanya."([35])
Benar, kita telah dapatkan agama kita ini, yaitu agama Islam benar-benar sempurna dari segala sisi pandang, dan segala pertimbangan, sebagaimana yang telah di tegaskan dalam ayat di atas. Oleh karena itu syari'at Islam senantiasa relevan dengan berbagai perkembangan dan perbedaan yang dilalui oleh umat manusia dan jin. Betapa tidak, agama ini adalah agama yang telah Allah jadikan sebagai agama seluruh umat, semenjak diturunkan kepada Nabi Muhammad e hingga akhir zaman. Dan hal ini merupakan salah satu keistimewaan agama kita, sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Nabi kita Muhammad e dalam suatu hadits:
عن جابر بن عبد الله قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (أعطيت خمسا لم يعطهن أحد من الأنبياء قبلي، نصرت بالرعب مسيرة شهر، وجعلت لي الأرض مسجدا وطهورا، وأيما رجل من أمتي أدركته الصلاة فليصل، وأحلت لي الغنائم، وكان النبي يبعث إلى قومه خاصة، وبعثت إلى الناس كافة، وأعطيت الشفاعة). متفق عليه
Diriwayatkan dari sahabat Jabir bin Abdullah, ia menuturkan: Rasulullah e bersabda: "Aku telah diberi lima hal (kelebihan/keistimewaan) yang tidak pernah diberikan kepada seorang nabi-pun sebelumku, yaitu: (1). Aku diberi pertolongan dengan rasa takut (yang dicampakkan di hati musuh-musuhku, walau mereka masih sejauh) perjalanan satu bulan, dan (2). Dijadikan untukku bumi sebagai masjid (tempat shalat) dan juga sebagai sarana bersuci, sehingga barang siapa dari umatku yang masuk padanya waktu shalat, maka hendaknya ia mendirikan shalat (dimanapun ia berada), dan (3). Dihalalkan bagiku harta rampasan perang, dan (4). Dahulu para nabi diutus hanya kepada kaumnya saja, sedangkan aku diutus kepada seluruh umat manusia, dan (5). Aku dikaruniai syafa'at." (HR. Bukhari dan Muslim).
Kesempurnaan agama Islam telah diimani dan telah terbukti sepanjang sejarah perjalanan kaum muslimin. Bahkan orang-orang non muslimpun telah banyak yang mengakui bahwa Islam adalah agama yang sempurna dari segala sisi pandang. Dan hanya orang-orang yang telah buta mata hatinya-lah yang tidak dapat melihat kenyataan ini.
Dan di antara orang-orang yang telah buta mata hatinya ialah UAA dan pengikutnya, sehingga mereka menganggap bahwa Islam yang dinyatakan oleh Allah sebagai agama yang sempurna, telah ketinggalan zaman, sehingga -menurutnya- sekarang ini Islam sudah tidak lagi menjadi agama yang paling benar, sehingga UAA berkata: "Semua agama sama. Semuanya menuju jalan kebenaran. Jadi, Islam bukan yang paling benar."([36])
Bila seseorang itu telah hanyut oleh arus godaan iblis terlaknat, ia tak kan pernah puas dengan kesesatan tertentu. Sehingga setiap kali ia melakukan kesesatan, maka esok harinya ia akan semakin berani dan semakin jauh kesesatannya. Demikian juga yang terjadi pada diri UAA, sekarang ia mengatakan bahwa semua agama sama, akan tetapi pada lain kesempatan ia mengatakan bahwa agama Islam hanyalah salah satu mata rantai dari upaya menuju kepada kebenaran, yang tidak pernah ada ujungnya. Sehingga tidak heran bila pada suatu saat nanti UAA akan mengajak para pengikutnya untuk meninggalkan Islam. Perhatikanlah ucapan UAA berikut:: "Oleh karena itu, Islam sebetulnya lebih tepat disebut sebagai sebuah "proses" yang tak pernah selesai, ketimbang sebuah "lembaga agama" yang sudah mati, baku, jumud, dan mengukung kebebasan. Ayat: "inna al dina 'inda allah al islam (QS 3:19), lebih tepat diterjemahkan sebagai: "Sesunguhnya jalan religiusitas yang benar adalah proses yang tak pernah selesai menuju ketundukan (kepada Yang Maha Benar)."([37])
Oleh karena ia menganggap bahwa Islam adalah sebuah proses yang tidak pernah selesai, maka tidak heran bila ia menganggap bahwa Islam yang dia ajarkan melaui JIL-nya lebih dewasa dibanding Islam yang diajarkan dan diamalkan oleh Rasulullah e. Dengan demikian menurutnya Islam yang di ajarkan oleh beliau e sudah saatnya untuk ditinggalkan: "Islam harus diperlakukan sebagai organisme atau makhluq hidup, bukan sebagai pahatan mati yang dimonopoli oleh ulama pada abad ke-9 M saja. Sebagai organisme, maka Islam harus berkembang sesuai perjalanan kedewasaan umat manusia,"([38]). Adapun Islam yang diajarkan dan diterapkan oleh Rasulullah e bersama sahabatnya adalah Islam historis, partikular, kontekstual, dan itu adalah salah satu kemungkinan bagi penerjemahan di muka bumi terhadap agama Islam yang bersifat universal, oleh karena itu ia mengatakan: "Umat Islam tidak sebaiknya mandek dengan melihat contoh di Madinah saja, sebab kehidupan manusia terus bergerak menuju perbaikan dan penyempurnaan."([39])
Betapa kejinya tuduhanmu dan sikapmu terhadap ajaran Nabi Muhammad e wahai UAA?! Apakah engkau merasa bahwa dirimu dan konco-koncomu lebih maju cara berfikirnya dibanding metode berfikir Rasulullah e dan para sahabatnya?! Apakah kamu merasa bahwa kehidupanmu, akal pikiranmu, lebih baik dan lebih sempurna bila dibanding kehidupan Rasulullah e?([40])
Kalau boleh kami sedikit lebih terbuka: menurut hemat kami, sebenarnya inilah rahasia mengapa orang-orang Nasrani menunjukmu sebagai koordinator gerakan pembaharuan (baca: pemurtadan), yaitu karena engkau lebih berani untuk menghina dan melecehkan agama Islam dan Nabinya e. Semoga Allah Ta'ala menimpakan kepadamu balasan yang setimpal, amiin.
Di antara wujud dari kesempurnaan Islam, ialah diwajibkannya atas seluruh umat untuk menunaikan setiap hak, kepada pemiliknya, sehingga tidak ada satupun pemilik hak yang diabaikan haknya. Oleh karena itu kaum muslimin beriman dan percaya bahwa keadilan yang sebenarnya hanyalah akan dapat terwujud dan dicapai dengan menerapkan syari'at Islam. Fenomena keadilan yang dijunjung tinggi oleh Islam ini nampak dengan jelas dalam kisah berikut ini:
عن عون بن أبي جحيفة عن أبيه قال: آخى النبي e بين سلمان وأبي الدرداء، فزار سلمان أبا الدرداء، فرأى أم الدرداء متبذلة، فقال لها: ما شأنك؟ قالت: أخوك أبو الدرداء ليس له حاجة في الدنيا، فجاء أبو الدرداء فصنع له طعاما، فقال: كل. قال: فإني صائم. قال: ما أنا بآكل حتى تأكل. قال: فأكل، فلما كان الليل، ذهب أبو الدرداء يقوم، قال: نم، فنام، ثم ذهب يقوم، فقال: نم، فلما كان من آخر الليل، قال سلمان: قم الآن فصليا، فقال له سلمان: إن لربك عليك حقا ولنفسك عليك حقا ولأهلك عليك حقا، فأعط كل ذي حق حقه. فأتى النبي e، فذكر ذلك له، فقال النبي e: صدق سلمان. رواه البخاري.
"Diriwayatkan dari 'Aun bin Abi Juhaifah, dari ayahnya, ia mengkisahkan: Nabi e menjalinkan tali persaudaraan antara sahabat Salman (Al Farisy) dengan sahabat Abu Darda', maka pada suatu hari Salman mengunjungi Abu Darda', kemudian ia melihat Ummu Darda' (istri Abu Darda') dalam keadaan tidak berhias, maka ia (Salman) bertanya kepadanya: "Apa yang terjadi pada dirimu?" Ummu Darda'-pun menjawab: "Saudaramu Abu Darda' sudah tidak butuh lagi kepada (wanita yang ada di) dunia". Maka tatkala Abu Darda' datang, iapun langsung membuatkan untuknya (Salman) makanan, kemudian Salman berkata: "Makanlah (wahai Abu Darda')" Abu Darda' menjawab: "Sesungguhnya aku sedang berpuasa". Mendengar jawabannya Salman berkata: "Aku tidak akan makan, hingga engkau makan", maka Abu Darda' pun akhirnya makan. Dan tatkala malam telah tiba, Abu Darda' bangun (hendak shalat malam, melihat yang demikian, Salman) berkata kepadanya: "Tidurlah", maka iapun tidur kembali, kemudian ia kembali bangun, dan Salmanpun kembali berkata kepadanya: "Tidurlah". Dan ketika malam telah hampir berakhir, Salman berkata: "Nah, sekarang bangunlah", kemudian mereka berdua shalat (tahajjud). Kemudian (setelah selesai shalat) Salman berkata: "Sesungguhnya Tuhan-mu memiliki hak atasmu, dan dirimu memiliki hak atasmu, dan keluargamu juga memiliki hak atasmu, maka hendaknya engkau tunaikan setiap hak kepada pemiliknya". Kemudian sahabat Abu Darda' datang kepada Nabi e dan ia menyampaikan kejadian tersebut kepadanya, dan Nabi e menjawabnya dengan bersabda: "Salman benar". (HR. Bukhari).
Bukan hanya sampai di situ, bahkan Allah Ta'ala Dzat Yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa dalam hadits qudsi telah menegaskan bahwa tindak kelaliman adalah suatu hal yang telah diharamkan atas umat manusia, bahkan Allah Ta'ala telah mengharamkan atas Diri-Nya sendiri perbuatan zhalim.
عن أبي ذر e عن النبي e فيما روى عن الله تبارك وتعالى أنه قال: (يا عبادي إني حرمت الظلم على نفسي وجعلته بينكم محرما فلا تظالموا) رواه مسلم
"Diriwayatkan dari sahabat Abu Dzar e, dari Nabi e tentang wahyu yang beliau riwayatkan dari Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi, Dia berfirman: "Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan atas Diri-Ku perbuatan zalim, dan telah Aku jadikan perbuatan zalim sebagai perbuatan yang haram atas kalian, maka janganlah kalian saling mendzalimi." (HRS Muslim).
Di antara bentuk keadilan yang diajarkan dan ditekankan dalam syari'at Islam ialah menghormati hak-hak Allah Ta'ala sebagai Dzat Yang Maha Esa, dan sebagai satu-satunya Pencipta alam semesta.
عن معاذ بن جبل قال: (كنت رديف النَّبيِّ e على حمارٍ فقال لي: يا معاذ، أتدري ما حق الله على العباد، وحقُّ العباد على الله؟ قلت: الله ورسوله أعلم، قال: حقُّ الله على العباد أنْ يعبدوه ولا يشركوا به شيئاً، وحقُّ العباد على الله أَنْ لا يعذِّبَ من لا يُشرك به شيئاً، قلت: يا رسول الله، أفلا أبشِّر النَّاس؟ قال: لا تبشِّرهم فيتَّكلوا) متفق عليه.
Muadz bin Jabal menuturkan: ”Aku pernah dibonceng Nabi e di atas keledai, lalu beliau bersabda kepadaku: "Wahai Muadz, tahukah kamu, apa hak Allah atas hamba-Nya, dan apa hak hamba atas Allah?" Aku menjawab: "Allah dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui". Beliaupun bersabda: "Hak Allah atas hamba yaitu: supaya mereka beribadah kepada-Nya, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan hak hamba atas Allah yaitu: Allah tidak akan mengazab orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun". Lalu aku bertanya: "Ya Rasulullah, bolehkah aku sampaikan kabar gembira ini kepada para manusia?" Beliau menjawab: "Jangan engkau sampaikan kabar gembira ini, nanti mereka akan menggantungkan diri (dengannya).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu Allah Ta'ala menyatakan bahwa orang yang tidak menunaikan hak-hak-Nya bahwa ia telah berbuat kezaliman yang besar, sebagaimana dikisahkan dalam wasiat Luqman Al Hakim kepada anaknya:
] يا بني لا تشرك بالله إن الشرك لظلم عظيم [ لقمان 13
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Alah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (Luqman 13).
Nabi Muhammad e dalam haditsnya menyatakan bahwa perbuatan syirik adalah dosa yang paling besar:
عن عبد الله قال: سألت رسول الله e : أي الذنب أعظم عند الله؟ قال: (أن تجعل لله ندا وهو خلقك) متفق عليه
"Diriwayatkan dari sahabat Abdullah (bin Mas'ud) ia berkata: Aku pernah bertanya kepada Rasulullah e: "Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah? Beliau menjawab: "Engkau menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia-lah Yang telah menciptakanmu." (HR. Bukhari dan Muslim).
Inilah kezaliman terbesar, yaitu, merampas hak-hak Allah Ta'ala, maka Allah Ta'ala pun tidak akan mengampuni dosa-dosa para pelakunya:
] إن الله لا يغفر أن يشرك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء ومن يشرك بالله فقد ضل ضلالا بعيدا[ النساء 116
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan-Nya. Dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya." (An Nisa' 116).
Adakah kelaliman yang lebih besar dibanding memalingkan hak-hak Allah yaitu ibadah kepada sesama makhluq, seperti Yesus (Nabi Isa) Maryam, sapi, manusia dll? Oleh karena itu dalam ayat lain Allah Ta'ala menyebutkan salah satu penyebab terjadinya kelaliman terbesar ini, yaitu dalam firman-Nya:
] يأيها الناس ضرب لكم مثل فاستمعوا له إن الذين تدعون من دون الله لن يخلقوا ذبابا ولو اجتمعوا له وإن يسلبهم الذباب شيئا لا يستنقذوه منه ضعف الطالب والمطلوب ما قدروا الله حق قدره إن الله لقوي عزيز[ الحج 73-74
"Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu sembah selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemahlah (pulalah) yang disembah. Mereka tidak mengenal (Keagungan) Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa." (Al Haj 73-74).
Benar, orang-orang yang masih mengagungkan selain Allah, mengharapkan keberkahan, kemanfaatan, takut kepadanya sehingga mereka menyembahnya, atau mengajukan sesajian kepadanya, benar-benar tidak mengenal Allah Ta'ala. Mereka tidak tahu atau tidak mau tahu bahwa Allah Maha Perkasa Yang telah menciptakan dan mengatur segala sesuatu, dan Maha Perkasa Yang telah menundukkan segala sesuatu di bawah kekuasaan-Nya. Maha Suci Allah atas segala firman-Nya dan Maha Suci Allah dari apa yang mereka dustakan.
Bila UAA mengatakan bahwa: "Musuh semua agama adalah "ketidak adilan". Nilai yang diutamakan Islam adalah keadilan. Misi Islam yang saya anggap paling penting sekarang adalah bagaimana menegakkan keadilan di muka Bumi, terutama di bidang politik dan ekonomi (tentu juga bidang budaya),"([41]) Maka ini menunjukkan bahwa UAA tidak pernah memperdulikan akan hak-hak Allah sama sekali, sehingga ia tidak perduli bahwa kebanyakan manusia yang ada di muka bumi sekarang ini telah berbuat ""tidak adil" terhadap Allah Ta'ala. Mereka enggan menunaikan hak-hak Allah Ta'ala, bahkan memalingkannya kepada sesama makhluq, dan bahkan ada manusia-manusia yang tidak mau mengakui adanya Allah Ta'ala.
Bukankah engkau wahai UAA beriman bahwa Yesus (baca: Nabi Isa u) Maryam, Budha, sapi, ular kobra, dan sesembahan lainnya adalah ciptaan Allah Ta'ala?! Bukankah sesembahan tersebut ada karena karunia Allah Ta'ala?! Lalu mengapa engkau tinggal diam, tutup mulut seribu bahasa atas kelaliman yang terjadi?! Ataukah engkau tidak percaya bahwa Allah Ta'ala adalah Pencipta Alam semesta ini?! Ataukah engkau meyakini bahwa semua yang kami sebut tadi adalah pencipta alam semesta ini? Inikah pertanda bahwa engkau sedang berupaya memperbaharui agama Abu Jahal yang berkata (sebagaimana yang diceritakan Allah dalam suatu ayat):
] أجعل الآلهة إلها واحدا إن هذا لشيء عجاب وانطلق الملأ منهم أن امشوا واصبروا على آلهتكم إن هذا لشيء يراد ما سمعنا بهذا في الملة الاخرة إن هذا إلا اختلاق[ ص 5-7
"Apakah ia hendak menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata): Pergilah kamu, dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki.([42]) Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir (yaitu agama nasrani), ini (mengesakan Allah) tidak lain hanyalah (kedustaan) yang diada-adakan." (Surat Shad 5-7)
Bila engkau beriman bahwa Allah Ta'ala adalah Tuhan yang menciptakan alam semesta, maka mengapa engkau tidak terusik sedikitpun dengan kelaliman terbesar yang dilakukan oleh para pemuja selain Allah?! Dimanakah keadilan yang senantiasa engkau dengung-dengungkan?! Kemanakah keadilan yang engkau puja-puja dan engkau nyatakan sebagai "nilai yang di utamakan Islam"?!
Betapa lalimnya dirimu ketika engkau menganggap bahwa orang mukmin yang menunaikan hak-hak Allah Ta'ala dengan hanya beribadah kepada-Nya sama dan sederajat dengan orang paling dzalim, yaitu orang yang menyembah selain Allah Ta'ala dan memberikan hak-hak prerogatif Allah Ta'ala (yaitu pengagungan dan peribadatan) kepada selain-Nya?!
] قل من رب السماوات والأرض قل الله قل أفاتخذتم من دونه أولياء لا يملكون لأنفسهم نفعا ولا ضرا قل هل يستوي الأعمى والبصير أم هل تستوي الظلمات والنور أم جعلوا لله شركاء خلقوا كخلقه فتشابه الخلق عليهم قل الله خالق كل شيء وهو الواحد القهار [ الرعد 16
”Katakanlah: Siapakah Tuhan langit dan bumi? Jawabnya: "Allah". Katakanlah: Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?. Katakanlah: Apakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang, apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya, sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka? Katakanlah: Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang maha Esa lagi Maha Perkasa." (Ar Ra'du 16).
Dan dalam ayat lain Allah berfirman:
] هذا خلق الله فأروني ماذا خلق الذين من دونه بل الظالمون في ضلال مبين[ لقمان 11
"Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan-(mu) selain Allah. Sebenarnya orang-orang yang dzalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata." (Luqman 11).
Tiada penafsiran lain dari sikap dan ucapan UAA selain seperti yang disebutkan Allah Ta'ala dalam firman-Nya berikut ini:
] فإنها لا تعمى الأبصار ولكن تعمى القلوب التي في الصدور[ الحج 46
"Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada." (Al Haj 46).
Sadar dan kembalilah wahai UAA, sebelum datang ajalmu, sehingga kelak engkau hanya akan dapat berkata:
] قال رب لم حشرتني أعمى وقد كنت بصيرا قال كذلك أتتك آياتي فنسيتها وكذلك اليوم تنسى وكذلك نجزي من أسرف ولم يؤمن بآيات ربه ولعذاب الآخرة أشد وأبقى [ طه 125-127
"Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?". Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, tetapi kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan". Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akherat itu lebih berat dan lebih kekal. (Thoha 125-127).

Bab Keempat
KEDUDUKAN RASULULLAH r DALAM PANDANGAN ISLAM

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengutus nabi dan rasul-Nya semenjak Nabi Adam u hingga rasul terakhir yaitu Nabi Muhammad e. Tugas para rasul sepanjang sejarah kenabian dan kerasulan ialah untuk menyeru umatnya agar mereka mengesakan Allah dengan segala peribadatan dan meninggalkan segala peribadatan kepada selain-Nya:
] ولقد بعثنا في كل أمة رسولا أن اعبدوا الله واجتنبوا الطاغوت فمنهم من هدى الله ومنهم من حقت عليه الضلالة فسيروا في الأرض فانظروا كيف كان عاقبة المكذبين[ النحل 36
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut (setiap sesembahan selain Allah) itu, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (An Nahl 36).
Selain itu para rasul juga diberi tugas menyampaikan dan menjelaskan syari'at Allah Ta'ala kepada umatnya:
] وما أرسلنا من رسول إلا بلسان قومه ليبين لهم فيضل الله من يشاء ويهدي من يشاء وهو العزيز الحكيم[ إبراهيم 4
"Kami tidakmengutus seorang rasulpun melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana." (Ibrahim 4).
Dan Rasulullah e juga menjelaskan tugas yang beliau dan saudara-saudaranya para nabi dan rasul emban, yaitu dalam sabdanya:
عن عبد الله بن عمرو بن العاص t عن رسول الله e قال: (إنه لم يكن نبي قبلي إلا كان حقا عليه أن يدل أمته على خير ما يعلمه لهم وينذرهم شر ما يعلمه لهم). رواه مسلم
"Diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash t dari Rasulullah e bersabda: "Sesungguhnya tidaklah ada seorang nabi-pun yang diutus sebelumku, melainkan wajib atasnya untuk menunjukkan kepada ummatnya seluruh kebaikan yang ia ketahui, dan memperingati mereka dari kejelekan yang ia ketahui." (HS Muslim).
Dan secara khusus Allah Ta'ala berfirman tentang Rasulullah e:
] وأنزلنا إليك الذكرى لتبين للناس ما نزل إليهم لعلهم يتفكرون[ النحل 44
"Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka, dan supaya mereka memikirkan." (An Nahl 44)
Di dalam mengemban tugas mulia ini, Allah Ta'ala telah membekalinya dengan dua macam wahyu:
Wahyu yang teks dan kandungannya merupakan frman dari Allah Ta'ala, dan wahyu inilah yang termaktub dalam Al Qur'an Al Karim.
Wahyu yang kandungannya dari Allah Ta'ala, akan tetapi teks yang memuatnya diserahkan kepada Nabi Muhammad e, dan wahyu ini disebut hadits Nabi e.
Hal ini telah dijelaskan dalam banyak dalil, di antaranya firman Allah Ta'ala:
] كما أرسلنا فيكم رسولا منكم يتلو عليكم آياتنا ويزكيكم ويعلمكم الكتاب والحكمة ويعلمكم ما لم تكونوا تعلمون[ البقرة 151
"Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada Kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui." (Al Baqarah 151).
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: "Allah Ta'ala mengingatkan hamba-hamba-Nya akan kenikmatan-Nya yang telah dilimpahkan kepada mereka; berupa diutusnya Nabi Muhammad e kepada mereka. Beliau membacakan kepada mereka ayat-ayat yang jelas kandungannya, dan beliau juga mensucikan diri mereka dari perangai yang hina, kepribadian yang kotor, dan perilaku orang-orang jahiliyyah. Sebagaimana beliau juga telah membawa mereka keluar dari kegelapan menuju kepada cahaya, mengajarkan kepada mereka Al Kitab yaitu Al Qur'an, Al Hikmah yaitu As Sunnah, dan mengajarkan kepada mereka apa-apa yang sebelumnya tidak mereka ketahui. Dahulu mereka berada dalam kegelapan jahiliyyah, berperilaku bodoh, kemudian mereka berubah -berkat risalah dan kenabian dan menjadi berkepribadian para wali dan bertingkah laku para ulama'. Dengan demikian mereka telah menjadi orang yang paling dalam ilmunya, baik hatinya, jauh dari sikap mengada-ada, dan paling jujur ucapannya."([43])
عن المقدام بن معد يكرب t قال: قال رسول الله e: (ألا إني أوتيت الكتاب ومثله معه، ألا إني أوتيت القرآن ومثله معه. ألا يوشك رجل ينثني شبعانا على أريكته يقول: عليكم بالقرآن فما وجدتم فيه من حلال فأحلوه وما وجدتم فيه من حرام فحرموه [ رواه أحمد وأبو داود
"Diriwayatkan dari sahabat Miqdam bin Ma'dikarib t ia menuturkan: Rasulullah e bersabda: "Ketahuilah bahwa aku telah diberi (diturunkan kepadaku) Al Kitab dan yang serupa dengannya (yaitu As Sunnah) bersamanya, Ketahuilah bahwa aku telah diberi (diturunkan kepadaku) Al Qur'an dan dan yang serupa dengannya (yaitu As Sunnah) bersamanya. Ketahuilah bahwa tak lama lagi akan ada seserorang yang bersila di atas balai-balai dan ia dalam keadaan kenyang, berkata: "Hendaknya kamu mengikuti Al Qur'an (saja), sehingga apa yang kamu dapatkan di dalamnya halal, maka halakanlah, dan apa yang kamu dapatkan diharamkan di dalamnya, maka haramkanlah." (HS Ahmad dan Abu Dawud).
Di dalam mengemban tugasnya sebagai seorang rasul, Rasulullah e benar-benar telah menjadi orang pertama dan paling baik dalam mengamalkan segala yang beliau ajarkan kepada ummatnya. Hal ini dapat kita amati dalam dua hadits berikut ini:
Hadits pertama:
عن المغيرة بن شعبة t (أن النبي e صلى حتى انتفخت قدماه، فقيل له: أتتكلف هذا، وقد غفر الله لك ما تقدم من ذنبك وما تأخر؟ فقال: أفلا أكون عبدا شكورا؟!) متفق عليه
"Diriwayatkan dari sahabat Al Mughirah bin Syu'bah t bahwasannya Nabi e (senantiasa menjalankan) shalat malam hingga bengkak kedua kakinya, hingga dikatakan padanya: Mengapa engkau tetap melakukan (ibadah sebanyak) ini, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu dan yang akan datang? Maka beliau menjawab: (Karena itu), apa tidak layak bagi bila aku menjadi seorang hamba yang senantiasa bersyukur?!." (Muttafaqun 'Alaih).
Hadits kedua :
عن عبد الله بن مسعود قال: كنا يوم بدر ثلاثة على بعير، كان أبو لبابة وعلي بن أبي طالب زميلي رسول الله e قال: وكانت عقبة رسول الله e قال فقالا: نحن نمشي عنك. فقال: (ما أنتما بأقوى مني ولا أنا بأغنى عن الأجر منكما) رواه أحمد والبيهقي وابن حبان
"Diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Mas'ud ia mengisahkan: Kami pada saat peperangan Badr, tiga orang bergiliran menunggang seekor onta, dan kala itu Abu Lubabah dan Ali bin Abi Thalib keduanya adalah pasangan Rasulullah e. Dan ketika tiba giliran Rasulullah e berjalan, mereka berdua berkata kepadanya: Biarkan kami yang menggantikan giliranmu berjalan kaki (sedangkan engkau tetaplah menunggang onta). Maka Rasulullah menjawab: kalian berdua tidaklah lebih kuat dibanding aku, dan tidaklah aku lebih tidak butuh terhadap pahala dibanding kalian berdua." (Riwayat Ahmad, Al Baihaqi dan Ibnu Hibban).
Demikianlah tauladan yang beliau tunjukkan kepada ummatnya, oleh karena itu tidak heran bila Allah Ta'ala memuji kepribadian beliau:
] وإنك لعلى خلق عظيم[ القلم 4
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (Al Qalam 4).
Dan juga Allah memerintahkan kaum muslimin untuk meneladani beliau:
] لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجو الله واليوم الآخر وذكر الله كثيرا[ الأحزاب 21
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah, dan (kedatangan) hari qiyamat dan dia banyak menyebut Allah." (Al Ahzab 21).
Ini semua di antara sebabnya ialah, karena beliau senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah Ta'ala, sehingga beliau tidaklah berbuat atau mengucapkan melainkan karena mendapatkan wahyu dari Allah Ta'ala:
] وما ينطق عن الهوى إن هو إلا وحي يوحى[ النجم 3-4
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." (An Najm 3-4).
Inilah yang mendasari kaum muslimin menjadikan keduanya sebagai sumber hukum dalam setiap urusan mereka. Seluruh kaum muslimin dari zaman dahulu hingga zaman sekarang senantiasa berhukum kepada sunnah-sunnahnya, dan menjadikannya sebagai pedoman dalam hidup mereka. Karena mereka beriman dengan yakin bahwa Rasulullah e tidak akan berbuat kesalahan, dan bila terjadi kesalahan, pasti tidak akan dibiarkan oleh Allah, akan tetapi pasti akan turun wahyu yang membenarkan perbuatannya.
Ulama' ahli ushul fiqih di seluruh mazhab fiqih, telah sepakat bahwa sunnah Rasulullah e adalah salah satu sumber hukum.
Imam As Syafi'i rahimahullah berkata: "Seluruh ulama' kaum muslimin telah sepakat, bahwa barang siapa yang telah jelas baginya sunnah Rasulullah e, maka tidak boleh baginya untuk meninggalkan sunnah itu, karena mengikuti ucapan seseorang."([44])
Imam Al Ghazali rahimahullah berkata: "Sabda Rasulullah e adalah hujjah (dalil), karena mukjizat beliau telah membuktikan bahwa beliau senantiasa berkata benar, dan dikarenakan Allah Ta'ala telah memerintahkan kita untuk meneladaninya, dan dikarenakan beliau tidaklah mengucapkan sesuatu berdasarkan hawa-nafsunya, yang beliau ucapkan tiada lain hanyalah wahyu yang telah diturunkan kepadanya. Akan tetapi perlu diingat, bahwa sebagian wahyu kita diperintahkan untuk beribadah dengan membacanya, yaitu yang berupa Al Kitab (Al Qur'an) dan sebagian lain tidak, yaitu yang berupa As sunnah."([45])
Sebagaimana para ulama' juga telah sepakat bahwa Rasulullah e senantiasa terlindung dari kesalahan dalam hal penyampaian wahyu, dan perbuatan dosa besar. Sehingga syari'at yang beliau emban tidak ada satupun yang salah atau kurang, atau sengaja beliau sembunyikan.([46]) Allah Ta'ala berfirman:
] لا يأتيه الباطل من بين يديه ولا من خلفه تنـزيل من حكيم حميد[ فصلت 42
"Yang tidak datang kepadanya (Al Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji." (Fushshilat 42).
Sahabat Ibnu Abbas meriwayatkan sebuah hadits marfu' (sampai kepada Nabi e):
(ليس أحد لا يؤخذ من قوله ويدع غير النبي e). رواه الطبراني في الكبير وقال عنه الهيثمي رجاله موثقون.
"Tidaklah ada seorangpun yang sebagian ucapannya diterima dan juga sebagian lainnya ditolak selain Nabi e." (Riwayat At Thabrani dalam Al Mu'jam Al Kabir, dan dikomentari oleh al Haitsami bahwa para perawinya adalah tsiqah (memiliki kredibilitas tinggi).
Dan Mujahid rahimahullah berkata:
(ليس أحد إلا يؤخذ من قوله ويترك إلا النبي صلى الله عليه وسلم). رواه أبو نعيم الأصبهاني
"Tiada seorangpun, melainkan pendapatnya/ucapannya dapat diambil dan juga ditinggalkan, selain Nabi e." (riwayat Abu Nu'aim Al Ashbahani), ucapan senada juga pernah diucapkan oleh Imam Malik rahimahullah.([47])
Ini semua sebagai pelaksanaan dari perintah Allah Ta'ala dalam firman-Nya:
] وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا واتقوا الله إن الله شديد العقاب[ الحشر 7
"Dan apa yang diperintah oleh Rasul kepadamu maka lakukanlah, dan apa yang dilarangnya darimu maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya." (Al Hasyr 7).
Dengan demikian ketaatan kita kepada perintah-perintah Rasulullah e adalah bagian dari ketaatan kepada Allah, karena Dia-lah yang memerintahkan kita untuk menerima setiap perintahnya dan meninggalkan setiap larangannya. Oleh karena itu Rasulullah e bersabda dalam sebuah hadits:
عن أبي هريرة عن النبي e قال : (من أطاعني فقد أطاع الله ومن يعصني فقد عصى الله) متفق عليه
"Dari sahabat Abu Hurairah t dari Nabi e, beliau bersabda: "Barangsiapa yang taat kepadaku berarti ia telah taat kepada Allah dan barang siapa yang bermaksiat (tidak taat) kepadaku beraarti ia telah bermaksiat kepada Allah." (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebagai salah satu contoh nyata dari penerapan kaum muslimin terhadap ketaatan kepada Rasulullah e ialah apa yang dilakukan oleh sahabat Abdullah bin Mas'ud t:
عن عبد الله قال: (لعن الله الواشمات والمستوشمات والنامصات والمتنمصات والمتفلجات للحسن المغيرات خلق الله. قال: فبلغ ذلك امرأة من بني أسد، يقال لها أم يعقوب، وكانت تقرأ القرآن، فأتته فقالت: ما حديث بلغني عنك أنك لعنت الواشمات والمستوشمات والمتنمصات والمتفلجات للحسن المغيرات خلق الله؟ فقال عبد الله: وما لي لا ألعن من لعن رسول الله e وهو في كتاب الله؟! فقالت المرأة: لقد قرأت ما بين لوحي المصحف فما وجدته. فقال: لئن كنت قرأتيه لقد وجدتيه، قال الله عز وجل: ]وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا[ فقالت المرأة: فإني أرى شيئا من هذا على امرأتك الآن. قال: اذهبي فانظري. قال: فدخلت على امرأة عبد الله، فلم تر شيئا، فجاءت إليه فقالت: ما رأيت شيئا. فقال: أما لو كان ذلك لم نجامعها). متفق عليه.
"Diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Mas'ud ia berkata: "Semoga Allah melaknati wanita-wanita yang menato dirinya, dan yang meminta agar dirinya ditato, juga wanita yang mencukur bulu alisnya dan yang meminta agar bulu alisnya dicukur, dan yang merenggangkan giginya dengan dipangur dengan tujuan agar nampak cantik, yang mereka itu semua telah merubah ciptaan Allah." Maka ucapan Ibnu Mas'ud ini didengar oleh seorang wanita dari Bani Asad, yang terkenal dengan panggilan: Ummu Ya'qub, dan ia wanita yang dapat menbaca Al Qur'an, sehingga ia mendatangi Ibnu Mas'ud kemudian berkata: Apa alasanmu dalam ucapanmu yang sampai kepadaku, yaitu engkau telah melaknati: "Wanita-wanita yang menato dirinya, dan yang meminta agar dirinya ditato, juga wanita yang mencukur bulu alisnya dan yang meminta agar bulu alisnya dicukur, dan yang merenggangkan giginya dengan dipangur dengan tujuan agar nampak cantik yang mereka itu semua telah merubah ciptaan Allah"?Maka Ibnu Mas'ud menjawab: "Mengapa aku harus sungkan untuk melaknati orang-orang yang telah dilaknati oleh Rasulullah e, dan semua itu juga telah disebutkan dalam Al Qur'an?! Mendengar jawaban ini wanita itupun tersentak, lalu berkata: Sungguh aku telah membaca seluruh isi Al Qur'an, akan tetapi aku tidak pernah mendapatkan masalah ini? Maka Ibnu Mas'ud-pun menjawab: Jikalau kamu benar-benar telah membacanya, pasti engkau pernah mendapatkannya. Allah Azza wa Jalla berfirman: "Dan apa yang diperintah oleh Rasul kepadamu maka lakukanlah, dan apa yang dilarangnya darimu maka tinggalkanlah." Kemudian wanita itu berkata: Sesungguhnya aku mendapatkan salah satu perbuatan ini pada diri istrimu. Ibnu Mas'ud menjawab: Silahkan engkau temui dia, dan lihatlah kembali. Maka wanita itupun menemui istri Abdullah bin Mas'ud, akan tetapi ia tidak melihat sedikitpun dari perbuatan terlaknat ini, kemudian ia kembali menemui Ibnu Mas'ud dan berkata kepadanya: Aku tidak melihat sedikitpun dari perbuatan itu padanya. Maka Ibnu Mas'ud berkata: "Ketahuilah, seandainya apa yang engkau tuduhkan itu benar, niscaya aku telah menceraikannya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Inilah sebagian prinsip dan aqidah kaum muslimin berkenaan dengan kedudukan Rasulullah e, yang sudah barang tentu berbeda dengan apa yang sedang diperjuangkan oleh JIL dengan koordinatornya UAA. Mereka menganggapnya bukan sebagai seorang yang ma'shum (terlindung dari kesalahan), sehingga UAA berkata tentang beliau: "Menurut saya: Rasul Muhammad Saw adalah tokoh historis yang harus dikaji dengan kritis, (sehingga tidak hanya menjadi mitos yang dikagumi saja, tanpa memandang aspek-aspek beliau sebagai manusia yang juga banyak kekurangannya), sekaligus panutan yang harus diikuti (qudwah hasanah)."([48])
UAA tidak hanya berhenti pada sebatas keinginan untuk mengkaji akan tetapi bahkan ia mengharuskan orang lain untuk ikut melakukannya. Dan bahkan ia beranggapan bahwa bila kita tidak mengkaji Nabi e dengan kritis, berarti Nabi e hanya sebagai mitos. Ini adalah sikap yang benar-benar bertentangan dengan apa yang telah diutarakan di atas dari berbagai dalil dan contoh nyata dari sikap kaum muslimin.
Wahai UAA! begitu hinakah Nabi e, dan seluruh umatnya yang meneladani beliau dengan sepenuhnya di matamu, sehingga engkau anggap beliau sebagai mitos, atau engkau katakan sikap meneladani beliau sebagai sikap mandek (berhenti di tempat), atau sikap tidak berkembang dst?!([49])
Apakah menurutmu pujian([50]) Allah Ta'ala kepada Nabi Muhammad e sebagai orang yang berakhlaq dengan akhlaq yang agung telah salah alamat?! Apa engkau menganggap bahwa Allah Ta'ala telah salah pilih ketika memilih Nabi Muhammad e sebagai utusan-Nya, karena ternyata menurutmu bukan manusia terbaik, kurang dewasa, dan kurang sempurna?! Dengarlah wahai UAA dan antek-antekmu firman Allah Ta'ala berikut:
] الله أعلم حيث يجعل رسالته[ الأنعام 124
"Allah lebih mengetahui dimana Dia menempatkan tugas kerasulan." (Al An'am 124).
Dan juga hadits Rasulullah e berikut ini:
عن واثلة بن الأسقع يقول سمعت رسول الله e يقول: (إن الله اصطفى كنانة من ولد إسماعيل واصطفى قريشا من كنانة واصطفى من قريش بني هاشم واصطفاني من بني هاشم). رواه مسلم
"Dari sahabat Watsilah bin Al Asqa', ia menuturkan: Aku pernah mendengar Rasulullah e bersabda: Sesungguhnya Allah telah memilih (bani) Kinanah dari seluruh keturunan nabi Ismail, dan memilih Quraisy dari seluruh (bani) Kinanah, dan memilih dari seluruh Quraisy Bani Hasyim, dan memilih diriku dari Bani Hasyim." (Muslim).
Simak juga sabda beliau berikut ini:
عن أبي بكر الصديق t قال قال رسول الله e: (...أي ربي جعلتني سيد ولد آدم ولا فخر ...) رواه أحمد وابن أبي عاصم وحسنه الألباني.
"Dari sahabat Abu Bakar As Siddiq t ia berkata: Rasulullah e bersabda: "…..Wahai Tuhan-ku, Engkau telah menjadikanku sebagai pemimpin anak keturunan Adam, dan (saya mengucapkan ini) bukan dalam rangka berbuat kesombongan…" (HR. Imam Ahmad, Ibnu Abi 'Ashim dll, dan dihasankan oleh Al Albani)
Yang lebih mengenaskan lagi dari sikap UAA ialah ketika ia menganggap bahwa uswah yang ada pada diri Nabi e, dan penerapan Islam yang pernah dilakukan oleh Nabi e bersama sahabatnya hanya sebatas salah satu kemungkinan saja (one among others) dari berbagai penerjemahan terhadap Islam di muka bumi. Para pembaca -yang semoga senantiasa dirahmati Allah- cermatilah ungkapan nista yang diucapkan oleh UAA berikut ini: "Islam yang diwujudkan di Madinah pertikular, historis, dan kontekstual, sempurna untuk ukuran zamannya, tapi tidak sempurna untuk ukuran saat ini. Kita tidak bisa menerapkan apa saja yang diterapkan pada masa itu. Makanya, Islam pada masa Nabi one among others. Artinya, satu di antara kemungkinan untuk menerjemahkan Islam di muka bumi."([51])
Dari ucapan UAA jelaslah bagi kita, bahwa sebenarnya agama yang dianut oleh orang-orang JIL ialah agama selain agama Islam, agama yang diajarkan oleh Rasulullah e. Sebenarnya agama yang ia anut bukanlah agama Islam. Dan bila anda bertanya: "Sebenarnya agama apakah yang dianut oleh JIL dengan koordinatornya yang bernama UAA?"
Maka untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita simak firman Allah berikut:
] وقالوا ما لهذا الرسول يأكل الطعام ويمشي في الأسواق لو لا أنزل إليه ملك فيكون معه نذيرا[ الفرقان 7
"Dan mereka (orang-orang kafir Quraisy) berkata: Mengapa rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar, Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberi peringatan bersama-sama dengan dia." (Al Furqan 7).
Cermatilah, perkataan orang-orang Quraisy tentang Rasulullah e: "Mengapa rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar (maksudnya: Rasulullah e adalah manusia biasa yang memiliki kekurangan sehingga perlu makan dan berjual beli di pasar dst) kemudian bandingkan dengan perkataan UAA di atas: "Menurut saya: Rasul Muhammad Saw adalah tokoh historis yang harus dikaji dengan kritis, (sehingga tidak hanya menjadi mitos yang dikagumi saja, tanpa memandang aspek-aspek beliau sebagai manusia yang juga banyak kekurangannya". Dengan memahami kesamaan antara kedua perkataan ini, kita tahu agama apa sebenarnya yang dianut oleh JIL, yaitu agama Abu Jahal dan kawan-kawannya kafir Quraisy. Dengan demikian ini adalah salah satu bukti bahwa sebenarnya JIL (UAA) adalah pembaharu agama Abu Jahal. Na'uzubillahi min dzalik.

Bab Kelima
ANTARA JIL DAN DAJJAL

Di antara aqidah kaum muslimin tentang Rasulullah e yang tidak akan pernah goyah oleh badai fitnah apapun, ialah keyakinan bahwa beliau adalah khatamur rusul wal anbiya' (penutup para rasul dan nabi). Sekaligus beliau adalah rasul terakhir yang diutus kepada seluruh umat manusia. Sebagaimana kaum muslimin juga berkeyakinan bahwa setiap orang yang mengaku sebagai nabi atau rasul setelah beliau adalah pendusta besar.
Keyakinan ini bukan hal yang diada-adakan atau direkayasa oleh kelompok tertentu atau paham tertentu, atau hasil ijtihad ulama' tertentu pada zaman tertentu. Tidak, aqidah ini adalah salah satu prinsip dan pokok keyakinan umat Islam yang telah ditegaskan dalam Al Qur'an dan juga As Sunnah, dan kemudian mendasari seluruh kaum muslimin untuk menyepakatinya (ijma').
Di antara dalil-dalil yang menunjukkan dengan jelas dan tegas bahwa beliau adalah khatamur rusul wal anbiya' (penutup para rasul dan nabi) ialah firman Allah Ta'ala:
] ما كان محمد أبا أحد من رجالكم ولكن رسول الله وخاتم النبيين وكان الله بكل شيء عليما[ الأحزاب 40
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Al Ahzab 40).
Ibnu Katsir berkata: "Ayat ini merupakan dalil yang nyata lagi tegas yang menyatakan bahwa tidak ada nabi lagi setelah beliau e, dan bila sudah tidak ada nabi setelah beliau, maka sudah barang tentu tidak ada rasul, karena kerasulan lebih spesifik dibanding kenabian, sebab setiap rasul adalah nabi, dan tidak sebaliknya. Dan yang demikian ini juga telah ditegaskan dalam banyak hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah e oleh beberapa sahabatnya, semoga Allah senantiasa meridhai mereka."([52])
Beliau juga berkata: "Di antara perwujudan rahmat Allah terhadap hamba-Nya ialah Ia mengutus kepada mereka Nabi Muhammad e , dan di antara bentuk kemulian yang dilimpahkan kepada mereka ialah dengan ditutupnya kenabian dan kerasulan dengan kenabian dan kerasulannya e, dan juga dengan disempurnakannya agamanya yang lurus ini. Allah Ta'ala telah mengabarkan dalam kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya e dalam hadits-hadits yang mutawatir([53]) bahwa tidak ada nabi setelan beliau e. Ini semua agar setiap manusia mengetahui bahwa siapa saja yang mengaku menjadi nabi setelah beliau berarti ia adalah pendusta, pengada-ada, pemalsu, sesat lagi menyesatkan, walaupun ia menunjukkan kehebatan, keanehan, sihir dan azimat yang beraneka ragam. Yang demikian ini karena orang-orang yang berakal dapat mengetahui bahwa seluruh yang ini tunjukkan adalah suatu hal yang mustahil lagi sesat. Sebagaimana yang telah tunjukkan oleh nabi-nabi palsu: Al Aswad Al 'Insi, di Yaman, Musailamah Al Kadzdzab (sang pendusta) di negri Yamamah, berupa keanehan-keanehan, berbagai kehebatan semu, dan ucapan-ucapan yang tiada artinya. Setiap orang yang berakal dan memiliki pemahaman jernih akan tahu bahwa keduanya adalah pendusta lagi sesat. Semoga Allah senantiasa melaknati keduanya dan juga melaknati setiap yang mengaku-ngaku menjadi nabi di sepanjang masa hingga hari qiyamat, dan datangnya Dajjal. Setiap orang dari para pendusta tersebut telah memiliki beberapa keanehan, yang setiap ulama' dan orang yang beriman, akan mengatakan bahwa pelakunya adalah nabi palsu, tentu ini merupakan wujud dari rahmat Allah kepada hamba-Nya. Karena sebenarnya para nabi palsu tersebut tidaklah memerintahkan dengan kebaikan dan melarang dari yang mungkar melainkan karena memiliki tujuan tertentu. Sebagaimana mereka itu adalah bersifat pendusta dan keji dalam setiap ucapan dan perbuatannya. Ini sebagai bukti akan kebenaran firman Allah Ta'ala:
]هل أنبئكم على من تنـزل الشياطين تنـزل على كل أفاك أثيم[ الشعراء 221-222
"Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syetan-syetan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak berbuat dosa." (As Syu'ara' 221-222).
Tentu ini menyelisihi keadaan para Nabi 'alaihimus salaam, karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling baik, jujur, berakal, istiqomah, dan adil dalam setiap ucapan, perbuatan, perintah, dan larangannya. Ditambah lagi mukjizat-mukjizat dan bukti-bukti nyata lagi kuat akan kenabian mereka. Semoga sholawat dan salam dari Allah Ta'ala senantiasa terlimpahkan kepada mereka sepanjang masa."([54])
Rasulullah e dalam banyak hadits juga menegaskan bahwa beliau adalah penutup para nabi dan rasul, dan tidak ada nabi setelah beliau, di antara hadits-hadits tersebut ialah:
عن أبي هريرة أن رسول الله eقال : (مثلي ومثل الأنبياء من قبلي كمثل رجل بنى بنيانا فأحسنه وأجمله إلا موضع لبنة من زاوية من زواياه، فجعل الناس يطوفون به ويعجبون له، ويقولون: هلا وضعت هذه اللبنة؟! قال: فأنا اللبنة وأنا خاتم النبيين) متفق عليه
"Diriwayatkan dari Abu Hurairah t, bahwasannya Rasulullah e telah bersabda: "Perumpamaan dengan para nabi sebelumku bagaikan seorang yang membangun sebuah bangunan (istana), kemudian ia menjadikannya istana itu indah nan bagus kecuali satu tempat batu bata di salah satu sudutnya. Kemudian setiap orang mengelilinginya dan merasa takjub dengannya, dan berangan-angan: Seandainya satu batu bata ini dipasang?! Kemudian Rasulullah e bersabda: Akulah batu bata itu, dan akulah penutup para nabi." (HR. Bukhari dan Muslim).
وعن ثوبان قال: قال رسول الله e: (لا تقوم الساعة حتى تلحق قبائل من أمتي بالمشركين وحتى يعبدوا الأوثان وإنه سيكون في أمتي ثلاثون كذابون كلهم يزعم أنه نبي وأنا خاتم النبيين لا نبي بعدي) رواه أبو داود والترمذي
"Dan diriwayatkan dari sahabat Tsauban, ia berkata: Rasulullah e bersabda: "Hari kiamat tidaklah akan tiba, hingga sebagian kabilah dari umatku bergabung dengan orang-orang musyrikin, dan hingga sebagian mereka beribadah kepada berhala. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya akan ada di tengah-tengah umatku tiga puluh pendusta, semuanya mengaku sebagai nabi, padahal aku adalah penutup para nabi, dan tidak ada nabi setelahku." (HSR. Abu Dawud, At Tirmidzy dll)
Orang yang mengaku sebagai nabi setelah kenabian Muhammad bin Abdullah e adalah palsu dan disebut juga dengan sebutan Dajjal (pendusta), sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut:
عن أبي هريرة عن النبي e قال: (لا تقوم الساعة حتى يبعث دجالون كذابون قريب من ثلاثين كلهم يزعم أنه رسول الله) متفق عليه
"Dari sahabat Abu Hurairah, dari Nabi e, beliau bersabda: "Hari kiamat tidak akan datang, hingga datang dajjal-dajjal para pendusta (jumlahnya) hampir tiga puluh orang, mereka semua mengaku sebagai utusan Allah." (HR. Bukhari dan Muslim).
Inilah aqidah kaum muslimin, dan inilah keimanan mereka.
Adapun JIL dan seluruh pengikutnya melalui lisan koordinatornya, mereka menyelisihi aqidah ini, dan berusaha untuk senantiasa menyelisihi mereka. Bahkan mereka dengan sengaja mengakui dan mungkin akan mengikuti setiap dajjal yang datang. Lihat dan amatilah sikap mereka yang tertuang dalam beberapa ucapan koordinatornya UAA, di antaranya:
"Nabi Muhammad sebagai "khatiman Nabiyyin" seperti disebut dalam Al Qur'an tak diartikan sebagai penutup para nabi. Yang lebih tepat maknanya cincin. Ibarat jari di antara jari-jari lainnya, maka jari yang memakai cincin begitu diistimewakan, Karena itu sejarah kenabian akan tetap berlangsung setelah wafatnya Rasulullah."([55])
Dan dalam ungkapan lainnya ia berkata: "Oleh karena itu, Islam sebetulnya lebih tepat disebut sebagai sebuah "proses" yang tak pernah selesai, ketimbang sebuah "lembaga agama" yang sudah mati, baku, jumud, dan mengukung kebebasan. Ayat: "inna al dina 'inda allah al islam (QS 3:19), lebih tepat diterjemahkan sebagai: "Sesunguhnya jalan religiusitas yang benar adalah proses yang tak pernah selesai menuju ketundukan (kepada Yang Maha Benar).([56])
Bila menurut JIL Islam hanyalah suatu proses yang tak pernah selesai, maka konsekwensinya JIL akan senantiasa mengakui dan mengikuti setiap yang mereka anggap "proses", baik itu agama selain Islam, atau dajjal baru, baik dajjal kecil yaitu nabi-nabi palsu, atau dajjal besar, seperti yang disebutkan dalam hadits berikut:
عن أنس بن مالك قال: قال رسول الله e: (ما من نبي إلا وقد أنذر أمته الأعور الكذاب، ألا إنه أعور وإن ربكم ليس بأعور ومكتوب بين عينيه "ك ف ر") متفق عليه
"Dari sahabat Anas bin malik ia menuturkan: Rasulullah e bersabda: "Tiada seorang nabi-pun melainkan telah memperingatkan umatnya dari si buta sebelah lagi pendusta (dajjal), ketahuilah sesungguhnya dajjal itu buta sebelah, sedangkan Tuhan-mu tidak buta sebelah, dan tertulis diantara kedua mata dajjal (ك ف ر ).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Semoga Allah Ta'ala melindungi kita semua, kaum muslimin yang senantiasa beriman bahwa Rasulullah e adalah penutup para nabi dan rasul.

Bab Keenam
ANTARA JIL DAN UPAYA PENERAPAN SYARI'AT

Kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup adalah cita-cita setiap manusia, baik secara individu ataupun kelompok. Berbagai metode dan sarana mereka tempuh guna menggapai cita-cita ini. Ada yang berusaha menggapainya dengan cara memuaskan kebutuhannya terhadap makanan, sehingga berusaha untuk menikmati berbagai makanan yang enak nan lezat. Ada lagi yang menyangka bahwa cita-citanya itu akan tercapai dengan harta yang melimpah, rumah megah, kendaraan mewah, sehinga mereka bekerja banting tulang untuk merealisasikan angan-angannya ini. Ada lagi yang menganggap bahwa kebahagiaan hidup ada pada kepuasan syahwat birahinya, sehingga ia melakukan segala hal yang dapat ia lakukan guna menuruti bisikan syahwatnya, dan masih banyak lagi cara manusia untuk menggapai cita-cita luhur ini, yaitu hidup damai nan bahagia.
Berbagai metode yang ditempuh manusia guna mencapai kehidupan damai nan bahagia tidaklah akan membuahkan hasil selain metode yang diajarkan oleh Dzat Yang telah menciptakan mereka, yaitu Allah Ta'ala. Hanya Allah-lah yang Maha Tahu bagaimana kedamaian dan kebahagiaan hidup dapat dicapai oleh umat manusia. Bukan hanya kedamaian dan kebahagian di dunia, bahkan juga kedamaian dan kebahagiaan hidup di akhirat.
Bila anda bertanya: metode atau resep apakah yang diajarkan Allah Ta'ala kepada manusia agar mereka dapat meraih cita-cita mereka tersebut? Maka simaklah firman Allah Ta'ala berikut ini:
] الذين آمنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون[ الأنعام 82
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Surat Al A’am 82).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: "Maksud ayat ini ialah: orang-orang yang memurnikan peribadatan mereka hanya kepada Allah, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, maka mereka itulah yang akan mendapatkan keamanan (dari siksa) di akhirat, dan mereka itulah yang mendapatkan petunjuk di dunia serta di akhirat."([57])
Agar ayat di atas dapat dipahami dengan sempurna, maka akan kami sebutkan macam-macam kedzaliman menurut syari'at Islam:
Kedzaliman kepada Allah ta'ala, ini adalah kedzaliman paling besar, yaitu dengan memalingkan hak-hak Allah Ta'ala dan menunaikannya kepada selain-Nya, perbuatan ini disebut syirik, sebagaimana telah disinggung pada pembahasan "Kesempurnaan Hanya Ada Di Islam".
Kedzaliman yang terjadi di antara sesama umat manusia, misalnya merampas hak mereka, mencemarkan kehormatan mereka dst.
Kedzaliman seorang hamba atas dirinya sendiri. Agama Islam sebagaimana mengharamkan atas umatnya untuk mendzalimi orang lain, juga mengharamkan perbuatan menzalimi diri sendiri, yaitu dengan tidak memberikan kepadanya hak-hak yang selayaknya ia dapatkan. Setiap manusia pasti memiliki kebutuhan; kebutuhan terhadap makanan, minuman, istirahat, kebutuhan yang berkaitan dengan pemenuhan syahwat birahinya, dst.
Pembagian hak menjadi tiga seperti ini nampak jelas disebutkan dalam kisah yang pernah kami sebutkan:
"Diriwayatkan dari 'Aun bin Abi Juhaifah, dari ayahnya, ia mengkisahkan: Nabi e menjalinkan tali persaudaraan antara sahabat Salman (Al Farisy) dengan sahabat Abu Darda', maka pada suatu hari Salman mengunjungi Abu Darda', kemudian ia melihat Ummu Darda' (istri Abu Darda') dalam keadaan tidak berhias, maka ia (Salman) bertanya kepadanya: "Apa yang terjadi pada dirimu?" Ummu Darda'-pun menjawab: "Saudaramu Abu Darda' sudah tidak butuh lagi kepada (wanita yang ada di) dunia". Maka tatkala Abu Darda' datang, iapun langsung membuatkan untuknya (Salman) makanan, kemudian Salman berkata: "Makanlah (wahai Abu Darda')" Abu Darda' menjawab: "Sesungguhnya aku sedang berpuasa". Mendengar jawabannya Salman berkata: "Aku tidak akan makan, hingga engkau makan", maka Abu Darda' pun akhirnya makan. Dan tatkala malam telah tiba, Abu Darda' bangun (hendak shalat malam, melihat yang demikian, Salman) berkata kepadanya: "Tidurlah", maka iapun tidur kembali, kemudian ia kembali bangun, dan Salmanpun kembali berkata kepadanya: "Tidurlah". Dan ketika malam telah hampir berakhir, Salman berkata: "Nah, sekarang bangunlah", kemudian mereka berdua shalat (tahajjud). Kemudian (setelah selesai shalat) Salman berkata: "Sesungguhnya Tuhan-mu memiliki hak atasmu, dan dirimu memiliki hak atasmu, dan keluargamu juga memiliki hak atasmu, maka hendaknya engkau tunaikan setiap hak kepada pemiliknya". Kemudian sahabat Abu Darda' datang kepada Nabi e dan ia menyampaikan kejadian tersebut kepadanya, dan Nabi e menjawabnya dengan bersabda: "Salman benar". (HR. Bukhari).
Bila ketiga macam kedzaliman di atas dapat disingkirkan, dan setiap hak telah ditunaikan kepada pemiliknya dengan sempurna, niscaya keamanan, kedamaian, kebahagiaan serta petunjuk di dunia dan akhirat akan dapat dicapai dengan sempurna. Akan tetapi bila ada sebagian hak tidak ditunaikan, sehingga terjadi kedzaliman, maka keamanan, kedamaian, kebahagiaan dan petunjuk yang diperoleh oleh umat manusia akan berkurang sebesar kedzaliman yang terjadi.
Dan bila umat manusia bersikap adil, niscaya mereka akan mengakui hanya syari'at Islam-lah yang benar-benar menghormati hak setiap pemilik hak, dan hanya syari'at Islam-lah yang memerangi setiap perampasan hak dari pemiliknya. Oleh karena itu kaum muslimin yang benar-benar kenal dengan syariat agamanya, di manapun mereka berada senantiasa yakin dan percaya bahwa bila syai'at Islam diterapkan di muka bumi, niscaya keadilan dan kebahagian hidup dapat dicapai. Bukan hanya bagi kaum muslimin, bahkan keamanan dan ketentraman hidup dapat juga didapatkan oleh setiap orang yang tinggal di negeri Islam yang pemerintahnya menerapkan syari'at, walaupun ia tidak beragama Islam. Sebagai buktinya, simaklah kisah berikut:
Tatkala orang-orang Yahudi Khaibar hendak menyuap Abdullah bin Rawahah radhiallahu 'anhu, agar ia mengurangi kewajiban upeti yang harus mereka bayarkan kepada Rasulullah e, maka ia menjawab permintaan mereka ini dengan ucapannya:
(يا أعداء الله أتطعموني السحت، والله لقد جئتكم من عند أحب الناس إلي ولأنتم أبغض إلي من عدتكم(kasih harakat pin) من القردة والخنازير، ولا يحملني بغضي إياكم وحبي إياه على أن لا أعدل عليكم. فقالوا: بهذا قامت السماوات والأرض). رواه أحمد وابن حبان والبيهقي
"Wahai musuh-musuh Allah, apakah kalian akan memberiku harta yang haram?! Sungguh demi Allah, aku adalah utusan orang yang paling aku cintai (yaitu Rasulullah), dan kalian adalah orang-orang yang lebih aku benci dibanding kera dan babi. Akan tetapi kebencianku kepada kalian dan kecintaanku kepadanya (Rasulullah), tidaklah menyebabkan aku bersikap tidak adil atas kalian. Mendengar jawaban tegas ini, mereka berkata: Hanya dengan cara inilah langit dan bumi menjadi makmur". (Riwayat Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al Baihaqi).
Oleh karena itu tidak heran bila kaum muslimin di manapun mereka berada senantiasa memperjuangkan dan berusaha -dan ini merupakan perintah agama mereka- agar syari'at Islam dapat diterapkan di negeri mereka.
Dan ini pula yang terjadi di negeri kita Indonesia, kesadaran kaum muslimin bahwa satu-satunya metode atau sistem yang dapat menjamin terwujudnya keadilan bagi seluruh anggota masyarakat ialah syari'at Islam sudah mulai tumbuh subur. Kita sering mendengar seruan atau tuntutan agar syari'at Islam diterapkan berdengung di mana-mana, (meskipun masih banyak di antara mereka yang belum paham betul jalan manakah yang seharusnya ditempuh guna menggapai penerapan syari'at di bumi pertiwi). Tentunya fenomena maraknya tuntutan untuk menerapkan syari'at Islam membuat musuh-musuh Islam di manapun mereka berada menjadi gerah, khawatir sekaligus kebakaran jenggot. Oleh karenanya mereka menempuh berbagai cara guna memadamkan api keimanan yang semakin berkobar di jiwa setiap muslim. Dan di antara cara yang mereka tempuh ialah dengan menyemarakkan pemurtadan melalui berbagai sarana, di antaranya melalui ajakan kepada pemikian persatuan agama yang dipelopori oleh JIL, sehingga tidak heran bila JIL melalui koordinatornya, yaitu UAA berjuang mati-matian menentang usulan perapan syari'at Islam secara mutlak, atau terbatas terhadap kaum muslimin saja, yaitu dengan menerapkan Piagam Jakarta.
Di antara metode penolakan yang mereka tempuh ialah, dengan menyatakan bahwa: tidak ada hukum-hukum Allah, yang ada hanyalah hukum manusia, sebagaimana yang tercantum dalam ucapan UAA berikut ini: "Agama adalah suatu kebaikan buat umat manusia, dan karena manusia adalah organisme yang terus berkembang, baik secara kuantitatif dan kualitatif, maka agama juga harus bisa mengembangkan diri sesuai kebutuhan manusia itu sendiri. Yang ada adalah hukum manusia, bukan hukum Tuhan, karena manusialah stake holder yang berkepentingan dalam semua perbincangan soal agama ini." ([58])
Di lain kesempatan mereka menempuh cara lain, yaitu dengan mengatakan bahwa hukum-hukum Islam hanya berlaku pada zaman Nabi e saja, dan tidak berlaku untuk susunan masyarakat setelah beliau, sebagaimanan yang dikatakan oleh UAA: "Sedangkan hukum Tuhan yang diibaratkan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tak pernah ada. Walaupun pernah diterapkan pada masa Nabi, hanya berlaku pada saat itu saja. Misalnya: potong tangan, qishash, dan rajam. Ini praktek yang lahir karena pengaruh kultur Arab."([59])
Pada penggalan ucapannya ini UAA memunculkan kontradiksi yang sangat membingungkan, di awal perkataan ia berkata: Sedangkan hukum Tuhan yang diibaratkan Kitab Undang-ndang Hukum Pidana (KUHP) tak pernah ada". Akan tetapi langsung setelahnya ia berkata: "Walaupun pernah diterapkan pada masa Nabi,."
Kontradiksi yang membingungkan ini, mengisyaratkan bahwa pada hakekatnya UAA tahu dengan sepenuhnya, bahwa Syari'at Islam adalah manhaj (metode) hidup yang sempurna dari segala sisi pandang. Sehingga walaupun ia berusaha dengan berbagai cara untuk menutup-nutupi fakta, akan tetapi ia tidak mampu mendustakan hati kecilnya sendiri yang mengatakan: bahwa Islam benar-benar manhaj hidup yang sempurna, dan satu-satunya agama yang memiliki paket lengkap dalam hal perundang-undangan.
Ditambah lagi ia sebenarnya tidak bisa mendustai dirinya sendiri bahwa ia pernah mendengar, membaca, dan bahkan pernah merasakan sedikit manisnya penerapan syari'at Islam dalam kehidupan masyarakat.([60]) Ia pernah belajar bahwa khilafah Islamiyyah yang menerapkan hukum Islam berhasil memimpin dunia hingga abad ke 19 M, dan bahkan hingga saat ini Syariat Islam masih relevan dan diterapkan oleh sebagian kaum muslimin, sebagaimanan yang terjadi di Kerajaan Saudi Arabia, dan beberapa wilayah di Nigeria.
Di antara metode yang mereka tempuh guna menghalang-halangi perjuangan penerapan syari'at Islam di bumi nusantara ialah dengan mengatakan bahwa: penerapan syari'at Islam akan menyebabkan terjadinya penindasan, atau munculnya kediktatoran, sebagaimana yang dikatakan oleh UAA berikut ini: "Dalam lapangan kenegaraan (yang merupakan masalah mu'amalah), kita tidak diwajibkan mengikuti contoh Nabi secara harfiah. Sebab kalau kita diwajibkan untuk mengikutinya secara harfiah (berdasarkan tesis bahwa yang disebut hadits adalah "ucapan, tindakan, dan penetapan Nabi), maka niscaya kita akan mengatakan bahwa sistem kenegaraan yang sesuai dengan sunnah Nabi adalah system di mana kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif akan dipegang oleh satu orang, sebab begitula yang terjadi pada nabi. Trias politika akan ditolak. Kalau itu kita ikuti, maka kita akan menegakkan kediktatoran."([61])
Ungkapan ini membuktikan bahwa UAA pura-pura tidak kenal agama Islam yang mengajarkan kepada umatnya prinsip amar ma'ruf nahi mungkar. Prinsip ini tidak mengenal batas, sehingga setiap yang berbuat salah wajib diingkari, tentunya dengan metode dan cara-cara yang diajarkan oleh agama Islam, antara lain dengan hikmah (bijak), lemah-lembut, dan tidak menggunakan kekerasan.
عن عوف بن مالك عن رسول الله e قال: )خيار أئمتكم الذين تحبونهم ويحبونكم ويصلون عليكم وتصلون عليهم. وشرار أئمتكم الذين تبغضونهم ويبغضونكم وتلعنونهم ويلعنونكم. قيل: يا رسول الله، أفلا ننابذهم بالسيف؟ فقال: لا ما أقاموا فيكم الصلاة. وإذا رأيتم من ولاتكم شيئا تكرهونه، فاكرهوا عمله ولا تنـزعوا يدا من طاعة) رواه مسلم
"Dari sahabat 'Auf bin Malik dari Rasulullah e bersabda: "Sebaik-baik pemimpin kalian ialah pemimpin yang kalian cintai dan merekapun mencintai kalian, mereka mendoakan untuk kalian, dan kalianpun mendoakan untuk mereka. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian ialah pemimpin yang kalian benci dan merekapun membenci kalian, kalian melaknati mereka dan merekapun melaknati kalian." Dikatakan kepada beliau: Wahai Rasulullah, bolehkah kami memerangi mereka dengan pedang (angkat senjata melawan mereka)? Beliaupun menjawab: Tidak boleh, selama mereka menegakkan sholat. Dan bila kalian melihat dari para pemimpin kalian sesuatu yang kalian benci, maka bencilah amalannya, dan jangan sekali-kali kalian mencabut ketaatan kepadanya." (HSR Muslim).
Ungkapan ini juga membuktikan bahwa UAA tidak tahu atau pura-pura tidak tahu bahwa syari'at Islam mengenal dan mengajarkan sistem syura (permusyawaratan), sebagaimana yang ditegaskan dalam firman Allah Ta'ala:
] وأمرهم شورى بينهم[ الشورى 38
"Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka." (As Syura 38).
Permusyawaratan bukan hanya disyari'atkan sesama individu umat, bahkan Nabi Muhammad e yang beliau senantiasa mendapatkan wahyu, dan tidak berkata-kata berdasarkan hawa nafsunya, diperintahkan juga untuk bermusyawarah:
]وشاورهم في الأمر[ آل عمران 159
"Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam setiap urusan." (Ali Imran 159).
Betapa pentingnya permusyawaratan dalam kehidupan kaum muslimin, sampai-sampai Allah Ta'ala menamakan salah satu surat dalam Al Qur'an dengan nama "As Syura" (Musyawarah).
Sejarah kaum muslimin, semenjak Rasulullah e hingga zaman kita ini telah membuktikan bahwa syura (musyawarah) dapat diterapkan dengan baik, entah itu dalam lingkup kemasyarakatan yang sempit, yaitu dalam keluarga, atau yang luas, yaitu dalam kehidupan bernegara.
Sebagai contoh penerapan sistem musyawarah dalam kehidupan berkeluarga ialah apa yang disebutkan dalam firman Allah Ta'ala berikut ini:
] فإن أرادا فصالا عن تراض منهما وتشاور فلا جناح عليهما[ البقرة 234
"Apabila keduanya (suami dan istrinya) ingin menyapih (anaknya sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya." (Al Baqarah 234).
Dan sebagai contoh penerapan sistem ini dalam kehidupan bernegara yang mencakup kepentingan seluruh umat Islam ialah apa yang dilakukan oleh Nabi e ketika hendak menunaikan ibadah umrah pada tahun ke 6 H. beliau meminta pendapat para sahabatnya, apa yang akan beliau lakukan bersama sahabatnya, apakah mengobarkan api peperangan melawan orang-orang yang menghalangi beliau atau tetap menjalankan rencana awal, yaitu menuju ke Ka'bah dan menjalankan ibadah umrah.([62])
Permasalahan ini, yaitu disyariatkannya musyawarah adalah masalah yang sudah gamblang dan jelas bagi setiap orang, kecuali orang-orang yang hatinya telah ditutupi oleh noda kebencian terhadap agama Islam dan umatnya. Oleh karena itu kami tidak akan berpanjang lebar membahas masalah ini, akan tetapi -menurut hemat kami- yang lebih mendesak untuk dibahas ialah prinsip-prinsip pokok dalam bermusyawarah, oleh karena itu kami akan sebutkan prinsip-prinsip tersebut dengan ringkas, semoga menjadi pelajaran dan pedoman dalam kehidupan setiap muslim yang membaca tulisan ini:
Prinsip pertama: Musyawarah hanyalah disyariatkan dalam permasalahan yang tidak ada dalilnya.
Sebagaimana telah jelas bagi setiap muslim bahwa tujuan musyawarah ialah untuk mencapai kebenaran, bukan hanya sekedar untuk membuktikan banyak atau sedikitnya pendukung suatu pendapat atau gagasan. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala:
] وما كان لمؤمن ولا مؤمنة إذا قضى الله ورسوله أمرا أن يكون لهم الخيرة من أمرهم ومن يعص الله ورسوله فقد ضل ضلالا مبينا [ الأحزاب 36
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah tersesat, sesat yang nyata." (Al Ahzab 36).
عن ميمون بن مهران قال: (كان أبو بكر إذا ورد عليه الخصم نظر في كتاب الله، فإن وجد فيه ما يقضي به بينهم قضى به، وإن لم يكن في الكتاب وعلم من رسول الله e في ذلك الأمر سنةً قضى به. فإن أعياه خرج فسأل المسلمين، وقال: أتاني كذا وكذا، فهل علمتم أن رسول الله e قضى في ذلك بقضاء؟ فربما اجتمع إليه النفر كلهم يذكر من رسول الله e فيه قضاءا، فيقول أبو بكر الحمد لله الذي جعل فينا من يحفظ عن نبينا e. فإن أعياه أن يجد فيه سنة من رسول الله e جمع رؤوس الناس وخيارهم فاستشارهم، فإذا اجتمع رأيهم على أمر قضى به. وكذلك فعل عمر الخطاب من بعده). رواه الدارمي والبيهقي وصحح الحافظ إسناده في الفتح.
"Diriwayatkan dari Maimun bin Mihran, ia mengisahkan: "Dahulu Abu Bakar (As Shiddiq) bila datang kepadanya suatu permasalahan (persengketaan), maka pertama yang ia lakukan ialah membaca Al Qur'an, bila ia mendapatkan padanya ayat yang dapat ia gunakan untuk menghakimi mereka, maka ia akan memutuskan berdasarkan ayat itu. Bila ia tidak mendapatkannya di Al Qur'an, akan tetapi ia mengetahui sunnah (hadits) Rasulullah e, maka ia akan memutuskannya berdasarkan hadits tersebut. Bila ia tidak mengetahui sunnah, maka ia akan menanyakannya kepada kaum muslimin, dan berkata kepada mereka: "Sesungguhnya telah datang kepadaku suatu permasalahan, apakah kalian mengetahui bahwa Rasulullah e pernah memutuskan dalam permasalahan ini dengan suatu keputusan?" Kadang kala ada beberapa sahabat yang semuanya menyebutkan suatu keputusan (sunnah) dari Rasulullah e, sehingga Abu bakar berkata: "Segala puji bagi Allah Yang telah menjadikan di antara kita orang-orang yang menghafal sunnah-sunnah Nabi kita e". Akan tetapi bila ia tidak mendapatkan satu sunnah-pun dari Rasulullah e, maka ia mengumpulkan para pemuka dan orang-orang yang berilmu dari masyarakat, lalu ia bermusyawarah dengan mereka. Bila mereka menyepakati suatu pendapat, maka ia akan memutuskan dengannya. Dan demikian pula yang dilakukan oleh khalifah Umar bin Khatthab sepeninggal beliau." (Riwayat Ad Darimi dan Al Baihaqi, dan Al Hafidz Ibnu Hajar menyatakan bahwa sanadnya adalah shahih).
Dari kisah ini nyatalah bagi kita bahwa musyawarah hanyalah disyari'atkan dalam permasalahan-permasalahan yang tidak ada dalil satupun dari Al Qur'an dan As Sunnah tentangnya. Adapun bila permasalahan tersebut telah diputuskan dalam Al Qur'an atau hadits shahih, maka tidak ada alasan untuk bermusyawarah, karena kebenaran telah jelas dan nyata, yaitu hukum yang dikandung dalam ayat atau hadits tersebut.
Adapun sistem demokrasi, dia senantiasa membenarkan pembahasan bahkan penetapan undang-undang yang nyata-nyata menentang dalil, sebagaimana yang diucapkan oleh UAA berikut ini: "Hukum pidana bisa saja tetap diterapkan pada saat ini dengan syarat ada konsensus politik, jika cara ini mampu menciptakan tata sosial yang lebih baik. Sebab yang mengikat itu adalah konsensus publik, bukan hukum Tuhan."([63])

Prinsip kedua: kebenaran tidak diukur dengan jumlah yang menyuarakannya.
Oleh karena itu walaupun suatu pendapat didukung oleh kebanyakan anggota musyawarah, akan tetapi bila terbukti bahwa mereka menyelisihi dalil, maka pendapat mereka tidak boleh diamalkan. Dan walaupun suatu pendapat hanya didukung atau disampaikan oleh satu orang, akan tetapi terbukti bahwa pendapat itu selaras dengan dalil, maka pendapat itulah yang harus di amalkan.
عن أبي هريرة قال: لما توفي رسول الله e واستخلف أبو بكر بعده، وكفر من كفر من العرب، قال عمر بن الخطاب لأبي بكر كيف تقاتل الناس وقد قال رسول الله e: (أمرت أن أقاتل الناس حتى يقولوا: لا إله إلا الله، فمن قال: لا إله إلا الله، فقد عصم منى ماله ونفسه إلا بحقه، وحسابه على الله) فقال أبو بكر: والله لأقاتلن من فرق بين الصلاة والزكاة، فإن الزكاة حق المال، والله لو منعوني عقالا كانوا يؤدونه إلى رسول الله e لقاتلتهم على منعه. فقال عمر بن الخطاب: فوالله ما هو إلا أن رأيت الله عز وجل قد شرح صدر أبي بكر للقتال، فعرفت أنه الحق ) متفق عليه
"Dari sahabat Abu Hurairah t, ia mengisahkan: Setelah Rasulullah e meninggal dunia, dan Abu Bakar ditunjuk sebagai khalifah, sebagian kabilah Arab kufur (murtad dari Islam), Umar bin Khattab berkata kepada Abu Bakar: Bagaimana engkau akan memerangi mereka, padahal Rasulullah e telah bersabda: "Aku diperintahkan untuk memerangi seluruh manusia hingga mereka mengikrarkan la ilaha illallahu, maka barang siapa yang telah mengikrarkan: la ilaha illallah, berarti ia telah terlindung dariku harta dan jiwanya, kecuali dengan hak-haknya (hak-hak yang berkenaan dengan harta dan jiwa), sedangkan pertanggung jawaban atas amalannya terserah kepada Allah." Abu Bakar-pun menjawab: "Sungguh demi Allah akan aku perangi siapa saja yang membedakan antara shalat dan zakat, karena zakat adalah termasuk hak yang berkenaan dengan harta. Sungguh demi Allah seandainya mereka enggan membayarkan kepadaku seekor anak kambing yang dahulu mereka biasa menunaikannya kepada Rasulullah e, niscaya akan aku perangi karenanya". Maka selang beberapa saat Umar bin Khatthab berkata: "Sungguh demi Allah tidak berapa lama akhirnya aku sadar bahwa Allah Azza wa Jalla telah melapangkan dada Abu Bakar untuk memerangi mereka, sehingga akupun tahu bahwa itulah pendapat yang benar." (HR. Bukhari dan Muslim).
Begitu juga halnya yang terjadi ketika Abu Bakar t tetap mempertahankan pengiriman pasukan di bawah kepemimpinan Usamah bin Zaid t yang sebelumnya telah direncanakan oleh Rasulullah e sebelum beliau wafat. Kebanyakan shahabat merasa keberatan dengan keputusan Abu Bakar ini, karena mereka melihat kebanyakan kabilah Arab telah murtad dari Islam. Abu Bakar berkata kepada seluruh sahabat yang menentang keputusan beliau:
(والله لا أحل عقدة عقدها رسول الله e، ولو أن الطير تخطفنا والسباع من حول المدينة، ولو أن الكلاب جرت بأرجل أمهات المؤمنين، لأجهزن جيش أسامة، وآمر الحرس يكونون حول المدينة).
"Sungguh demi Allah, aku tidak akan membatalkan keputusan yang telah diputuskan oleh Rasulullah e, walaupun burung menyambar kita, binatang buas mengepung kota Madinah, dan walaupun anjing-anjing telah menggeret kaki-kaki Ummahatul Mu'minin (istri-istri Nabie), aku tetap akan meneruskan pengiriman pasukan di bawah kepemimpinan Usamah, dan aku akan perintah sebagian pasukan untuk berjaga-jaga di sekitar kota Madinah.([64]) Hingga kemudian setelah pasukan Usamah bin Zaid dikirim, kaum muslimin mendapatkan kemenangan yang besar, serta orang-orang yang murtad kembali ke haribaan agama Islam.
Imam As Syafi'i berkata: "Sesungguhnya seorang hakim diperintahkan untuk bermusyawarah karena orang-orang yang ia ajak bermusyawarah mungkin saja mengingatkannya suatu dalil yang terlupakan olehnya, atau yang tidak ia ketahui, bukan untuk bertaqlid kepada mereka dalam segala yang mereka katakan. Karena sesungguhnya Allah Ta'ala tidak pernah mengizinkan untuk bertaqlid kepada seseorang selain Nabi e."([65])
Dengan memahami prinsip ini kita dapat membedakan antara musyawarah yang diajarkan dalam Islam dengan demokrasi, sebab demokrasi akan senantiasa mengikuti suara terbanyak, walaupun menyelisihi dalil. Adapun musyawarah, kebenaran senantiasa didahulukan, walau yang menyuarakannya hanya satu orang. Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa Islam tidak pernah mengajarkan demokrasi, dan Islam bukan agama demokrasi.

Prinsip ketiga: Yang berhak menjadi anggota Majlis Syura' ialah para pemuka masyarakat, ulama' dan pakar di setiap bidang keilmuan.
Karena musyawarah bertujuan mencari kebenaran, maka yang berhak untuk menjadi anggota majlis syura ialah orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya. Merekalah yang memahami setiap permasalahan beserta solusinya dalam bidangnya masing-masing. Beda halnya dengan demokrasi, anggotanya dipilih oleh rakyat, merekalah yang mencalonkan para perwakilan mereka. Setiap anggota masyarakat, siapapun dia -tidak ada bedanya antara pemabuk, pezina, dukun, perampok, orang kafir dengan orang muslim yang bertaqwa-, memiliki hak yang sama untuk dicalonkan dan mencalonkan. Oleh karena itu tidak heran bila di negara demokrasi, para pelacur, pemabuk, waria dan yang serupa berdemonstrasi menuntut kebebasan dalam menjalankan praktek kemaksiatannya.
Berbagai ucapan dan ungkapan yang dilontarkan UAA semuanya berintikan penolakan terhadap syari'at islam. Tentu saja bagi orang yang beriman kepada Al Qur'an, ucapan UAA di atas rendahan dan tidak dapat diterima sama sekali, karena berseberangan dengan banyak ayat dan hadits yang mewajibkan umat manusia untuk berhukum dengan hukum Syari'at. Di antara ayat-ayat yang mewajibkan kita berhukum dengan hukum Allah ialah firman Allah Ta'ala:
] يأيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الله والرسول إن كنتم تؤمنون بالله واليوم الآخر ذلك خير وأحسن تأويلا [ النساء 59
"Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah, (Al Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (An Nisa' 59).
Dalam ayat ini dengan tegas Allah menjadikan berhukum kepada Al Qur'an dan As Sunnah dalam setiap permasalahan yang diperselisihkan adalah syarat bagi kebenaran iman kepada Allah dan hari akhir. Sehingga orang yang enggan berhukum kepada hukum Al Qur'an dan As Sunnah di saat terjadi perselisihan, berarti menurut ayat ini, ia tidak dikatakan beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan dalam ayat lain, Allah Ta'ala dengan tegas mensifati orang yang tidak berhukum dengan hukum Allah dengan sifat kekufuran, kedzaliman dan kefasikan:
] ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الكافرون[ المائدة 44
“Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah maka mereka adalah orang-orang kafir” (Al Maidah 44). Dan dalam ayat selanjutnya, Allah berfirman:
] ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الظالمون[ المائدة 45
“Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah maka mereka adalah orang-orang dzalim." (Al Maidah 45). Dan dalam ayat selanjutnya Allah berfirman :
] ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الفاسقون [ المائدة 47
“Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah maka mereka adalah orang-orang fasiq." (Al Maidah 47).
Pembahasan masalah wajibnya berhukum dengan hukum syari'at bukanlah hal baru, dan sudah banyak dijelaskan oleh berbagai tokoh kaum muslimin di berbagai kesempatan dan media. Oleh karena itu kami tidak akan berpanjang lebar membahas masalah ini.
Mungkin ada yang bertanya-tanya: Mengapa JIL melalui koordinatornya menolak penerapan syari'at Islam?
Menurut hemat kami, jawabannya hanya ada dua kemungkinan:
Kemungkinan pertama: Karena JIL memenuhi pesanan "bos"nya, agar program yang ingin mereka terapkan di bumi Nusantara dapat berjalan mulus, yaitu program kristenisasi, atau minimal pemurtadan kaum muslimin secara besar-besaran, dan juga merusak moral Bangsa Indonesia, melalui penebaran berbagai kemaksiatan, dimulai dari minuman keras, hingga prostitusi. Hal ini tersirat dari ucapan UAA berikut ini: "Misalnya, perlindungan akal diwujudkan dalam bentuk pelarangan minuman keras (khamar). Jadi, haramnya khamar itu bersifat sekunder dan kontekstual. Karena itu, vodka di Rusia bisa jadi dihalalkan, karena situasi di daerah itu sangat dingin." ([66])
Dan juga dalam ucapannya berikut ini: "Jilbab intinya adalah mengenakan pakaian yang memenuhi standar kepantasan umum (public decency). Kepantasan umum tentu sifatnya fleksibel dan berkembang sesuai perkembangan kebudayaan manusia. Begitu seterusnya."([67]) Bila standar pakaian yang islami adalah kepantasan umum, maka muslimah yang pergi ke Kute, atau tempat-tempat rekreasi lainnya di pulau Bali akan mengenakan pakaian layaknya yang dikenakan oleh orang-orang bule. Dan bagi kaum muslimin yang tinggal di negeri-negeri kafir yang bila musim panas hanya mengenakan dua helai kain kecil, yang menempel di dua bagian kecil dari tubuhnya. -na'uzubillah min dzalik…
]وإذا قيل لهم لا تفسدوا في الأرض قالوا إنما نحن مصلحون[ البقرة 11
"Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." (Al Baqarah 11)
Kemungkinan kedua: Kebodohan yang mendalam tentang syari'at Islam, sebagamana disebutkan dalam pepatah: "Tak kenal maka tak cinta, tak cinta maka tak sayang," atau seperti dalam pepatah arab:
الإنسان عدو لما يجهله
"Manusia itu akan senantiasa memusuhi sesuatu yang tidak ia kenal."
Dan menurut hemat kami, kedua kemungkinan ini ada pada diri UAA dan para kawan-kawannya.
Bila ada yang bertanya :
Bagaimanakah metode yang benar dalam memperjuangkan penerapan syari'at Islam di masa kini, yang setiap negeri telah memiliki pemerintahan dan sitem yang berlaku?
Untuk menjawab pertanyaan ini, akan kami nukilkan penjelasan seorang ulama' besar masa kini, yang dengan jelas dan gamblang menjelaskan permasalahan ini. Ulama' tersebut ialah Syeikh Muhammad bin Nashiruddin Al Albani rahimahullah, dan berikut penjelasan beliau kami nukilkan dengan sepenuhnya:
"Saya senantiasa mengatakan kepada mereka yang selalu menggembar-nggemborkan pengkafiran pemerintah, taruhlah mereka itu benar-benar telah kafir, keluar dari agama Islam, dan seandainya ada pemerintahan yang lebih tinggi dibanding mereka, dan telah terbukti bahwa mereka telah kafir, keluar dari agama Islam, maka wajib atas pemerintah yang lebih tinggi tersebut, untuk menegakkan hukuman kepadanya. Nah sekarang secara realita, tindakan apa yang akan kalian lakukan, seandainya kita menerima bahwa semua pemerintah yang ada telah kafir dan murtad? Apa yang dapat kalian perbuat? Mereka orang-orang kafir tersebut telah menjajah negara-negara Islam, dan kita di sini -sangat disayangkan- ditimpa musibah dengan adanya penjajahan orang-orang Yahudi terhadap Palestina, apa yang bisa kami dan kamu sekalian lakukan untuk menghadapi mereka? Sehingga kalian ingin menghadapi pemerintah yang kalian tuduh telah kafir secara sendirian?([68])
Apakah tidak lebih baik bagi kalian untuk meninggalkan saja perkara ini, (pengkafiran pemerintah-pent) dan kalian mulai dengan membangun pondasi yang di atasnyalah negara Islam akan berdiri, yaitu dengan mengikuti sunnah Rasulullah e, yaitu beliau mendidik dan mengkader shahabatnya di atas peraturan negara Islam dan prinsip-prinsipnya. Metode demikian itu sering kita ungkapkan dalam berbagai kesempatan semacam ini, yaitu: Wajib atas setiap jama’ah Islam untuk bersungguh-sungguh dalam upaya mengembalikan hukum Islam, bukan hanya di bumi Islam, bahkan di seluruh penjuru dunia, dalam rangka mengamalkan firman Allah Ta’ala :
] هو الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله ولو كره المشركون[ الصف 9
“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar untuk memenangkannya di atas semua agama walaupun orang-orang musyrik itu benci”. (Surat Ash-Shaf : 9).
Dan telah disebutkan dalam beberapa hadits shahih, bahwa ayat ini akan terealisasi pada masa yang akan datang, dan agar kaum muslimin bisa merealisasikan dalil Al-Qur’an ini, apakah caranya dengan mengkudeta pemerintah yang mereka vonis telah kafir, keluar dari agama Islam?
Kemudian dengan prasangka mereka ini -dan ini adalah prasangka yang tidak benar- mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Apa solusinya? Bagaimana metodenya? tidak diragukan lagi bahwa metodenya adalah metode yang Rasulullah e selalu mendengungkan dan mengingatkan para shahabat dengannya, pada setiap khutbah, yaitu:
وخير الهدي هدي محمد e
“Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad”.([69])
Wajib atas seluruh kaum muslimin, terutama mereka yang memiliki semangat untuk mengembalikan kejayaan Islam, agar memulai perjuangannya dari arah yang Rasulullah e memulai darinya, yaitu dengan menerapkan metode yang sering saya sebut dengan dua kata singkat: “At Tashfiyah dan At Tarbiyah” (Pembersihan dan Pendidikan). Yang demikian ini, dikarenakan kita memahami suatu hal yang banyak dilalaikan -atau pura-pura lalai- oleh mereka orang-orang yanng ekstrimis, yang tidak memiliki ambisi, kecuali menggembar-gemborkan pengkafiran terhadap pemerintah, kemudian tidak ada hasilnya sama sekali, dan mereka akan senantiasa mengumandangkan pengkafiran terhadap pemerintah, dan setelah itu tidak akan muncul dari mereka kecuali api fitnah.
Fakta yang telah kalian ketahui sendiri, pada beberapa tahun terakhir ini, dimulai dari fitnah di Masjidil Haram di kota Mekah, hingga fitnah yang terjadi di Mesir dan terbunuhnya presiden Anwar Sadat serta ditumpahkannya darah banyak kaum muslimin yang tak berdosa, dengan sebab fitnah ini, dan yang terakhir di Suria, kemudian sekarang di Mesir dan Aljazair, sangat disayangkan semua ini disebabkan mereka menyelisihi banyak dalil-dalil Al-Qur’an dan As Sunnah, dan yang paling utama adalah :
] لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجو الله واليوم الآخر وذكر الله كثيرا[ الأحزاب 21
“Dan sungguh ada bagi kalian pada diri Rasulillah suri tauladan yang baik bagi yang mengharapkan Allah dan hari kemudian dan dia banyak menyebut Allah”. (Surat Al-Ahzab: 21).
Jika kita ingin menegakkan hukum Allah di muka bumi, apakah kita memulainya dengan memerangi pemerintah, padahal kita tidak mampu untuk memerangi mereka? Apakah kita memulai dengan sesuatu yang Rasul e memulai dakwah dengannya? Tidak diragukan lagi bahwa jawabannya adalah:
] لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة[
“Dan sungguh ada bagi kalian pada diri Rasulullah sauri tauladan yang baik”.
Akan tetapi dengan apa Rasulullah e memulai? Kalian telah mengetahui bahwa beliau memulai dengan mendakwahi orang-orang yang diduga siap untuk menerima kebenaran, kemudian dari mereka ada yang menerima, sebagaimana yang telah diketahui bersama dalam sejarah Nabi. Lalu terjadi penindasan (terhadap kaum muslimin) dan masa-masa susah, yang menimpa kaum muslimin di kota Mekah, lalu turunlah perintah untuk berhijrah yang pertama, kemudian kedua, dst.
Hingga akhirnya Allah memberikan kekuatan kepada kaum muslimin di kota Madinah, dari sinilah dimulai gerilya, dan peperangan antara kaum muslimin dan orang-orang kafir dari satu sisi, dan dengan orang-orang Yahudi dari sisi lain.
Dengan demikian kita harus memulai dakwah kita dengan mengajari masyarakat agama Islam, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasul e. Akan tetapi kita tidak cukup hanya dengan mengajari saja, karena Islam telah dicampuri oleh banyak hal yang bukan bagian darinya, dan yang tidak ada hubungan dengannya, berupa bid’ah dan hal-hal yang direkayasa oleh manusia. Semua itu di antara sebab runtuhnya istana Islam.
Oleh karena itu, wajib atas para da’i agar memulai dakwahnya dengan membersihkan agama Islam dari setiap hal yang menyusup ke dalamnya (at-tashfiyah), dan yang kedua adalah mengiringi pembersihan ini dengan mendidik generasi Islam di atas ajaran islam yang telah suci (at tarbiyah).
Apabila kita mempelajari ideologi dan kiprah komplotan-komplotan Islam yang ada sekarang ini, semenjak seabad yang lalu, kita akan dapatkan bahwa mereka tidak berhasil meraih manfaat dan juga tidak mempersembahkan sesuatu apapun yang berarti kepada agama Islam, walaupun mereka itu telah berteriak dan mendengungkan ingin mendirikan negara Islam. Mereka tumpahkan banyak darah orang-orang yang tak bersalah dengan dalih semu ini, tanpa menghasilkan apa-apa. Di sisi lain hingga saat ini kita masih mendengar dari mereka keyakinan-keyakinan yang menyelisihi Al-Qur’an dan As Sunnah, dan (melihat) perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan keduanya.
Dan pada kesempatan ini saya katakan: ada satu ucapan salah seorang da’i yang saya harapkan dari para pengikutnya agar komitmen dan merealisasikannya, yaitu: “Tegakkanlah negara Islam di hatimu, niscaya negara Islam akan ditegakkan di bumimu”([70]). Karena seorang muslim bila telah memperbaiki aqidahnya, sesuai dengan Al-Qur’an dan As Sunnah, maka tidak diragukan lagi bahwa sesudah itu ibadah, akhlak, dan perilakunya … dst akan baik pula. Akan tetapi sangat disayangkan ungkapan yang amat baik ini tidak diamalkan oleh mereka, dan mereka senantiasa menggembar-gemborkan pendirian negara Islam, tanpa hasil. Mereka benar-benar seperti apa yang diucapkan seorang penyair:
ترجو النجاة و لم تسلك مسالكها إن السفينة لا تجري على اليبس
Keselamatan kau dambakan, tapi jalannya kau tinggalkan
Sungguh kapal tak kan berlayar di atas daratan
Semoga penjelasan yang saya sebutkan ini sudah cukup sebagai jawaban atas pertanyaan tadi.([71])
Penjelasan dari Syeikh Muhammad bin Nashiruddin Al Albani ini cukup jelas dan gamblang, dan selaras dengan firman Allah Ta'ala:
] وعد الله الذين آمنوا وعملوا الصالحات ليستخلفنهم في الأرض كما استخلفن من قبلهم وليمكنن لهم دينهم الذي ارتضى لهم وليبدلنهم من بعد خوفهم أمنا يعبدونني لا يشركون بي شيئا[ النور 55
”Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal sholeh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagai mana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar keadan mereka sesudah mereka dalam keadaan ketakutaan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Ku." (An Nur 55).
Bila kaum muslimin di Indonesia benar-benar telah merealisasikan keimanan yang benar dan amal sholeh yang benar pula, niscaya janji Allah Ta'ala yang tertuang dalam ayat ini akan terealisasikan pula. Akan tetapi la haula wala quwwata illa billah, praktek-praktek kesyirikan masih merajalela, bid'ah diamalkan oleh setiap orang, dan kemaksiatan terorganisir dengan rapi bahkan dilegalisasikan. Bila demikian ini kenyataannya, maka yang terjadi adalah apa yang dinyatakan dalam firman Allah berikut:
] ولو أن أهل القرى آمنوا واتقوا لفتحنا عليهم بركات من السماء والأرض ولكن كذبوا فأخذناهم بما كانوا يكسبون[ الأعراف 96
"Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya" (Al A'raf 96).

Bab Ketujuh
HARI KIAMAT DI MATA JIL

Seluruh umat Islam beriman kepada hari kiamat, yaitu hari di mana seluruh makhluq hidup akan dimatikan, dan kemudian dibangkitkan lagi untuk menjalani kehidupan yang kekal abadi. Iman kepada hari kiamat adalah salah satu prinsip dalam kehidupan beragama umat Islam. Yang demikian ini karena iman kepada hari kiamat merupakan rukun iman yang kelima. Berikut akan kami sebutkan beberapa dalil yang mendasari keimanan kaum muslimin kepadanya:
] ليس البر أن تولوا وجوهكم قبل المشرق والمغرب ولكن البر من آمن بالله واليوم الآخر والملائكة والكتاب والنبيين[ البقرة 177
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian (hari kiamat), malaikat-malaikat, kitab-kitab,dan nabi-nabi." (Al Baqarah 177). Dan dalam ayat lainnya, Allah Ta'ala berfirman:
] أفحسبتم أنما خلقناكم عبثا وأنكم إلينا لا ترجعون[ المؤمنون 115
"Maka apakah kamu mengira bahwa sesunggguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main, (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?" Al Mukminun 115)
] الذي له ملك السماوات والأرض ولم يتخذ ولدا ولم يكن له شريك في الملك وخلق كل شيء فقدره تقديرا [ الفرقان 2
"Yang kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya dan Dia telah menciptakakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya." (Al Furqan 2). (Pin, wajhu istidlal dari ayat ini mana? Apa ini menunjukkan iman kepada hari akhir?)
Dan seluruh rukun iman ini disebutkan dalam banyak hadits, di antaranya ialah hadits berikut:
عن عمر بن الخطاب t قال: بينما نحن عند رسول الله e ذات يوم، إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر لا يرى عليه أثر السفر، ولا يعرفه منا أحد، حتى جلس إلى النبي e فأسند ركبتيه إلى ركبتيه ووضع كفيه على فخذيه: .... قال فأخبرني عن الإيمان. قال: أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره. قال: صدقت. رواه مسلم
"Dari sahabat Umar bin Khatthabt ia menuturkan: "Tatkala kami sedang berada di sisi Rasulullah e pada suatu hari, tiba-tiba muncul seorang lelaki yang sangat putih bajunya, sangat hitam rambutnya, dan tidak nampak padanya sedikitpun tanpa-tanda perjalanan jauh, hingga ia duduk di hadapan Nabi e, lalu ia merapatkan kedua lututnya ke kedua lutut Nabi e, dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya, Ia berkata: …. Kemudian kabarkan kepadaku tentang Iman. Rasulullah-pun menjawab: Yaitu engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan engkau beriman kepada taqdir, yang baik dan yang buruk." (HRS Muslim).
Beriman kepada hari akhir dan seluruh kejadian yang akan terjadi setelahnya merupakan salah satu dasar keimanan yang memiliki peranan penting dalam agama Islam dan dalam kehidupan setiap muslim. Oleh karena begitu pentingnya peranan keimanan kepada hari akhir, Allah Ta'ala dalam Al Qur'an Al Karim dan juga Rasulullah e dalam sunnahnya sering menyebutnya secara bersandingan dengan keimanan kepada Allah, terutama ketika memerintahkan sesuatu atau melarang dari sesuatu. Misalnya firman Allah Ta'ala :
] يأيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الله والرسول إن كنتم تؤمنون بالله واليوم الآخر ذلك خير وأحسن تأويلا [ النساء 59
"Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah, (Al Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (An Nisa' 59).([72])
Dan contoh dari sunnah Nabi e ialah, hadits berikut:
عن أبي هريرة t قال: قال رسول e: (من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يؤذ جاره، ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه، ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليسكت) متفق عليه
"Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah t, ia menuturkan: Rasulullah e bersabda: "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia menyakiti (mengganggu) tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ie menghormati tamunya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia berkata-kata yang baik atau (kalau tidak) hendaknya ia diam." (HR. Bukhari dan Muslim)
Di antara hikmah yang dapat kita petik dari fenomena ini ialah karena keimanan kepada Allah Ta'ala dan hari akhir senantiasa menjadi motivasi kuat bagi setiap muslim dalam menjalankan perintah agama dan meninggalkan larangannya. Acap kali seorang muslim ingat Allah Ta'ala dan hari akhir ia akan dengan ringan mengamalkan syari'at Islam, dan berkorban untuk memperjuangkannya, karena ia yakin bahwa Allah Ta'ala Maha Mengetahui perbuatannya, dan pasti akan membalasnya. Bila amalannya baik, niscaya balasan yang akan ia dapatkan ialah surga, dan itu merupakan cita-cita setiap muslim. Akan tetapi bila amalannya buruk, maka balasan yang akan ia dapatkan ialah neraka, dan itu adalah hal yang paling ditakuti oleh setiap muslim.
Di antara hikmah metode ini (yakni metode disebutkannya keimanan kepada Allah dan ari akhir secara bersandingan dalam banyak ayat dan hadits), ialah guna mengisyaratkan kepada setiap yang membaca atau mendengarnya bahwa amal ketaatan dan meninggalkan larangan yang disebutkan sebelumnya adalah pertanda bagi keimanan pelakunya terhadap Allah Ta'ala dan hari kiamat.
Mungkin musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kaum muslimin merasa gerah ketika mereka melihat betapa gigih kaum muslimin, dan betapa besar jiwa pengorbanan yang senantiasa berkobar di hati mereka dalam memperjuangkan agama mereka. Dan setiap kali ada seorang muslim yang berjuang atau berkorban ditanya; mengapa engkau melakukan ini semua? Jawabannya sama, yaitu karena ia mengharapkan surga dan takut dari siksa neraka.
Dan inilah yang mendasari JIL berusaha memadamkan semangat perjuangan dan pengorbanan umat Islam guna memuaskan hati "bos"nya, yaitu dengan cara memerangi sumber power umat Islam, yaitu dengan mendangkalkan dan merusak keimanan mereka kepada Allah dan hari akhir. Oleh karena itu, kami tidak heran ketika membaca tulisan UAA yang sangat sungkan untuk menerjemahkan kata: "Akhirat", sebagaimana mestinya dan menerjemahkannya menjadi: "dunia "nanti". Berikut cuplikan ungkapan UAA:
"man arada al dunya fa'alaihi bil al 'ilmi wa man arada al akhirat fa 'alaihi bi al 'ilmi." (barang siapa hendak mengatasi masalah keduniaan, hendaknya memakai ilmu, begitu juga yang hendak mencapai kebahagiaan di dunia "nanti" juga harus pakai ilmu".([73])
Dan di antara yang membuktikan bahwa UAA berusaha mengingkari iman kepada hari akhir ialah, ucapannya berikut ini:
"Oleh karena itu, Islam sebetulnya lebih tepat disebut sebagai sebuah "proses" yang tak pernah selesai, ketimbang sebuah "lembaga agama" yang sudah mati, baku, jumud, dan mengukung kebebasan. Ayat: "inna al dina 'inda allah al islam (QS 3:19), lebih tepat diterjemahkan sebagai: "Sesunguhnya jalan religiusitas yang benar adalah proses yang tak pernah selesai menuju ketundukan (kepada Yang Maha Benar)."([74]) (Pin, fakta yang ente sampekan dari perkataan ulil, bahwa dia mengingkari hari kiamat, kurang jelas, dan masih muhtamal. Apa ga ada nash perkataan dia yang lebih shorih? Karena ini masalah besar. Kalo ga ada sebaiknya pembahasan ini dihapus aja, biar ga jadi madkhal untuk mentho'n tulisan nt ini dari sisi tidak paham perkataan mukholif, wallahu a'la wa a'lam).
Padahal semua orang muslim tahu bahwa kehidupan manusia di dunia ini akan berakhir dengan datangnya hari kiamat, dan kemudian masing-masing manusia akan mempertanggung jawabkan amalannya di hadapan Allah Ta'ala. Ungkapan UAA di atas membuktikan kepada kita semua kaum muslimin, siapakah sebenarnya jati diri mereka:
]زعم الذين كفروا أن لن يبعثوا قل بلى وربي لتبعثن ثم لتنبؤن بما عملتم وذلك على الله يسير[ التغابن 7
"Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitahukan kepadamu apa yang telah kamu amalkan". Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (At Taghabun 7)
Inilah jati dirimu yang sebenarnya wahai UAA. Dan sekali lagi perhatikanlah ayat berikut, agar engkau semakin yakin agama siapakah yang sebenarnya sedang engkau perbaharui dan engkau upayakan penyegarannya:
] وقالوا ما هي إلا حياتنا الدنيا نموت ونحيى وما يهلكنا إلا الدهر وما لهم بذلك من علم إن هم إلا يظنون[ الجاثية 24
"Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanya menduga-duga saja." (Al Jatsiyah 24).

Bab Kedelapan
ANTARA ISLAM DAN ADAT ISTIADAT

Tradisi atau adat adalah suatu hal yang dilakukan berulang-ulang secara terus menerus hingga akhirnya melekat dipikiran dan dipahami oleh setiap orang tanpa perlu penjabaran atau lainnya.([75])
Dan agama Islam diturunkan oleh Allah Ta'ala guna merealisasikan dan memperbanyak kemaslahatan bagi hamba-Nya, sebagaimana Islam juga memerangi kemadharatan dan berusaha meminimalkannya.([76]) Islam tidak pernah mengharamkan suatu hal yang bermanfaat bagi manusia, dan juga tidak pernah memerintahkan hal yang menimbulkan madharat atas mereka. Inilah salah satu wujud kesempurnaan agama Islam, agama yang datang dari Allah Ta'ala, Dzat Yang Maha Bijaksana lagi Maha Kuasa.
Bila suatu saat ada yang ajaran syari'at yang dianggap merugikan manusia, pasti sisi maslahat dan keuntungannya lebih besar bila dibanding mafsadah dan kerugiannya, begitu juga sebaliknya.
Ibnul Qayyim rahimahullah pernah berkata: "Seluruh syari'at yang pernah diturunkan oleh Allah, senantiasa membawa hal-hal yang manfaatnya murni atau lebih banyak (dibanding kerugiannya), memerintahkan hal-hal tersebut dan mengajarkannya. Sedangkan hal-hal yang murni sebagai kerugian atau kerugiannya lebih banyak (dibanding manfaatnya) maka pasti dilarang dan diperintahkan untuk disingkirkan; Dengan demikian syari'at datang untuk merealisasikan maslahat yang murni atau lebih banyak dan berupaya sedapat mungkin untuk menyempurnakannya. Sebagaimana syari'at datang untuk menghentikan kerugian yang murni atau lebih banyak, dan berupaya sedapat mungkin meminimalkannya. Sehingga inti ajaran syari'at dan agama adalah keempat prinsip ini."([77])
Oleh karena prinsip syari'at adalah demikian ini, maka Islam tidak berupaya menghapuskan seluruh tradisi manusia, akan tetapi Islam memilah tradisi mereka, bila tradisi tersebut benar-benar bermanfaat atau manfaatnya lebih besar, niscaya akan diperintahkan dan diizinkan. Akan tetapi bila suatu tradisi merugikan atau sisi kerugiannya lebih besar, niscaya akan dilarang dan diperangi. Dengan demikian tidak benar bila ada yang beranggapan bahwa Islam memerangi setiap yang dikatakan tradisi atau adat, akan tetapi Islam adalah filter baginya setiap tradisi dan adat istiadat.
Berdasarkan penjelasan di atas, para ulama' menyatakan bahwa: bila suatu tradisi tidak menyelisihi syari'at, maka boleh, bahkan pada beberapa kesempatan wajib untuk diamalkan. Akan tetapi bila adat dan tradisi suatu masyarakat menyelisihi ajaran syari'at, maka haram untuk dilakukan, sehingga hukum syari'at tetap baku dan tidak dapat berubah karena perubahan adat dan tradisi. Inilah makna kaidah fiqhiyyah (kaidah dalam ilmu fiqih) yang sangat terkenal: Al 'Aadah Muhakkamah"(adat-lah yang berlaku) dan kaidah: la yungkaru taghuyyurul ahkam bi taghuyyiril azmaan" (tidak heran bila hukum-hukum itu berubah sesuai dengan perubahan zaman). ([78]) Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala:
] وما كان لمؤمن ولا مؤمنة إذا قضى الله ورسوله أمرا أن يكون لهم الخيرة من أمرهم ومن يعص الله ورسوله فقد ضل ضلالا مبينا [ الأحزاب 36
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah tersesat,dengan ke sesatan yang nyata." (Al Ahzab 36).
Dr. Muhammad Shidqi Al Burnu berkata: "Seluruh ulama' fiqih telah sepakat bahwa hukum-hukum yang dapat berubah-rubah selaras dengan perubahan zaman dan perilaku manusia ialah hanya hukum-hukum yang merupakan hasil ijtihad yang dasarnya ialah upaya merealisasikan maslahat atau qiyas, atau adat dan tradisi. Dengan demikian hukum-hukum yang berdasarkan dalil-dalil yang telah baku (Al Qur'an dan As Sunnah) tetap dan tidak dapat berubah, dan tidak tercakup oleh kaidah ini. Berdasarkan itulah sebagian ulama' fiqih berpendapat bahwa teks kaidah ini yang lebih tepat ialah: " la yungkaru taghuyyurul ahkam al ijtihadiyyah bi taghuyyiril azmaan"(Tidak heran bila hukum-hukum ijtihadiyyah itu berubah sesuai dengan perubahan zaman), guna menepis kerancuan semacam ini. Dan (saya berpendapat) membubuhkan tambahan semacam ini pada kaidah tersebut bagus dan tepat adanya."([79])
Inilah sikap syari'at Islam terhadap adat istiadat dan tradisi, yaitu senantiasa mendahulukan dalil-dalil dalam Al Qur'an atau As Sunnah dibanding adat, dan adat hanya boleh diamalkan bila tidak bertentangan dengan keduanya.
Dan dari penjelasan di atas jelas pula bahwa bila ada adat yang selaras dengan syari'at, sehingga kandungan adat tersebut dimuat dalam suatu ayat atau hadits, maka kita mengamalkannya, bukan karena faktor adat, akan tetapi karena taat menjalankan dalil.
Penjelasan singkat tentang makna dan penerapan kaidah dalam ilmu fiqih ini tentu bertentangan dengan apa yang didengung-dengungkan oleh orang-orang JIL melalui koordinatornya UAA, yaitu menolak setiap syari'at Islam yang mereka anggap sebagai cerminan budaya. Sehingga mereka menolak syari'at qishash, rajam, potong tangan, cambuk bagi pezina yang belum menikah, jilbab bagi wanita muslimah, jenggot dll.([80]) Dalam seruannya ini UAA seakan-akan menuhankan adat dan tradisi, sehingga ia menyerukan agar adat dan tradisi lokal setiap masyarakat didahulukan ketimbang ayat dan hadits Nabi e.
Ditambah lagi seruannya ini membuktikan bahwa ia tidak dapat membedakan antara syariat dari tradisi. Sebagai contoh misalnya, syariat potong tangan bagi pencuri, Allah Ta'ala berfirman:
] والسارق والسارقة فاقطعوا أيديهما جزاء بما كسبا نكالا من الله والله عزيز حكيم[ المائدة 38
"Laki-laki yang mencuri, dan perempuan yang mencuri potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas apa yang mereka kerjakan, dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Al Maidah 38).
Dalam ayat ini Allah menyebut syariat potong tangan sebagai balasan atas kejahatan pencuri dan sebagai siksa dari Allah, sehingga ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa ini adalah syariat Allah yang berupa hukuman (siksa di dunia) dan bukan tradisi. Oleh karena itu Nabi e dalam banyak kesempatan menekankan kedudukan syari'at potong tangan ini agar tidak diremehkan, apalagi dianggap sebagai tradisi yang dapat ditinggalkan bila disepakati oleh publik. Perhatikanlah hadits berikut:
(وأيم الله لو أن فاطمة بنت محمد سرقت، لقطعت يدها) متفق عليه
"Sungguh demi Allah, seandainya Fathimah binti Muhammad (e) mencuri, niscaya aku akan potong tangannya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam masalah cambuk bagi pezina yang belum menikah, Allah dengan tegas menyatakannya sebagai bagian dari agama:
] الزاني والزانية فاجلدوا كل واحد منهما مائة جلدة ولا تأخذكم بهما رأفة في دين الله إن كنتم تؤمنون بالله واليوم الآخر وليشهد عذابهما طائفة من المؤمنين[ النور 2
"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka cambuklah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali cambuk, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekelompok dari orang-orang yang beriman." (An Nur 2).
Sebaliknya, sikap senantiasa mendahulukan adat istiadat, tradisi dan budaya yang telah diwarisi dari nenek moyang atas syari'at adalah sikap musuh-musuh setiap rasul dan nabi, sebagaimana dikisahkan dalam ayat berikut:
] كذلك ما أرسلنا من قبلك في قرية من نذير إلا قال مترفوها إنا وجدنا آباءنا على أمة وإنا على آثارهم مقتدون قال أولو جئتكم بأهدى مما وجدتم عليه آباءكم قالوا إنا بما أرسلتم به كافرون[ الزخرف 22-23
"Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelummu seorang pemberi peringatan-pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah (para pemuka masyarakatnya) di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu ajaran, dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka." (Rasul itu) berkata: "Apakah (kamu akan mengikuti juga) walau aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?" Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya." (Az Zukhruf 22-23) Dengan demikian, seruannya untuk senantiasa mengindahkan adat istiadat lokal ini adalah salah satu bukti bahwa JIL sebenarnya sedang menyegarkan kembali agama musuh para rasul dan nabi, dan bukan sedang menyegarkan agama Islam.
Sebagai penutup, bila pemahaman JIL tentang hubungan antara syari'at dan adat adalah seperti itu, yaitu meninggalkan setiap syariat yang ada hubungannya dengan adat istiadat Arab, ini adalah salah satu pertanda bahwa JIL memiliki agama tersendiri selain Islam.
Mungkin ada yang berkata kok kesimpulannya begitu jauh?
Untuk menjawab pertanyaan ini, akan kami sebutkan sebuah fenomena yang dengan sengaja disembunyikan oleh JIL, atau ditunda penyampaiannya, yaitu: masalah kiblat shalat kaum muslimin. Setiap orang Islam pasti tahu dan beriman bahwa kiblat mereka ketika shalat ialah Ka'bah. Dan setiap orang Islam pasti tahu bahwa sebelum agama Islam datang, yang mengagungkan Ka'bah dan menghadap kepadanya ketika shalat hanya orang-orang Arab. Sehingga ketika raja Abrahah telah membangun sebuah gereja besar nan megah dan meminta dari bangsa Arab agar menghadap kepadanya ketika shalat, dan meninggalkan ka'bah, bangsa Arab enggan menurutinya. Hal ini menjadikan raja Abrahah murka dan hendak menghancurkan Ka'bah, hingga akhirnya Allah hancurkan raja Abrahah beserta pasukannya yang terkenal dengan pasukan gajah. Mereka dihancurkan dengan dikirimkan kepada mereka bebatuan dari neraka yang dibawa oleh burung ababil. Kisah ini diabadikan dalam Al Qur'an, yaitu dalam surat Al Fil.
Nah, setelah kita semua tahu bahwa menghadap ke Ka'bah ketika shalat ada kaitannya dengan adat dan kebiasaan orang-orang Arab, apakah kira-kira sikap yang akan dilakukan oleh JIL? Jawaban pertanyaan ini, saya persilahkan para pembaca untuk menerkanya sendiri.

Bab Kesembilan
HUKUM MENGINGKARI PERMASALAHAN YANG TELAH DISEPAKATI

Di antara bentuk kenikmatan yang Allah limpahkan kepada ummat Islam, dan keistimewaan mereka dibanding ummat-ummat sebelumnya ialah dijadikannya kesepakatan ummat sebagai dalil dan hujjah. Sebaliknya Allah juga melindungi ummat Islam untuk tidak bersepakat dalam kesesatan.
] ومن يشاقق الرسول من بعد ما تبين له الهدى ويتبع غير سبيل المؤمنين نوله ما تولى ونصله جهنم وساءت مصيرا[ النساء 115
"Dan barang siapa yang menentang rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatannya yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (An Nisa' 115)
"Al Muzani dan Al Rabi' menceritakan: Pada suatu hari kami sedang duduk bersama Imam As Syafi'i, tiba-tiba ada seorang lelaki tua yang datang, lalu bertanya kepada beliau: Bolehkah saya bertanya? Maka Imam Syafi'ipun menjawab: Silahkan bertanya. Maka iapun bertanya: Apakah yang dapat dijadikan hujjah (dalil) dalam urusan agama Allah? Imam As Syafi'ipun menjawab: Kitab Allah. Ia berkata: Dan apa lagi? Imam As Syafi'i menjawab: Sunnah Rasulullah e, Ia bertanya lagi: Dan apa lagi? Imam As Syafi'i menjawab: Kesepakatan umat. Ia bertanya lagi: Berdasarkan ayat apakah engkau mengkatakan kesepakatan umat (sebagai dalil)? Imam Asy Syafi'i rahimahullah termenung sejenak, lalu orang tua itu berkata: Aku tunggu jawabanmu tiga hari lagi, dan raut muka Imam As Syafi'ipun menjadi berubah, kemudian ia pergi dan tidak keluar rumah selama tiga hari. Dan pada hari ketiga beliau keluar, dan ternyata orang tua penanya itupun telah datang, dan berkata: apa jawaban pertanyaanku? Imam Asy Syafi'i rahimahulah menjawab: Iya, A'uzubillahi minas syaitanir rajim, bismillahirrahmanirrahim, Allah Azza wa Jalla telah berfirman:
] ومن يشاقق الرسول من بعد ما تبين له الهدى سبيل المؤمنين نوله ما تولى ونصله جهنم وساءت مصيرا[
"Dan barang siapa yang menentang rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatannya yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.".
Tidaklah Allah memasukkan (memasukkan ke mana pin?) orang yang menyelisihi jalan orang-orang mukmin, melainkan hal tersebut adalah wajib. Maka orang tua penanya itupun menimpali: Engkau benar. Lalu ia berdiri dan pergi.([81])
Ini adalah salah satu karunia Allah Ta'ala atas ummat ini yang wajib disyukuri, dan ini merupakan salah satu bentuk perwujudan dari janji Allah Ta'ala, bahwa Ia akan menjaga agama Islam, sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikut:
]إنا نحن نزلنا الذكرى وإنا له لحافظون[ الحجر 9
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharannya." (Al Hijr 9)
Dan dalam banyak hadits Rasulullah e telah menegaskan bahwa ummatnya tidak akan pernah bersepakat dalam kesesatan, sebagaimana yang pernah terjadi pada ummat-ummat sebelumnya:
جابر بن عبد الله يقول سمعت رسول الله e يقول: (لا تزال طائفة من أمتي يقاتلون على الحق ظاهرين إلى يوم القيامة) رواه مسلم
"Dari sahabat Jabir bin Abdullah, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah e bersabda: "Senantiasa akan ada sebagian dari ummatku yang tetap berjuang dan berjaya di atas kebenaran hingga datang hari kiamat." (HR. Muslim).
Dan dalam hadits lain beliau bersabda:
(لا يجمع الله هذه الأمة على الضلالة أبدا)
"Allah sekali-kali tidak akan pernah mempersatukan ummat ini di atas kesesatan". (HR At Tirmizdy dan Al Hakim)
Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang menunjukkan bahwa kesepakatan ummat adalah hujjah atau sebagai dalil dalam hal urusan agama. Dan sudah barang tentu tidaklah mungkin seluruh kaum muslimin menyepakati suatu hal, melainkan karena ada dalil yang mendasarinya.
Dan karena dasar dan pondasi iman adalah at tashdiq (pembenaran) terhadap hukum Allah Ta'ala, dan Rasul-Nya e, maka barang siapa yang mendustakan atau mengingkari hukum-hukum Allah Ta'ala dan Rasul-Nya atau berita dari-Nya, padahal hal tersebut telah diketahui oleh setiap orang muslim dan disepakati oleh seluruh ulama', berarti ia telah mendustakan Allah Ta'ala dan Rasulnya e. Dan barang siapa mendustakan Allah Ta'ala dan Rasulnya e, berarti ia telah kufur, keluar dari agama Islam.
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: "Sesungguhnya beriman dengan kewajiban hal-hal yang nyata-nyata wajib lagi telah diketahui oleh setiap orang, dan mempercayai akan keharaman hal-hal yang nyata-nyata haram dan telah diketahui oleh setiap orang merupakan bagian dari dasar-dasar keimanan, dan prinsip agama yang paling besar, dan orang yang mengingkarinya berarti telah kafir menurut kesepakatan ulama'."([82])
Imam As Syafi'i rahimahullah berkata: "Ilmu itu ada dua macam, pertama: ilmu yang dimiliki oleh seluruh orang awam, sehingga tidak ada alasan bagi setiap orang muslim yang telah baligh lagi normal (tidak cacat mental) untuk tidak mengetahuinya. Misalnya kewajiban shalat lima waktu, bahwa Allah telah mewajibkan atas manusia untuk berpuasa pada bulan Ramadhan, berhaji bila mereka mampu, zakat mal. Haramnya berzina, membunuh, mencuri minum khamr, dan hal-hal lain yang semakna dengan ini, yang telah diwajibkan atas seluruh hamba untuk memahami, mengamalkan dan menunaikannya dengan jiwa dan harta benda mereka juga menahan dari perbuatan yang diharamkan atas mereka. Ilmu semacam ini seluruhnya disebutkan dengan tegas dalam Al Qur'an, dan diketahui oleh setiap orang muslim, mereka telah mewarisinya dari generasi sebelum mereka. Mereka semuanya menukilkannya dari Rasulullah e, dan tidak ada yang menyelisihinya, baik dalam penukilan atau berkaitan dengan perihal wajibnya hal-hal itu atas mereka. Ilmu yang bersifat umum ini, tidak mungkin ada orang yang salah menukilkan, atau salah mentakwilkan, dan juga tidak boleh terjadi perselisihan padanya."([83])
Imam An Nawawi rahimahullah berkata: “Adapun sekarang ini, agama Islam benar-benar telah menyebar, dan ilmu tentang kewajiban membayar zakat telah merata di kalangan kaum muslimin, sehingga diketahui oleh setiap orang, baik yang terpelajar atau orang awam. Orang berilmu dan juga orang bodoh sama-sama mengetahuinya, maka tidak ada alasan bagi siapapun, karena sebuah alasan yang ia pegangi, untuk mengingkari kewajiban zakat. Begitu juga halnya dengan orang yang mengingkari sesuatu yang telah disepakati oleh kaum muslimin dari urusan agama, apabila ilmu tentang hal tersebut telah menyebar, seperti halnya sholat lima waktu, puasa bulan Ramadhan, mandi janabah, haramnya zina, khamr, menikahi mahram, dan hukum-hukum yang serupa. Kecuali orang yang baru masuk Islam, dan tidak mengetahui norma-norma agama Islam, maka bila orang seperti ini mengingkari salah satu dari hal-hal tersebut, karena kebodohannya tentang hal tersebut, ia tidak kafir."([84])
Perbuatan mengingkari hukum-hukum yang telah diketahui oleh setiap muslim dianggap sebagai tindak kekufuran, dan menjadikan pelakukanya dihukumi telah keluar dari agama Islam. Sebab perbuatan ini mecerminkan akan beberapa hal, yag sebenarnya tersimpan di jiwa pelakunya:
Hal pertama: Perbuatan ini merupakan kedustaan atas nama Allah Ta'ala, dan Rasul-Nya e, sebab orang yang menolak hukum-hukum semacam ini akan mengutarakan alasan yang beraneka ragam yang semuanya mengada-ada dan berkata-kata tentang agama Allah tanpa dasar. Sebagai contoh perhatikan saja ucapan UAA berikut: "Aspek-aspek Islam yang merupakan cerminan kebudayaan Arab misalnya, tidak usah diikuti. Contoh, soal jilbab, potong tangan, qishash, rajam, jenggot, jubah, tidak wajib diikuti, karena itu hanya ekspresi lokal partikular Islam di Arab."([85])
Dari mana dan atas dasar apa ia mengatakan seperti ini, padahal tidak ada ayat atau hadits yang mengisyaratkan akan kesimpulannya ini sama sekali. Bahkan dalil-dalil yang ada menunjukkan dengan jelas bahwa syari'at hal-hal ini merupakan hal baku, dan bukan atas pengaruh tradisi dan budaya Arab. Sebagai contoh: Syariat potong tangan, cambuk atau rajam bagi pezina, sebagaimana telah kami jelaskan di sebelumnya.
Sebagai tambahan: syari'at memanjangkan jenggot misalnya, nabi e dengan tegas bersabda:
عن ابن عمر عن النبي e: (خالفوا المشركين أحفوا الشوارب وأوفوا اللحى) متفق عليه
"Dari sahabat Ibnu Umar, dari Nabi e: "Selisihilah orang-orang musyrikin, cukurlah kumis dan panjangkan jenggot." (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits ini Nabi e dengan tegas menyatakan bahwa syari'at memanjangkan jenggot adalah salah satu bentuk menyelisihi orang-orang musyrikin yang kebiasaannya memanjangkan kumis dan mencukur jenggot. Sehingga ucapan UAA di atas yang mengklaim bahwa syari'at memanjangkan jenggot adalah pengaruh kultur arab, merupakan kedustaan belaka.
Ditambah lagi dalam hadits lain Nabi e bersabda:
عن عائشة قالت قال رسول الله e: (عشر من الفطرة: قص الشارب وإعفاء اللحية والسواك واستنشاق الماء وقص الأظفار وغسل البراجم ونتف الإبط وحلق العانة وانتقاص الماء قال زكريا قال مصعب ونسيت العاشرة إلا أن تكون المضمضة.) رواه مسلم
"Dari 'Aisyah ia berkata: Rasulullah e bersabda: " Sepuluh hal termasuk bagian dari fitrah: Mencukur kumis, memanjangkan jenggot, bersiwak, memasukkan air ke dalam hidung (ketika berwudlu), memotong kuku, mencuci persendian jari-jemari, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, beristinja'." Zakaria (salah seorang perawi hadits ini) berkata: Mush'ab (bin Syaibah) berkata: "aku lupa yang kesepuluh, kecuali bila yang kesepuluh ialah: berkumur-kumur." (HRS Muslim)
Bila sikap ini merupakan kedustaan atas nama Allah Ta'ala dan Rasul-Nya e, maka pelakunya seperti yang Allah Ta'ala nyatakan berikut ini:
] فمن أظلم ممن افترى على الله كذبا أو كذب بآياته إنه لا يفلح المجرمون[ يونس 17
"Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa." (Yunus 17).
Hal kedua: Perbuatan ini merupakan pendustaan dan pengingkaran terhadap perintah Allah, dan Rasul-Nya e dan ini berlawanan dengan prinsip dasar keimanan, yaitu percaya dan pengakuan penuh atas segala yang datang dari Allah Ta'ala.
Sebagai contoh, perhatikan ucapan UAA berikut: "Masalah kemanusiaan tidak bisa diselesaikan dengan semata-mata merujuk kepada "hukum Tuhan" (sekali lagi: saya tidak percaya adanya "hukum Tuhan", kami hanya percaya pada nilai-nilai ketuhanan yang Universal), tetapi harus merujuk kepada hukum-hukum atau sunnah yang telah diletakkan Allah sendiri dalam setiap bidang masalah."([86])
Ucapan UAA ini jelas-jelas menentang dan mengingkari firman Allah Ta'ala:
] ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الكافرون[ المائدة 44
“Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah maka mereka adalah orang-orang kafir” (Al Maidah 44) dan dalam ayat lain Allah Ta'ala berfirman:
] وما اختلفتم فيه من شيء فحكمه إلى الله [ الشورى 10
"Dan tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah." (Asy Syura 10)
Allah Ta'ala dalam Al Qur'an Al Karim dengan tegas telah memberikan ancaman berat bagi orang-orang yang mendustakan dan mengingkari ayat-ayat-Nya:
] إن الذين كذبوا بآياتنا واستكبروا عنها لا تفتح لهم أبواب السماء ولا يدخلون الجنة حتى يلج الجمل في سم الخياط وكذلك نجزي المجرمين لهم من جهنم مهاد ومن فوقهم غواش وكذلك نجزي الظالمين[ الأعراف 40-41
"Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit, dan tidak pula masuk surga hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan dari atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang zalim." (Al A'araf 40-41).
Imam Al Barbahari rahimahullah berkata: "Seandainya ada seseorang yang beriman kepada seluruh firman Allah Tabaraka wa Ta'ala, hanya saja ia ragu pada satu huruf saja darinya, berarti ia telah menolak seluruh firman Allah Ta'ala, dan ia telah kafir." ([87])
Abu Hamid Al Ghazali rahimahullah berkata: "Dan ketahuilah bahwa tidak dibenarkan sama sekali untuk mengkafirkan seseorang karena permasalahan furu', kecuali dalam satu jenis permasalahan, yaitu bila ia mengingkari suatu permasalahan agama yang telah diketahui oleh setiap orang bahwa hal itu diajarkan oleh Rasulullah e ."([88])


Bab Kesepuluh
ANTARA JIL DAN ORANG-ORANG MUNAFIQ

Kemunafikan ialah menampakkan kepada masyarakat kebaikan, akan tetapi pada waktu yang bersamaan ia menyembunyikan kejahatan. Kemunafikan dengan definisi seperti ini terbagi menjadi dua macam:
1. Kemunafikan dalam hal amalan, (nifaq 'amaly) yaitu menyembunyikan kejahatan selain kekufuran dan menampakkan kebaikan, misalnya membaguskan suatu amalan di hadapan manusia, berbohong dalam pembicaraan dll.
2. Kemunafikan dalam hal aqidah (ideologi), yaitu menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekufuran. Kemunafikan macam inilah yang pelakunya akan kekal di neraka, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah Ta'ala berikut:
] إن المنافقين في الدرك الأسفل من النار ولن تجد لهم نصيرا[ النساء 145
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah (kerak) neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong bagi mereka." (An Nisa' 145).
Mereka diazab oleh Allah Ta'ala dengan adzab yang paling pedih, bahkan di kerak neraka paling bawah, "karena dosa mereka melebihi dosa orang-orang kafir lainnya. Mereka sama-sama kufur terhadap Alllah dan Rasul-Nya, akan tetapi mereka melebihi orang kafir lainnya, yaitu mereka senantiasa merencanakan berbagai tipu daya dan pengkhianatan terhadap kaum muslimin, dan memiliki berbagai kesempatan yang tidak dimiliki oleh orang kafir lainnya, padahal Islam dan kaum muslimin secara lahir (dan karena tidak mengetahui akan isi hati mereka) telah memperlakukan mereka layaknya kaum muslimin yang benar-benar beriman."([89])
Selama perjalanan sejarah agama Islam di kota Makkah, manusia hanya ada dua golongan: kafir dan muslim, hal ini karena kaum muslimin belum memiliki kekuatan yang layak untuk ditakuti, sehingga setiap orang yang tidak mau masuk Islam, ia dengan leluasa menunjukkan kekufurannya. Yang terjadi justru kebalikan dari kemunafikan, yaitu sebagian kaum muslimin yang lemah kedudukan sosialnya menyembunyikan keislamannya, agar tidak di tindas oleh orang-orang musyrikin.
Akan tetapi sejarah berubah dan peta kekuatan menjadi berbalik ketika Rasulullah e dan kaum muslimin telah berhijrah ke kota Madinah, dan kebanyakan penduduk Madinah dari kabilah Aus dan Khajraj telah memeluk Islam, ditambah mereka berhasil mengalahkan kafir Quraisy dan membunuh para pemimpin mereka di perang Badar, yaitu pada tahun ke-2 Hijriyyah. Sebagian orang yang enggan untuk masuk Islam mulai merasa takut dan khawatir akan kedudukannya, sehingga mereka lebih memilih jalan lain, yaitu menyembunyikan kekufuran dan kebenciannya terhadap Islam, dan berpura-pura masuk agama Islam, sehingga gembong mereka yang bernama: Abdullah bin Ubai bin Salul berkata kepada para pengikutnya:
(هذا أمر قد توجه فبايعوا رسول الله e على الإسلام، فأسلموا) رواه البخاري
"Sekarang urusan ini (agama Islam) telah jelas arahnya (yaitu semakin kuat dan berjaya), kemudian merekapun (berpura-pura) membaiat Rasulullah e atas agama Islam, dan merekapun akhirnya masuk Islam." (Riwayat Bukhary). Semenjak saat itulah kemunafikan muncul di tubuh umat Islam, dan mulai dirasakan ulah serta kejahatannya.([90])
Karena hakekat orang-oang munafik seperti demikian ini, maka tidak heran bila dalam Al Qur'an Allah Ta'ala banyak menyibak kedok mereka dan memperingatkan kaum muslimin dari kejahatan mereka.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: "Oleh karena itu Allah Yang Maha Suci menyebutkan beberapa kriteria orang-orang munafik, agar kaum mukminun tidak terpedaya oleh penampilan lahir mereka, sehingga bila sampai terpedaya akan terjadi petaka besar, yaitu mereka tidak waspada dari setiap perilaku mereka dan menganggap mereka sebagai orang-orang yang beriman, padahal pada hakekatnya mereka adalah orang-orang kafir. Dan anggapan semacam ini merupakan dosa besar, yaitu menganggap baik orang-orang jahat."([91])
Di antara kriteria orang-orang munafiq yang dijelaskan dalam Al Qur'an ialah senantiasa mengatakan bahwa mereka sedang berbuat kebaikan dari setiap ulah dan kejahatannya, sebagai contoh:
Ketika dikatakan kepada mereka agar mereka meninggalkan perbuatan kemaksiatan yang sering mereka kerjakan, mereka berdalih bahwa mereka sedang berbuat kebaikan:
] وإذا قيل لهم لا تفسدوا في الأرض قالوا إنما نحن مصلحون ألا إنهم هم المفسدون ولكن لا يشعرون[ البقرة 11-12
"Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi," mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya." (Al Baqarah 11-12).
Ulama' ahli tafsir menjelaskan bahwa maksud dari "kerusakan" di ayat ini ialah: perbuatan maksiat, inilah kerusakan yang mereka perbuat, yaitu melanggar syari'at Allah Azza Wa Jalla, sebab setiap orang yang berbuat kemaksiatan kepada Allah Ta'ala atau menyeru kepada kemaksiatan, ia dikatakan telah berbuat kerusakan di muka bumi, sebab bumi dan langit hanya dapat menjadi makmur dengan amal shaleh.([92])
Sebagai salah satu bukti bagi keterangan ulama' ahli tafsir di atas ialah sabda Rasulullah e berikut ini:
عن ابن عمر t قال قال رسول الله e : (لم تظهر الفاحشة في قوم قط حتى يعلنوا بها إلا فشا فيهم الطاعون والأوجاع التي لم تكن مضت في أسلافهم الذين مضوا، ولم ينقصوا المكيال والميزان إلا أخذوا بالسنين وشدة المئونة وجور السلطان عليهم، ولم يمنعوا زكاة أموالهم إلا منعوا القطر من السماء، ولولا البهائم لم يمطروا) رواه ابن ماجة والبيهقي والحاكم وحسنه الألباني
"Tidaklah perbuatan fahisyah (perzinaan) merajalela di suatu masyarakat, hingga mereka berani melakukannya dengan terang-terangan, melainkan akan merajalela pula di tengah-tengah mereka berbagai wabah dan penyakit yang belum pernah menimpa umat sebelum mereka. Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan (berbuat curang ketika menakar dan menimbang) melainkan mereka akan ditimpa kelaparan, kesusahan dalam hidup, dan kelaliman para penguasa. Tidaklah mereka enggan menunaikan zakat harta mereka, melainkan mereka akan dihalangi untuk mendapatkan hujan dari langit, dan kalau bukan karena binatang ternak, niscaya mereka tidak akan pernah diberi hujan". (HR Ibnu Majah, Al Baihaqi dan Al Hakim, serta dihasankan oleh Al Albani). Ini adalah sebagian dampak buruk dari perbuatan kemaksiatan kepada Allah Ta'ala.
Orang-orang munafiq dari zaman dahulu hingga zaman sekarang, setiap kali dikatakan kepada mereka: janganlah kamu berbuat maksiat! Mereka senantiasa berdalih: sesungguhnya kamisedang berbuat kebaikan dan mengadakan perbaikan. Sebagai salah satu contoh nyata ialah apa yang tersurat dalam ucapan UAA berikut: "Saya mengemukakan sejumlah pokok pikiran di bawah ini sebagai usaha sederhana menyegarkan kembali pemikiran Islam yang cenderung membeku, menjadi "paket" yang sulit didebat dan dipersoalkan: paket Tuhan yang disuguhkan kepada kita dengan cara sederhana: take it or leave it! Islam yang disuguhkan dengan cara demikian, amat berbahaya bagi kemajuan Islam itu sendiri. Jalan satu-satunya menuju kemajuan Islam adalah dengan mempersoalkan cara kita menafsirkan agama ini."([93])
UAA berusaha mengemas kekufuran dan kemunafikan yang sedang ia dakwahkan dalam bahasa "menyegarkan" dan "menuju kemajuan". Maha Suci dan Maha Benar Allah Ta'ala atas segala firman-Nya, benar-benar tepat seperti yang digambarkan dalam kedua ayat di atas.
Pada ayat selanjutnya Allah Ta'ala menyebutkan kriteria kedua yang ada pada diri orang-orang munafik:
] وإذا قيل لهم آمنوا كما آمن الناس قالوا أنؤمن كما آمن السفهاء آلا إنهم هم السفهاء ولكن لا يعلمون[ البقرة 13
"Dan bila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman", mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu." (Al Baqarah 13)
Mereka senantiasa merasa bahwa mereka adalah para intelektual, ahli dalam berbagai ilmu, dan memiliki metode berfikir dan sikap yang lebih maju dan lebih rasional dibanding orang-orang yang benar-benar beriman. Watak dan kriteria ini ternyata juga dengan mudah kita baca dan lihat pada orang-orang munafik di zaman kita, sebagai salah satu buktinya, silahkan baca ucapan UAA berikut ini: "Pandangan bahwa syari'at adalah suatu "paket lengkap" yang sudah jadi , suatu resep dari Tuhan untuk menyelesaikan masalah di segala zaman, adalah wujud ketidaktahuan dan ketidak mampuan memahami sunnah Tuhan itu sendiri. Mengajukan syariat Islam sebagai solusi atas semua masalah adalah salah satu bentuk kemalasan berpikir atau lebih parah lagi, merupakan cara untuk lari dari masalah, sebentuk eskapisme, inilah yang menjadi sumber kemunduran umat Islam di mana-mana. Saya tidak bisa menerima "kemalasan" semacam ini, apalagi kalau ditutup-tutupi dengan alasan, itu semua demi menegakkan hukum Tuhan."([94])
Di lain kesempatan ia berkata: "Upaya penegakan syari'at Islam adalah wujud dari ketidak berdayaan umat Islam dalam menghadapi masalah yang menghimpit mereka dan menyelesaikannya dengan cara yang rasional."([95])
Di banyak kesempatan UAA juga menganggap bahwa keimanan, keislaman, dan segala yang diajarkan oleh Rasulullah e dan seluruh ulama' salaf (terdahulu) adalah Islam historis, partikular, atau klasik, beku, menindas maslahat manusia.([96]) Dan tidak segan-segannya ia menganggap bahwa Islam yang ia ajarkan adalah Islam yang lebih segar, lebih cerah dan lebih memenuhi maslahat manusia.([97]) Berbagai kata-kata indah ia gunakan untuk mengemas kebencian dan permusuhan terhadap agama dan umat Islam yang sedang membara dalam jiwanya.
Pada kesempatan ini saya mengingatkan kaum muslimin di manapun mereka berada agar senantiasa mensyukuri berbagai kenikmatan Allah Ta'ala yang senantiasa menyertai setiap denyut kehidupan mereka. Betapa tidak, Allah Ta'ala dalam banyak dalil telah menjanjikan akan senantiasa membongkar kedok orang-orang munafikin, sehingga tipu muslihat dan jati diri mereka senantiasa diketahui oleh hamba-hamba-Nya yang beriman,
] ولو نشاء لأريناكهم فلعرفتهم بسيماهم ولتعرفنهم في لحن القول والله يعلم أعمالكم [ محمد 30
"Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu, sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu." (Muhammad 30)


Bab Kesebelas
BEBERAPA BUKTI KEBODOHAN KOORDINATOR JIL

Agama Islam adalah agama yang menjunjung tinggi ilmu, sebegitu besar perhatian Islam terhadap ilmu, sampai-sampai wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad e ialah perintah untuk membaca, yaitu 5 ayat pertama dari surat Iqra':
] اقرأ باسم ربك الذي خلق خلق الإنسان من علق اقرأ وربك الأكرم الذي علم بالقلم علم الإنسان ما لم يعلم[ العلق 1-5
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui." (Al Alaq 1-5).
Ini adalah salah satu bukti nyata bahwa Islam senantiasa mengajarkan ilmu dan menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu. Anjuran Islam kepada umatnya untuk menuntut ilmu tidak hanya pada awal kerisalahan Nabi Muhammad e, bahkan anjuran tersebut berjalan terus selaras dengan perjalanan risalah Nabi Muhammad e.
Metode yang digunakan untuk menganjurkan ummatnya agar menuntut ilmu juga beraneka ragam, kadang kala dengan menyebutkan keutamaan orang yang berilmu, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah Ta'ala:
] يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات[ المجادلة 11
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." Al Mujadilah 11).
Dan kadang kala dengan menyebutkan manfaat ilmu, yaitu akan mendatangkan sifat khasyyah (rasa takut) kepada Allah Ta'ala, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta'ala berikut:
]إنما يخشى الله من عباده العلماء[ فاطر 38
"Sesungguhnya yang memiliki rasa khasyyah (takut) kepada Allah dari hamba-hambaNya hanyalah para ulama'" (Fathir 38).
Terkadang dengan memerintahkan umat Islam agar menuntut ilmu, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta'ala:
] فاعلم أنه لا إله إلا الله واستغفر لذنبك وللمؤنين والمؤمنات[ محمد 19
"Maka ketahuilah (berilmulah) bahwa sesungguhnya tiada Tuhan (yang Haq) melainkan Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi dosa orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan." (Muhammad 19).
Dan kadang kala dengan menyebutkan salah satu metode dalam menuntut ilmu, yaitu dengan cara bertanya kepada ulama' bila kita tidak tahu, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta'ala:
] فاسألوا أهل الذكر إن كنتم لا تعلمون [ النحل 43
"Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu pengetahuan kjika kamu tidak mengetahui." (An Nahl 43).
Di lain kesempatan dengan menyebutkan hukuman orang yang menyembunyikan ilmu, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta'ala berikut ini:
]إن الذين يكتمون ما أنزلنا من البينات والهدى من بعد ما بيناه للناس في الكتاب أولئك يلعنهم الله ويلعنهم اللاعنون[ البقرة 159
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua makhluk yang dapat melaknati." (Al Baqarah 159).
Dan masih banyak lagi metode Al Qur'an dan hadits dalam menganjurkan umatnya untuk berilmu.
Sebagaimana Al Qur'an dan As Sunnah telah menganjurkan kaum muslimin untuk menuntut ilmu, demikian juga halnya para ulama', betapa banyak keterangan-keterangan yang telah mereka sampaikan kepada umat tentang pentingnya ilmu, dan betapa besarnya manfaat ilmu bagi pemiliknya. Semuanya itu dapat didapat dengan mudah di karya-karya ilmiah mereka, sebagai misal: Kitab Fadhlu 'Ilmis Salaf 'Ala 'Ilmil Khalaf, karya Imam Ibnu Rajab Al Hambali, kitab Al faqih wal Mutafaqqih, dan Iqtidhaul 'Ilmi Al 'Amal, karya Al Khathib Al Baghdady,dan kitab Al 'Ilmi karya Syeikh Muhammad bin Utsaimin, dan masih banyak lagi lainnya.
Salah satu tanda kebesaran agama Islam, ialah ia senantiasa menganjurkan umatnya untuk tidak pernah berhenti pada suatu batasan tertentu dalam hal ilmu, karena sesungguhnya di atas setiap orang berilmu ada yang lebih berilmu darinya, demikianlah seterusnya hingga akhirnya ilmu yang paling luas adalah ilmu Allah Ta'ala, karena dari-Nya-lah ilmu bermula dan kepada-Nya-lah kembali.
]وفوق كل ذي علم عليم[ يوسف 76
"Dan di atas tiap-tiap orang yang mengetahui itu ada Dzat Yang Maha Mengetahui." (Yusuf 76).
Dengan ilmu, seorang mukmin akan dapat membedakan antara kebenaran dari kebatilan, antara yang bermanfaat dari yang madharat, antar perintah Allah dari bisikan setan. Oleh karena itu Allah Ta'ala menamakan Al Qur'an dengan Al Furqan (pembeda):
]تبارك الذي نزل الفرقان على عبده ليكون للعالمين نذيرا[ الفرقان 1
"Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Furqan (pembeda yaitu Al Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam". (Al Furqan 1).
Inilah salah satu faktor yang melatar belakangi tersesatnya kelompok JIL, yaitu mereka tidak mau menuntut ilmu dari sumbernya yang bersih. Mereka tidak sabar menahan berbagai aral yang melintang di jalan menuju ilmu agama. Oleh karena itu setiap orang akan dengan mudah membuktikan kebodohan mereka tentang ilmu agama. Dan berikut ini akan kami buktikan beberapa bukti dari kebodohan JIL, terutama koordinatornya yaitu UAA:
Kebodohan Pertama: UAA tidak paham makna dan syarat sahnya La ilaha illallah.
Ia tidak memahami makna dan kandungan syahadat la ilaha illallahu, sebagaimana yang telah kami paparkan dengan panjang lebar pada pembahasan yang telah lalu, sehingga ia tidak bisa membedakan antara agama Islam yang membenarkan peribadatan hanya kepada Allah dari non muslim yang menyembah selain Allah. Padahal seandainya ia membaca surat Al Ikhlas, niscaya ia akan dengan mudah membedakan antara keduanya.
Kebodohan kedua: UAA tidak paham akan misi utama para Rasul.
Ia tidak tahu misi utama para rasul dan nabi, sehingga ia menganggap bahwa keadilan dalam bidang politik, sosial dan budaya adalah misi utama setiap agama yang dibawa oleh para rasul dan nabi. Tentu ini adalah kebodohan yang tiada tara, sebagaimana yang telah kami paparkan pada pembahasan yang telah lalu pula.
Kebodohan ketiga: UAA tidak paham manfa'at beragama.
Anggapannya bahwa agama hanyalah bagaikan "baju" dan formal, ini adalah salah satu kebodohannya yang terbesar, sebab agama adalah prinsip hidup, yang harus diamalkan dan dipertahankan serta dibela hingga titik darah penghabisan. Oleh karena itu Allah Ta'ala memerintahkan kaum muslimin untuk berjihad melawan setiap yang merintangi perjalanan agama Islam:
] قاتلوا الذين لا يؤمنون بالله واليوم الآخر ولا يحرمون ما حرم الله ورسوله ولا يدينون دين الحق من الذين أوتوا الكتاب حتى يعطوا الجزية عن يد وهم صاغرون[ التوبة 29
"Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, dan tidak (pula) kepada hari kiamat dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar, (yaitu orang-orang) yang diberi Al kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah (upeti) dengan patuh, sedang mereka dalam keadaan hina." (At Taubah 29).
Bahkan secara khusus Allah Ta'ala menurunkan satu surat penuh dalam Al Qur'an yang menjelaskan hukum-hukum yang berkaitan dengan peperangan melawan musuh-musuh Islam, dan surat tersebut dinamai dengan surat Al Anfal, yang artinya "rampasan perang".
Kebodohan keempat: UAA tidak paham tentang ilmu Al Maqasid As Syar'iyah.
UAA sering sekali menyebut-nyebut salah satu bagian dari ilmu ushul fiqih yang lebih dikenal dengan ilmu Al Maqasid As syar'iyyah, tapi karena kebodohannya ia salah paham, sehingga tersesat terlalu jauh. Di antara bukti kebodohannya tentang ilmu yang sering dia ungkit-ungkit ini ialah ucapannya: "Yang ada adalah prinsip-prinsip umum yang universal, yang dalam tradisi pengkajian hukum Islam klasik disebut sebagai maqashid al syari'ah, atau tujuan-tujuan umum syari'at Islam. Nilai-nilai itu adalah perlindungan atas kebebasan beragama, akal kepemilikan, keluarga/keturunan, dan kehormatan (honor)."([98])
Ini adalah bukti besar atas kebodohannya, sebab yang ada dalam ilmu Al Maqasid As Syar'iyyah ialah perlindungan terhadap agama, bukan kebebasan beragama, karena yang dimaksud perlindungan terhadap agama ialah menjaga keutuhan agama Islam dan memberantas segala yang mengancam eksistensi agama. Oleh karena itu para ulama' ahli Al maqasid As syar'iyyah mencontohkan bagi penerapan prinsip utama ini dengan disyari'atkannya jihad melawan orang-orang kafir (non muslim), memerangi bid'ah, memberantas buku-buku yang mengajarkan syirik dan bid'ah,([99]) kewajiban mengamalkan syari'at agama, berhukum dengannya dan berdakwah kepadanya.
Dan para ulama' juga dengan tegas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata agama ialah agama Islam, bukan sembarang agama: (Pin ga ada perkataan ulama mutaqoddimin tho?)
Dr Muhammad bin Sa'id Al Yubi berkata: "Yang dimaksud dari kata agama di sini ialah agama yang benar. Sehingga setiap kali kita menyebut kata "agama", dan "pentingnya peranan agama dalam kehidupan manusia", maka yang kita maksudkan ialah agama yang benar yang diturunkan oleh Allah Tuhan semesta alam. Agama yang murni dari segala bentuk bid'ah, dan penyelewengan, dengan demikian yang kita maksud bukan asal agama. Dan yang kita maksud secara spesifik ialah agama yang diturunkan kepada nabi Muhammad e, yaitu agama Islam yang lurus. Hal ini karena seluruh agama selain Islam telah dihapuskan, dan tidak boleh diamalkan. Dan karena satu-satunya agama yang diterima di sisi Allah ialah agama Islam. Sehingga orang yang memeluknya akan selamat dan yang berpaling darinya akan sengsara, sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:
] إن الدين عند الله الإسلام[ آل عمران 19
"Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah ialah agama Islam." (Ali Imran 19).
Dan dalam firman-Nya:
] ومن يبتغ غير الإسلام دينا فلن يقبل منه وهو في الآخرة من الخاسرين[ آل عمران 85
"Dan barang siapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi." (Ali Imran 85).
Dan dikarenakan Islam adalah satu-satunya agama yang dijamin penjagaannya oleh Allah Ta'ala. Dan tidaklah ada satu agamapun melainkan telah didistorsi, dinodai, dicampur adukkan dengan berbagai pemikiran manusia, sehingga tidak bisa mewakili agama yang benar, dan tidak memiliki pengaruh apa-apa dalam kehidupan manusia, apalagi sampai dikatakan sebagai kebutuhan primer dalam kehidupan mereka."([100])
Dan ditambah lagi Islam dengan tegas memerintahkan umatnya untuk memerangi seluruh manusia yang menyekutukan Allah Ta'ala dengan selain-Nya.
] وقاتلوا المشركين كافة كما يقاتلونكم كافة واعلموا أن الله مع المتقين [ التوبة 36
"Dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya, sebagaimana mereka memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwasannya Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (At Taubah 36)
5. Kebodohan kelima: UAA berdalil dengan hadits palsu.
Ia tidak dapat membedakan antara hadits Nabi e dari perkataan ulama' sehingga ia menganggap bahwa ucapan imam As Syafi' rahimahullah: "Man arada al dunya fa'alaihi bil al 'ilmi wa man arada al akhirat fa 'alaihi bi al 'ilmi." (Barang siapa hendak mengatasi masalah keduniaan, hendaknya memakai ilmu, begitu juga yang hendak mencapai kebahagiaan di dunia "nanti" juga harus pakai ilmu" adalah hadits Nabi e
Ungkapan di atas adalah ucapan Imam As Syafi'i, dan bukan hadits Nabi e, sebagaimana dijelaskan oleh Imam An Nawawi dalam kitab: Tahzib Al Asma' wa Al Lughat 1/74.
Kebodohan keenam: UAA tidak tahu bahwa agama Islam adalah agama yang sempurna.
UAA berkata: "Syari'at Islam hanya merupakan sehimpunan nilai-nilai pokok yang sifatnya abstrak dan universal; bagaimana nilai-nilai itu menjadi nyata dan dapat memenuhi kebutuhan menangani suatu masalah dalam periode tertentu, sepenuhnya diserahkan kepada ijtihad manusia itu sendiri."([101])
Ucapan ini adalah bukti nyata bahwa JIL dengan koordinatornya UAA tidak paham ilmu syari'at islam, atau pura-pura bodoh (kemungkinan kedua inilah yang lebih tepat). Dan bertentangan dengan kenyataan. Untuk sedikit membuktikan kebodohan ini, marilah kita bersama merenungkan ayat berikut:
] ونزلنا عليك الكتاب تبيانا لكل شيء وهدى ورحمة وبشرى للمسلمين[ النحل 89
"Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri." (An Nahl 89).
Dalam ayat ini dengan tegas Allah Ta'ala menyatakan bahwa fungsi diturunkannya Al Qur'an ialah guna menjelaskan kepada umat manusia hukum segala sesuatu dan sebagai petunjuk.
Sahabat Ibnu Mas'ud t berkata: "Telah dijelaskan untuk kita dalam Al Qur'an ilmu segala sesuatu."
Al Mujahid rahimahullah berkata: "Telah dijelaskan bagi kita segala yang halal dan yang haram."
Setelah menyebutkan dua pendapat ini, Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: "Pendapat Ibnu Mas'ud lebih menyeluruh dan lebih umum (dan lebih kuat), karena sesungguhnya Al Qur'an mengandung segala macam ilmu yang bermanfaat, berupa cerita umat terdahulu, ilmu tentang apa-apa yang akan terjadi pada masa mendatang, segala yang berkaitan dengan halal dan haram, dan segala yang dibutuhkan oleh umat manusia dalam urusan dunia, agama, kehidupan dunia dan akhirat."([102])
Sebagai bukti nyata akan firman Allah Ta'ala ini, adalah berbagai hukum syari'at, dimulai dari yang berkenaan dengan tauhid (pengesaan) terhadap Allah, berbagai macam ibadah dan hukum-hukumnya, hukum ahwal asy syakhshiyah (perdata), hudud (pidana), mu'amalah dll telah dijelaskan dengan gamblang dalam Al Qur'an.
عن سلمان t قال: قال لنا المشركون: (إني أرى صاحبكم يعلمكم كل شيء حتى يعلمكم الخراءة. فقال: أجل إنه نهانا أن يستنجي أحدنا بيمينه أو يستقبل القبلة ونهى عن الروث والعظام وقال لا يستنجي أحدكم بدون ثلاثة أحجار. رواه مسلم
"Diriwayatkan dari sahabat Salman t ia mengisahkan: "Ada sebagian orang musyrikin berkata kepada saya: "Sungguh Nabi kalian telah mengajarkan kepada kalian segala sesuatu, hingga (tata cara) buang hajat." Maka sahabat Salman Al Farisi menimpalinya dengan berkata: "Benar, beliau sungguh telah melarang kami untuk beristinja' menggunakan tangan kanan, menghadap ke arah kiblat di saat buang air besar atau buang air kecil, melarang beristijmar (istinja' dengan bebatuan atau yang serupa) menggunakan kotoran binatang atau tulang-belulang, dan beristijmar dengan kurang dari tiga batu. (HR Muslim)
Betapa bodohnya UAA, padahal ia adalah salah seorang almamater LIPIA (Cabang King Muhammad bin Su'ud University di Jakarta), sehingga tidak tahu bahwa Islam telah mengajarkan seluruh yang dibutuhkan oleh manusia. Sebegitu bodohnya UAA sampai-sampai orang-orang musyrikin lebih berilmu daripadanya.
Kebodohan ketujuh: UAA tidak tahu bahwa Islam memiliki hukum yang mengatur kehidupan umat manusia.
UAA berkata: ""Sedangkan hukum Tuhan yang diibaratkan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tak pernah ada. Walaupun pernah diterapkan pada masa Nabi, hanya berlaku pada saat itu saja. Misalnya: potong tangan, qishash, dan rajam. Ini praktek yang lahir karena pengaruh kultur Arab."([103])
Ucapannya ini adalah salah satu bukti akan kebodohan UAA, sebab sejarah perjalanan umat Islam telah membuktikan kepada dunia, bahwa syari'at Islam telah berhasil diterapkan dalam kehidupan mereka hingga saat ini. Karena setelah Rasulullah e wafat, datanglah masa kekhilafahan Al Khulafa' Ar Rasyidun, yang mereka menerapkan syariat Islam sebagaimana yang diterapkan di zaman Rasulullah e. Kemudian setelah masa Al Khulafa' Ar Rasyidun, datanglah masa Khilafah Al Umawiyyah, hingga thn: 132 H, yang kemudian digantikan oleh khilafah Al 'Abbasiyyah, hingga jatuhnya kota Baghdad ke tangan Tatar, yaitu pada tahun: 656 H, dan semenjak itu khilafah Abbasiyah pindah ke Mesir hingga tahun 923 H. Dan pada tahun itu pula khilafah berpindah ke Turkia hingga akhirnya jatuh ke tangan para penjajah Nashara pada perang dunia pertama. Dan Semenjak itu pula muncul kerajaan Islam, yaitu Kerajaan Arab Saudi, dan -alhamdulillah- kerajaan ini hingga saat ini tetap menjadikan syari'at Islam sebagai undang-undangnya.
Secara khusus Khilafah Utsmaniyyah pernah membuat kitab semacam KUHP, yang disebut dengan kitab Majallatul Ahkaam Al 'Adliyah (Kumpulan Hukum-hukum Keadilan). Kitab yang berisikan hukum-hukum Syari'at Islam ini disusun berdasarkan mazhab Al Hanafiah. Dengan demikian ini bukti lain bagi kebodohan UAA dalam ucapannya yang saya nukil di atas.
Kebodohan kedelapan: UAA tidak tahu sejarah umat Islam.
UAA berkata: "Agama adalah urusan pribadi, sementara pengaturan kehidupan publik adalah sepenuhnya hasil kesepakatan masyarakat melalui prosedur demokrasi."([104])
Ungkapan ini jelas-jelas warisan yang ia dapatkan dari orang-orang sekuler, musuh-musuh Islam, dan secara khusus ialah orang-orang Nasrani, karena merekalah manusia pertama yang memisahkan agama dari kancah kehidupan masyarakat. Dan ini adalah salah satu pertanda bahwa UAA dalam segala kesesatannya hanya membeo dan menirukan apa yang diucapkan oleh "bos"nya.
Semua orang muslim tahu bahwa Islam mengajarkan kepada umatnya agar menjadi seorang yang muslim kaafah (menyeluruh), sebagaimana disebutkan dalam firman Allah ta'ala:
] يأيها الذين آمنوا ادخلوا في السلم كافة ولا تتبعوا خطوات الشيطان إنه لكم عدو مبين[ البقرة 208.
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (Al Baqarah 208).
Sebagaimana setiap muslim tahu bahwa semenjak Rasulullah e dan juga para sahabatnya berhasil menegakkan daulah islamiyyah di Madinah di bawah kepemimpinan Nabi e, hingga zaman kita ini Agama Islam dapat diterapkan di seluruh aspek kehidupan mereka, dari aspek ibadah, mu'amalah, pendidikan, pidana dll. Dan UAA sendiri pernah mengenyam pendidikan yang diterapkan oleh kaum muslimin, yaitu ketika UAA belajar di LIPIA Jakarta.
Kemudian pada penggalan ucapan UAA di atas terdapat bukti kebodohan lainnya, yaitu tatkala ia menganggap bahwa "pengaturan kehidupan publik sepenuhnya hasil kesepakatan masyarakat melalui hasil demokrasi". Seakan-akan sistem pengaturan kehidupan manusia yang ada di dunia ini hanya sistem demokrasi saja, padahal ia tahu bahwa ada sistem komunis yang juga diterapkan oleh sebagian manusia, sebagaimana yang diterapkan di RRC, Rusia, dan juga ada syari'at Islam yang hingga sekarang masih diterapkan oleh sebagian kaum muslimin, sebagaimana yang diterapkan di Arab Saudi. Walaupun satu-satunya sistem yang akan dapat menjamin keadilan dan ketentraman bagi masyarakat hanyalah Syari'at Islam.
Kebodohan kesembilan: UAA enggan masuk surga yang dihuni oleh Rasulullah e dan seluruh kaum muslimin.
UAA berkata:"Penggambaran sorga dalam Al Qur'an jelas sekali dipengaruhi oleh "ekspektasi" yang khas Arab terhadap apa yang disebut dengan "jannah" atau kebun (sorga). Al Qur'an menggambarkan surga sebagai "mengalir di bawahnya sungai-sungai". Dalam surah Al Ghasyiyah dikatakan: "fiha 'ainun jariyah, fiha sururun marfu'ah, wa akwabun maudhu'ah, wa namariqu mashfufah, wa zarabiyyu mabtsutsah …". Surga dalam surah Al Ghasyiyah ini persis seperti bayangan orang-orang Arab mengenai istana raja-raja yang mereka kenal pada saat itu. Apakah surga seperti itu?Kalau anda berpandangan literalistik, dan beranggapan bahwa surga ya seperti digambarkan Al Qur'an itu, maka surga semacam itu hanyalah sorganya orang Arab."([105])
Subhanallah, la haula wala quwwata illa billah, betapa dahsyatnya kebinasaan yang akan dirasakan oleh seseorang bila kebodohan telah menguasai dirinya. UAA mengatakan bahwa surga yang seperti digambarkan dalam Al Qur'an hanyalah surganya orang-orang Arab. Padahal seluruh umat Islam –di manapun mereka berada dan apapun sukunya- mengharapkan untuk masuk surga dan dihindarkan dari neraka, dan surga yang mereka harapkan ialah surga yang seperti digambarkan dalam Al Qur'an.
Pemikiran nyleneh nan sesat yang melanda UAA dan pengikutnya ini adalah akibat dari kebodohan yang benar-benar telah menguasai jiwanya. Betapa tidak, karena ucapannya di atas menunjukkan ia tidak kenal akan surga, sebab bila ia mengetahui gambaran surga yang sebenarnya, niscaya tidak akan berkata demikian. Surga yang telah Allah siapkan bagi hamba-hambanya ialah seperti yang dijelaskan Allah Ta'ala melalui lisan Nabi-Nya e:
عن أبي هريرة عن النبي eقال: (قال الله عز وجل: أعددت لعبادي الصالحين ما لا عين رأت ولا أذن سمعت ولا خطر على قلب بشر) مصداق ذلك في كتاب الله: ]فلا تعلم نفس ما أخفي لهم من قرة أعين جزاء بما كانوا يعملون[ متفق عليه
"Dari sahabat Abu Hurairah, dari Nabi e bersabda: Allah Azza wa Jalla berfirman: "Aku telah persiapkan untuk hamba-hambaku yang shaleh kenikmatan (balasan) yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terbetik di hati manusia". Rasulullah e menambahkan: "Sebagai buktinya dalam Al Qur'an adalah firman Allah: "Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (berupa macam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (As Sajdah 17)" (HR Bukhari dan Muslim).
Hadits inilah yang mendasari sahabat Ibnu 'Abbas berkata:
ليس في الجنة شيء مما في الدنيا إلا الأسماء. رواه البيهقي وصححه الألباني
"Tidaklah ada di surga yang sama dengan yang apa yang ada di dunia selain nama." (Riwayat Al Baihaqi dan Ad Dhiya' Al Maqdisy, dan dishahihkan oleh Al Albani).
Selain ucapan UAA di atas menunjukkan akan kebodohannya, ucapan ini juga merupakan pendustaan terhadap ayat-ayat dan juga hadits-hadits Nabi e yang mengabarkan bahwa di surga terdapat sungai-sungai yang mengalir di bawahnya.
] قل أأنتم أعلم أم الله [ البقرة 140
"Katakanlah: Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah." (Al Baqarah 140).
Ketahuilah wahai UAA! Bahwa kami kaum muslimin beriman bahwa di surga ada sungai-sungai yang mengalir, bukan hanya satu sungai, bahkan sungai yang mengalir di surga ada beberapa macam:
] مثل الجنة التي وعد المتقون فيها أنهار من ماء غير آسن وأنها من لبن لم يتغير طعمه وأنهار من خمر لذة للشاربين وأنها من عسل مصفى ولهم فيها من كل الثمرات ومغفرة من ربهم[ محمد 15
"Wujud surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, dan sungai-sungai dari khamr yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang jernih. Dan bagi mereka di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka." (Muhammad 15)
Dengarkanlah wahai UAA, pensifatan surga yang disampaikan oleh Rasulullah e:
عن أبي هريرة t قال قال رسول الله e: (إن في الجنة مائة درجة أعدها الله للمجاهدين في سبيل الله ما بين الدرجتين كما بين السماء والأرض فإذا سألتم الله فاسألوه الفردوس فإنه أوسط الجنة وأعلى الجنة فوقه عرش الرحمن ومنه تفجر أنهار الجنة) رواه البخاري
"Dari sahabat Abu Hurairah e ia menuturkan: Rasulullah e bersabda: "Sesungguhnya di dalam ada seratus tingkat yang telah Allah persiapkan bagi para mujahidin (pejuang) di jalan Allah. Jarak antara setiap dua derajat bagaikan jarak antara langit dan bumi. Bila kamu memohon (surga) kepada Allah, maka mohonlah kepadanya-Nya surga Firdaus, karena surga Firdaus itu terletak di tengah-tengah surga, dan surga paling tinggi, di atasnya terletak 'Arsy Ar Rahman (Allah), dan dari surga Firdaus-lah mengalir sungai-sungai yang ada di surga." (HR Bukhori).
Bila ada yang berkata: Bila UAA enggan masuk surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yaitu surga yang akan dimasuki oleh Rasulullah e , seluruh sahabatnya dan juga seluruh kaum mukminin, maka surga macam apakah yang hendak ia masuki?
Bila ia enggan masuk surga yang digambarkan dalam Al Qur'an dan As Sunnah, mungkinkah surga yang hendak ia masuki ialah surga yang dibawa oleh Dajjal, sebagaimana yang diceritakan oleh Rasulullah e dalam hadits berikut?
عن حذيفة t قال قال رسول الله e : (الدجال أعور العين اليسرى جفال الشعر معه جنة ونار فناره جنة وجنته نار) متفق عليه
Dari sahabat Hudzaifah t ia menuturkan: Rasulullah e bersabda: "Dajjal itu buta mata sebelah kiri, berambut tebal, ia membawa surga dan neraka. Maka (sebenarnya) neraka yang ia bawa adalah surga, dan surga yang ia bawa adalah neraka." (HR. Bukhari dan Muslim).
Inikah surga yang engkau dan pengikutmu damba-dambakan, wahai UAA?!
Kebodohan kesepuluh: UAA tidak kenal Allah.
Ini adalah kebodohan terbesar yang melanda UAA, betapa tidak, Allah-lah yang menciptakan segala sesuatu. Allah-lah yang harus ia ibadahi, ternyata tidak ia kenal. Sebagai salah satu bukti bahwa UAA tidak kenal Allah ialah ucapannya berikut ini: "Sekarang saya tanya: apa bahasa Allah itu? Apakah Allah itu berbahasa Arab, Inggris, Belanda, Sunda, atau yang lain? Jawab saya: Allah menggambarkan diri-Nya dalam Al Qur'an: "laisa kamitslihi syai'un," Allah tidak menyerupai apapun, Artinya: Allah tidak mempunyai bahasa, Allah itu "beyond languages, beyond symbols," begitulah orang-orang sufi menggambarkan zat Allah. Tetapi ketika Allah hendak "berbicara kepada manusia, "terpaksa" Allah memakai bahasa. Ketika Allah hendak "berkomunikasi" dengan komunitas yang kebetulan adalah orang-orang Arab, maka "terpaksa" Allah menggunakan bahasa Arab."([106])
Ini pertanda bahwa UAA tidak kenal Allah, sebab bila ia kenal, niscaya ia tahu bahwa seluruh bahasa yang ada di dunia ini, baik yang masih di gunakan untuk berbicara atau sudah ditinggalkan karena manusia yang berbicara dengannya telah punah, adalah milik Allah, Allah-lah yang menciptakannya, dan kepada-Nyalah akan kembali:
]والله خلقكم وما تعملون[ الصافات 96
"Padahal Allah-lah Yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu." (As Shaffaat 96)
] ولله ما في السماوات والأرض وإلى الله ترجع الأمور[ آل عمران 109
"Kepunyaan Allah-lah segala yang di langit dan di bumi, dan kepada Allah-lah dikembalikan segala sesuatu." (Ali Imran 109)
Allah-lah yang menciptakan alam semesta beserta isinya, menciptakan manusia beserta seluruh yang ada pada dirinya, termasuk perbedaan bahasa yang mereka gunakan untuk berbicara. Sehingga perbedaan ras dan bahasa manusia adalah salah satu bukti akan Kebesaran Allah Ta'ala. Yang demikian ini karena seluruh manusia adalah berasalkan dari sepasang ayah dan ibu, yaitu Adam dan Hawwa alaihimas salaam, akan tetapi anak keturunannya memiliki perbedaan yang bermacam-macam:
] ومن آياته خلق السماوات والأرض واختلاف ألسنتكم وألوانكم إن في ذلك لآيات للعالمين[ الروم 22
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, dan berlain-lainan bahasamu, dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui." (Ar Rum 22).
Ditambah lagi, bukankah Allah-lah yang pertama kali mengajarkan kepada Nabi Adam alaihis salaam nama-nama segala sesuatu?!
] وعلم آدم الأسماء كلها[ البقرة 31
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya." (Al Baqarah 31).
Bila ada yang berkata: bila demikian, bahasa apakah yang merupakan bahasa Allah secara khusus?
Jawabannya ialah: Hanya Allah-lah yang tahu, sebab kita tidak pernah mendapatkan kabar dari Allah atau Rasul-Nya tentang hal ini, sehingga kita tidak akan mereka-reka tentangnya, agar kita tidak seperti orang-orang yang dicela dalam ayat berikut:
] ومن الناس من يجادل في الله بغير علم ولا هدى ولا كتاب منير [ لقمان 20
"Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keEsaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan.
Yang lebih kejam dari perkataan UAA ini ialah aggapannya bahwa "Allah Ta'ala "terpaksa" memakai bahasa", padahal seluruh kaum muslimin telah sepakat bahwa Allah Ta'ala Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Allah Ta'ala tidak ada yang dapat memaksa-Nya:
] إن الله على كل شيء قدير [ البقرة 20
"Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Al Baqarah 20)
عن أبي هريرة t قال قال رسول الله e: (إن الله صانع ما شاء لا مكره له) متفق عليه
"Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah t ia berkata: Rasulullah e bersabda: "Sesungguhnya Allah Maha Kuasa untuk melakukan segala apa yang Ia kehendaki, dan tidak ada yang dapat memaksa-Nya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Uraian ini adalah sebagian dari bukti-bukti bahwa penganut agama JIL adalah orang-orang bodoh yang tidak kenal Islam. Mereka mengaku ingin menyegarkan Islam, akan tetapi yang terjadi adalah menghancurkan ajaran-ajaran Islam, sehingga yang muncul adalah agama baru dan bukan Islam yang lebih segar.
Setelah kita lalui berbagai kontroversial dan keanehan-keanehan yang ada pada tulisan UAA, beserta tanggapan dan penjelasan duduk permasalahannya sesuai dengan Al Qur'an dan Hadits serta keterangan para ulama' Ahlus Sunnah wal Jama'ah, jelaslah bagi kita semua: penyegaran model apakah yang berhasil dicapai oleh UAA dengan JILnya.
Kami yakin bahwa setiap orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tahu bahwa kesegaran yang ia peroleh bukanlah: "Agama Islam yang lebih segar, lebih cerah, lebih memenuhi maslahat manusia"([107]) akan tetapi yang berhasil ia capai ialah "Agama Abu Jahal yang lebih sesat, lebih suram dan menghancurkan maslahat manusia".

اللهم ربَّ جبرائيلَ وميكائيلَ وإسرافيلَ فاطَر السَّماواتِ والأرضِ، عالمَ الغيبِ والشَّهادة، أنتَ تحْكُمُ بين عِبَادِك فيما كانوا فيه يَخْتَلِفُون، اهْدِنَا لِمَا اخْتُلِفَ فيه من الحق بإِذْنِكَ؛ إنَّك تَهْدِي من تَشَاء إلى صراط مستقيم. وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين، والله أعلم بالصَّواب، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.

[1] ) Silahkan baca artikel yang ia tulis dengan judul ini, yang di muat di harian Kompas tgl 18 Novemper 2002, dan kemudian ia bukukan dalam buku yang diberi judul: Islam Liberal & Fundamental, sebuah pertarungan wacana, diterbitkan oleh Penerbit eLSAQ PRESS, Sleman Jogjakarta, dan yang menjadi sumbertanggapan ini adalah cetakan ke-V, April 2005 M.
[2] ) Islam Liberal & Fundamental 13.
[3] ) Maksud mereka dari perkataan: "hal yang dikehendaki", ialah mereka menuduh Nabi Muhammad bahwa ia menyeru kepada ajaran tauhid, yaitu beribadah hanya kepada Allah, dan meninggalkan segala peribadatan kepada selain-Nya guna mencari kedudukan sosial, dan hanya sekedar mencari pengikut. Demikian dijelaskan oleh Ibnu Jarir At Thabari dalam kitab Tafsirnya 10/551, dan dikuatkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya 4/27.
[4] ) Diriwayatkan bahwa sebab turunnya ayat-ayat ini adalah ketika Abu Thalib paman Rasulullah e sedang sakit, maka datanglah Abu Jahal dengan beberapa pemuka Quraisy lainnya menemui Abu Thalib, guna memohon darinya agar ia sudi membujuk Rasulullah e agar tidak lagi mencela dan menjelek-jelekkan tuhan-tuhan yang mereka sembah. Akan tetapi usaha mereka ini tidak membuahkan hasil apapun, karena Rasulullah e tetap bersikukuh dengan risalahnya yaitu ajaran tauhid, beribadah hanya kepada Allah dan memerangi segala bentuk peribadatan kepada selain-Nya. Melihat sikap Rasulullah e yang demikian ini, Abu Jahal menyelonong pergi sambil mengucapkan seperti yang dikisahkan oleh Al Qur'an di atas. Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad 1/227, Ibnu Abi Syaibah 7/332, no: 36564, At Tirmizy 5/365, 3232, An Nasa'i dalam sunan al kubra 6/442, no: 11436, Al Baihaqi 9/188, dan dishahihkanoleh Ibnu Hibban 15/80, no: 6686.
[5] ) Islam Liberal & Fundamental hal 12.
[6]) Kurang lebih selama dua minggu.
[7] ) Islam Liberal & Fundamental hal 15.
[8] ) Islam Liberal & Fundamental hal 14.
[9] ) Majmu' Fatawa, oleh Ibnu Taimiyyah 13/178-182.
[10] ) Bagi yang ingin membaca bagaimana kronologi pengkhianatan orang ini kepada kaum muslimin, silahkan baca kitab: Al Bidayah wa An Nihayah, karya Imam Ibnu Katsir13/213.
[11] ) Bagi yang ingin mendapatkan penjelasan lebih jauh tentang mereka, silahkan baca kitab: Al 'Aqa'id Al bathiniyyah wa Hukmul Islam Fiha oleh Dr. Shabir Thu'aimah.
[12] ) Bila ada yang bertanya: mengapa Allah tidak menurunkan azab kepada mereka sebagaimana Allah Ta'ala turunkan kepada pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah, padahal keduanya sama-sama menghina Ka'bah? Ibnu Katsir rahimahullah, menjawab pertanyaan ini dengan menukilkan firman Allah :
] ولا تحسبن الله غافلا عما يعمل الظالمون إنما يؤخرهم ليوم تشخر فيه الأبصار[ إبراهيم 42
"Dan janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak (yaitu hari qiyamat)." (Qs Ibrahim 42). Ditambah lagi bila pada zaman Abrahah ia ingin menghinakan Ka'bah karena ingin memalingkan seluruh manusia agar beribadah di gereja yang telah ia bangun di negri Yaman dan meninggalkan Ka'abah, padahal Ka'abah sebentar lagi akan dijadikan sebagai tempat peribadatan penghulu para nabi dan rasul, yaitu Nabi Muhammad e, dan agama-agama sebelumnya (Yahudi dan Nashrani) tidak mengagungkanya, sehingga keagungan Ka'abah belum tertanam kokoh di jiwa seluruh umat. Beda halnya dengan kejadian orang-orang Qaramithah, setiap kaum muslimin di penjuru dunia sudah beriman bahwa Ka'abah adalah tempat suci dan merupakan kiblat mereka, sehingga mereka semua yakin dan sadar bahwa perilaku Qaramithah adalah salah satu bentuk kejahatan yang tiada tara. Silahkan baca keterangan beliau dengan sempurna di Al Bidayah wa An Nihayah 11/173-174.
[13] ) Al Bidayah wa An Nihayah, oleh Imam Ibnu Katsir 11/172.
[14] ) Islam Liberal & Fundamental hal 8 & 248.
[15] ) Idem, hal 247.
[16] ) Lihat AL Wabilus Shayyib oleh Ibnul Qayyim 64-65.
[17] ) Idem.
[18] ) Yaitu tatkala Allah menyatakan dalam surat An Nahel ayat 69, bahwa madu adalah obat bagi manusia.
[19] ) Sebagaimana yang dinukil oleh bapak Hartono Ahmad Jaiz dalam bukunya: Gusdur Menjual Bapak-ny, hal: 93.
[20] ) Idem hal: 301.
[21] ) Idem, hal 12.
[22] ) Idem hal, 245-246, &299.
[23] ) Idem hal 12.
[24] ) Idem.
[25] ) Silahkan baca Tafsir Al Qurtuby 5/261,& Tafsir Ibnu Katsir 1/518.
[26] ) Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya 1/417.
[27] ) Ayat ini dengan jelas bertentangan dengan ucapan UAA beirkut ini: "Amat konyol umat manusia bertikai karena perbedaan "baju" yang dipakai, sementara mereka lupa inti "memakai baju" adalah menjaga martabat manusia sebagai makhluq berbudaya." Islam Liberal & Fundamental, hal: 12.
[28] ) Tafsir Ibnu Katsir 2/568.
[29] ) Islam Liberal Fundamental, hal: 12.
[30] ) Islam Liberal & Fundamental hal 14.
[31] ) Syarah Shahih Muslim, oleh Imam An Nawawi 3/87.
[32] ) Idem, hal 12.
[33] ) Kemungkinan ini sangat kuat, sebab ia pernah belajar di LIPIA Jakarta, yang saya yakin ia pernah mempelajari ini semua.
[34] ) Tafsirul Qur'an Al 'Adlim oleh Ibnu Katsir As Syafi'i 2/12.
[35] ) Ar Risalah oleh Imam As Syafi'i, 1/20.
[36] ) Islam Liberal & Fundamental Hal: 247
[37] ) Idem hal 15.
[38] ) Idem hal 139.
[39] ) Idem hal : 10.
[40] ) Semula saya hanya sebatas bertanya-tanya, akan tetapi UAA ternyata telah berterus terang bahwa ia dan antek-anteknya yang nota bene adalah budak-budak kaum salibis lebih sempurna dibanding Rasulullah e dan sahabatnya. Oleh karena itu ia dengan terus terang berkata dalam bukunya Islam liberal & Fundamental hal 246: "Islam yang diwujudkan di madinah pertikular, historis, dan kontekstual, sempurna untuk ukuran zamannya, tapi tidak sempurna untuk ukuran saat ini." Membaca ungkapan UAA ini bulu kuduk saya merinding, dan saya hanya bisa berkata: Ya Allah, Dzat Yang Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami diatas agamamu.
[41] ) Idem, hal 12.
[42] ) Maksud mereka dari perkataan: "hal yang dikehendaki", ialah mereka menuduh Nabi Muhammad bahwa ia menyeru kepada ajaran tauhid, yaitu beribadah hanya kepada Allah, dan meninggalkan segala peribadatan kepada selain-Nya guna mencari kedudukan sosial, dan henya sekedar mencari pengikut. Demikian dijelaskan oleh Ibnu Jarir At Thabari dalam kitab Tafsirnya 10/551, dan dikuatkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya 4/27.
[43] ) Tafsir Ibnu Katsir, 1/195-196.
[44] ) I'ilam AL Muwaqi'in, oleh Ibnul Qayyim 1/282.
[45] ) Al Mustashfa 2/120.
[46] ) Baca keterangan ulama' ahli ushul tentang masalah ini dalam kitab: Nihayat As Sul oleh Imam 2/6, Irsyadul Fukhul oleh Imam As Syaukani 1/159-164.
[47] ) Sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Az Zahabi dalam kitabnya Siyar A'alam An Nubala' 8/93.
[48] ) Islam Liberal & Fundamental, hal 9-10.
[49] ) UAA berkata : ""Umat islam tidak sebaiknya mandek dengan melihat contoh di Madinah saja, sebab kehidupan manusia terus bergerak menuju perbaikan dan penyempurnaan." Islam Liberal & Fundamental 10.
[50] ) Sebagaimana disebutkan dalam ayat 4.
[51] ) Islam Liberal & Fundamental, hal 246.
[52] ) Tafsir Ibnu katsir, hal : 3/493.
[53]) Hadits Mutawatir adalah: Hadits yang diriwayatkan dengan banyak sanad yang berlainan perawinya, dan mustahil mereka berdusta untuk membuat hadits itu.
[54] ) Idem 3/494.
[55] ) Islam Liberal & Fundamental, hal 244.
[56] ) Idem hal: 15.
[57] ) Tafsir Ibnu Katsir 2/125.
[58] ) Islam Liberal & Fundamental hal: 15, baca juga hal: 9, 138, 244, & 264
[59] ) Idem, hal: 245, baca juga hal: 8, 137-138 & 300
[60] ) Yaitu ketika ia mengenyam pendidikan dengan gratis bahkan mendapat mukafaah (uang saku) setiap bulan, yaitu di saat ia belajar di LIPIA Jakarta yang merupakan cabang dari King Muhammad bin Saud University Riyadh, Saudi Arabia.
[61] ) Idem, hal 301.
[62] ) Kisah peprangan hudaibiyah dan perjanjian damai di hudaibiyyah sangat masyhur, dan diriwayatkan oleh setiap ahli sirah dan ulama' hadits, seperti Imam Bukhari, Muslim, dll.
[63] ) Islam Liberal & Fundamental, hal: 246.
[64] ) Sebagaimana dikisahkan dalam kitab-kitab sirah dan tarikh islam, misalnya dalam kitabAl Bidayah wa AN Nihayah, oleh Ibnu Katsir 6/308.
[65] ) Fathul Bari oleh Ibnu Hajar Al Asqalani, 13/342.
[66] ) Idem, hal 245.
[67] ) Idem, hal 8.
([68]) Syeikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin –rahimahullah- menimpali dengan berkata:
“Ungkapan beliau ini sangat bagus sekali, maksudnya: mereka yang memvonis para pemerintah muslim telah kafir, apa yang dapat mereka petik? Apakah mereka dapat menggulingkannya?
Tidak mungkin, Apabila orang-orang Yahudi telah menjajah Palestina semenjak kurang lebih 50 tahun silam, dan bersamaan dengan itu, seluruh ummat islam, baik bangsa arab atau lainnya, tidak mampu untuk mengusir mereka? Maka apa gunanya kita mengusik pemerintahan yang membawahi kita? Padahal kita sadar bahwa kita tidak mampu untuk menggulingkan mereka, dan akan terjadi pertumpahan darah, perampokan harta benda, bahkan bisa jadi kehormatan kita, dan kita tidak akan sampai kepada tujuan.
Kala demikian apa gunanya? Walaupun seandainya ada orang yang meyakini dalam hatinya, bahwa pemerintahan tesebut benar-benar telah kafir, apa gunanya kita mengumumkan, menyebarkannya, dan menyulut fitnah? Perkataan Syeikh Al Albani ini bagus sekali.
Akan tetapi saya sedikit berbeda pendapat dengan beliau dalam masalah: Bahwa tidak boleh divonis kafir orang yang menerapkan hukum selain hukum Allah, kecuali bila telah terbukti bahwa tindakannya itu halal (boleh), permasalahan ini perlu dibahas lebih lanjut. Karena kita berkata: Barang siapa yang menerapkan hukum / undang-undang hukum Allah, sedang ia meyakini bahwa undang-undang selain hukum Allah lebih bagus, maka ia telah kafir, walaupun ia menerapkan hukum Allah, dan kekafirannya adalah kekafiran secara keyakinan (idiologi). Akan tetapi yang kita bicarakan disini adalah amalan, menurut paduga saya, bahwa tidak mungkin ada orang yang menerapkan undang-undang yang bertentangan dengan syari’at Allah, ia terapkan kepada masyarakatnya, kecuali bila ia menganggap bahwa perbuatannya tersebut dibolehkan, dan meyakini bahwa undang-undang tersebut lebih baik dibanding undang-undang syari’at, sehingga ia benar-benar telah kafir, dan inilah yang nampak secara lahir. Kalau tidak demikian, lantas apa yang menyebabkan ia melakukan hal itu? Mungkin saja yang menyebabkan ia melakukan hal itu, adalah rasa takut kepada orang yang lebih kuat dari dirinya, bila ia tidak melakukannya, sehingga yang terjadi disini adalah ia telah menjilat kepada orang tersebut, dengan demikian kita katakan: Sesungguhnya orang ini sebagaimana umumnya para penjilat dalam amalan maksiat lainnya. Dan yang paling penting bagi kita dalam bab ini adalah : pengkafiran yang hanya mempertimbangkan amalan, dan pemberontakan terhadap pemerintah tersebut, inilah yang menjadi masalah.
([69]) HR Muslim pada kitab: Al Jum’ah, bab: Memendekkan sholat dan khutbah, No: 867.
([70] ) Yaitu ustadz Hasan Al Hudhaiby rahimahullah, salah seorang pembina kelompok Ikhwanul Muslimin. Syeikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: Ucapan ini baik, wallahul musta'an.
([71]) Dinukil dari Fitnatut Takfir, disusun oleh Ali bin Husain Abu Lauz hal.44.
[72] ) Selain ayat ini, silahkan baca surat Al Baqarah, ayat: 228 & 232, surat An Nur 2, Al Ahzab 21, AL Mumtahanah 6, At Thalaq 2,.
[73] ) Islam Liberal & Fundamental hal:13.
[74] ) Idem, hal 15.
[75] ) AL Wajiz Fi Idhahi Qawaid Al Fiqh AL Kulliyyah, oleh Dr. Muhammad Shidqi Al Burnu 276.
[76] ) Syarah Al Aqidah At Thahawiyya, oleh Ibnu Abil 'Izzi Al Hanafy, hal: 367, Majmu' fatawa oleh Ibnu Taimiyyah 11/593.
[77] ) Miftah Dar As Sa'adah oleh Ibnul Qayyim 2/14.
[78] ) Untuk mendapatkan kejelasan lebih lanjut tentang kaidah ini, silahkan baca kitab: Al Asybah wa An Nazha'ir oleh Imam As Suyuthi 89-101, AL Wajiz Fi Idhahi Qawaid Al Fiqh AL Kulliyyah, oleh Dr. Muhammad Shidqi Al Burnu 270-313.
[79] ) AL Wajiz Fi Idhahi Qawaid Al Fiqh AL Kulliyyah, oleh Dr. Muhammad Shidqi Al Burnu 311.
[80] ) Baca saja contohnya ucapan UAA pada hal: 8, 12, 245, & 2-263.
[81] ) Ahkamul Qur'an oleh Imam As Syafi'i, 39-40.
[82] ) Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyyah 12/496.
[83] ) Ar Risalah, oleh Imam As Syafi'i, 357-359
[84] ) Syarah Shahih Muslim, 1/250.
[85] ) Islam Liberal Fundametal, hal: 8.
[86] ) Idem, hal 12-13.
[87] ) Syarhus Sunnah oleh Al Barbahari, 107.
[88] ) Faishal At Tafriqah, hal 144.
[89] ) Taisir Al Karim Ar Rahman, oleh As Sa'dy hal:211.
[90] ) Tafsir Ibnu Katsir 1/47.
[91] ) Idem, hal: 47.
[92] ) Tafsir At Thabari, 1/125, dan Tafsir Ibnu Katsir, 49.
[93] ) Islam Liberal & Fundamental, hal: 7.
[94] ) Islam Liberal & Fundamental hal: 13.
[95] ) Idem hal 12.
[96] ) Idem hal: 9, 10, & 10.
[97] ) Idem hal: 16.
[98] ) Islam Liberal &Fundamental, hal 9.
[99] ) Dan menurut kami, di antara penerapan terhadap prinsip umum ini di zaman kita dan di negeri kita ialah dengan memerangi JIL dan memusnahkan seluruh buku-buku yang mengajarkan paham mereka.
[100] ) Maqasid As Syari'ah Al Islamiyyah, oleh Dr. Muhammad bin Sa'id Al Yubi, hal 193.
[101] ) Islam Liberal & Fundamental, hal 13.
[102] ) Tafsir Ibnu Katsir, 2/582.
[103] ) Islam Liberal Fundamental, hal: 245.
[104] ) Idem, hal 9.
[105] ) Idem, hal 265.
[106] ) Islam Liberal & Fundamental, hal:268.
[107] ) Ini adalah cuplikan dari penutup tulisan UAA yang dimuat di harian KOMPAS edisi 18 Nopember 2002 M, dan kemudian ia bukukan dan di beri judul : Islam Liberal & Fundamental, hal 16.

Tidak ada komentar: